tag:blogger.com,1999:blog-79447945070042313142024-03-06T00:39:30.338+07:00^||-Stories.of.Fantasy-||^Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-88268145252295202312009-07-13T14:19:00.003+07:002009-07-13T14:25:11.960+07:00[Fiction] Broken Mind<div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Seorang perempuan muda tergolek lemah di ranjang rumah sakit. Kedua matanya memancarkan rasa sakit akibat kanker yang menggerogotinya, ia tahan dengan sekuat tenaga, menatap kedua mata lain yang terlihat merah dan mulai berair namun berusaha tetap tegar. Laki-laki itu seakan ingin menukar posisinya dengan perempuan yang dicintainya itu. Perempuan itu sendiri tersenyum dan perlahan menutup kedua matanya. Masker oksigen, selang infus, pendeteksi detak jantung, ruang ICU yang mengharuskan pengunjungnya memakai pakaian khusus serta seluruh isinya sama sekali tidak berguna. Tak dapat menangkap jiwa gadis itu yang perlahan meninggalkan raganya…</span><br /><br />Aku iri.<br /><br />Terdengar suara kunci pintu. Ahjushi sudah pulang. Segera kumatikan TV, mengembalikan kursi meja makan ke posisinya semula dan berjalan ke arah kamar tanpa menghiraukan pandangan Ahjushi yang selalu menggangguku.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br /><span style="font-style: italic;">“Argh, perutku sakit!!” Seorang wanita hamil tiba-tiba mengerang sambil memegangi perutnya.</span><br /><span style="font-style: italic;">“Chagiya, kau akan melahirkan? TAKSI!!” Pria itu langsung menyetop taksi dan membantu istrinya masuk.</span><br /><span style="font-style: italic;">Taksi itu langsung menuju rumah sakit terdekat. Begitu sampai, si pria langsung keluar dari taksi dan menghambur masuk ke dalam rumah sakit. Memanggil perawat untuk menolong istrinya. Perawat yang melihatnya langsung bersigap mengambil dipan dorong untuk membawa istri pria itu masuk ke rumah sakit.</span><br /><span style="font-style: italic;">Ia duduk di kursi, menundukkan kepalanya sambil mengerang pelan. Sesaat kemudian ia berdiri. Berjalan hilir mudik sambil terus mengecek lampu merah yang menyala di atas pintu ruang operasi. Menunggu seseorang keluar dari ruangan itu dan memberi berita baik padanya. Ia begitu tidak sabar menunggu akhir momen ini.</span><br /><span style="font-style: italic;">Pintu yang ia nanti akhirnya terbuka. Namun lampu merah itu tak kunjung berubah warna. Ia tercekat. Seorang perawat yang masih memakai pakaian khusus operasi keluar dari pintu itu. Sama sekali bukan ini yang diharapkannya.</span><br /><span style="font-style: italic;">Istrinya mengalami pendarahan hebat dan membutuhkan donor darah secepatnya. Pria itu langsung mengangguk mantap ketika si perawat menanyakan donor yang sesuai untuk istrinya.</span><br /><span style="font-style: italic;">Selesai mendonorkan darah, pria itu kembali menunggu di depan ruang operasi. Sudah 8 jam berlalu. Lampu itu masih tidak berubah.</span><br /><span style="font-style: italic;">Ia menunduk, kembali mengenang masa lalu. Saat ia dan istrinya diam-diam pacaran ketika SMA. Lalu semua masa indah itu berubah sekejap ketika istrinya hamil. Orang tua mereka berdua tidak merestui sehingga mereka terpaksa hidup sendiri, membangun rumah tangga berdua. Sungguh masa yang sulit namun mereka selalu menanggapinya dengan senyum kebahagiaan.</span><br /><span style="font-style: italic;">Tiba-tiba lampu merah itu berubah menjadi hijau. Pintu didorong kencang dan seorang dokter keluar..</span><br /><br />Aku iri.<br /><br />Aish, bersambung pada saat yang tidak tepat! Episode selanjutnya belum selesai ku-download pula. Kulihat download-anku yang masih perlu 1 jam lagi sampai selesai. Terpaksa aku berhenti menonton sebentar dan memulai chatting dengan temanku.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />Malam ini tenggorokanku terasa tidak enak. Terasa sedikit sakit saat menelan. Yah, paling-paling hanya sakit tenggorokan biasa. Kalau besok mulai mengganggu, baru aku minum obat.<br /><br />Keesokan harinya, aku benar-benar merasa tidak enak badan ketika sedang kuliah. Ruangannya ber-AC. Entah karena efek AC atau apa, aku merasa badanku sedikit panas. Instingku mulai bekerja. Kurasa aku harus cepat pulang dan minum obat. Tapi dosen malah mau memberi kuis hari ini, tepat sebelum jam pulang. Terpaksa aku tetap di kelas. Untung saja mahasiswa yang sudah selesai mengerjakan soal boleh pulang duluan, jadi aku yang untungnya bisa cepat selesai pun keluar kelas mendahului yang lain. Aku tidak mau pingsan di tengah jalan.<br /><br />Sesampainya di halte bis, ternyata ada keterlambatan kedatangan bis. Kurasa kalau aku menunggu saja sementara sekarang sudah jam makan siang bisa-bisa maagku kambuh. Jadi aku pun pergi makan. Aku masuk ke salah satu rumah makan Chinese di dekat kampus. Kudengar makanannya enak. Namun saat kulihat daftar menu, aku baru sadar kalau menunya untuk makan keluarga. Hanya sedikit makanan untuk perorangan. Karena tenggorokanku masih terasa sakit, aku pun memilih bakmi kuah. Namun ketika pesananku datang, selera makanku lenyap seketika. Terasa mual. Kupaksakan makan sedikit sambil berkali-kali menyeruput teh hangatku untuk meredakan rasa mual ini. Tidak berhasil. Aku hanya bisa makan kurang dari sepertiganya. Akhirnya aku pun berhenti makan. Kubayar dan keluar dari tempat itu, kembali menuju halte bis. Seharusnya bisnya sudah datang.<br /><br />Sesampainya di rumah, aku langsung mengirimkan pesan singkat pada Eomma, menanyakan obat apa yang harus kumakan. Eomma sempat mengomeliku, kenapa aku tidak makan obat dari kemarin.<br />Sudahlah, aku ini sedang sakit, Eomma!<br /><br />Aku mencoba tidur setelah makan obat. Weks, aku benci obat dan sekarang terpaksa aku memakannya karena aku tidak mau sakit sekarang. Dua hari lagi ada ujian praktek akhir semester dan aku tidak mau sakit saat ujian!<br />AKU BENCI SAKIT!<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />Sekarang aku tinggal sendirian di rumah. Tadinya keluarga Ahjumma tinggal di rumahku karena rumah mereka sedang direnovasi. Sekarang rumah mereka sudah selesai dan akhirnya kuperoleh kebebasanku kembali. Sudah cukup kekesalan yang kupendam karena merasa tidak cocok dengan mereka.<br /><br />Aku bosan. Komputerku sedang rusak sehingga tidak bisa dipakai. Acara TV tidak ada yang menarik. Jalan-jalan keluar rumah, tidak ada yang menemani. Menyedihkan.<br /><br />Akhirnya aku berdiam di dalam kamar. Merebahkan kepalaku di atas bantal dan menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong.<br /><br />Terlintas di kepalaku adegan-adegan yang kuinginkan. Yang kurindukan. Yang selalu membuatku iri.<br /><br />Aku beranjak keluar kamar menuju pintu depan. Kuputar kuncinya hingga terbuka. Agar akan ada orang yang menemukanku, pikirku.<br />Lalu aku pun naik ke lantai dua dan berhenti di puncak anak tangga. Kubalikkan badan dan menatap tangga-tangga yang menurun curam itu. Kurasa tangga di rumahku tidak cukup lebar untuk kugunakan, tapi kurasa kekurangan itu akan memberi efek yang lebih baik.<br /><br />Aku berjongkok dan memutar badanku ke arah dinding, merapat mendekatinya. Lalu kurebahkan badanku. Ya, satu gerakan kecil dan rencanaku sempurna.<br />Kubalikkan badan membelakangi tangga, lalu dengan cepat memutarnya kembali. Yang kuingat selanjutnya adalah rasa ngilu di beberapa bagian tubuhku, diakhiri dengan satu dengungan keras yang memenuhi kepalaku.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />Kepalaku pusing. Aku tidak bisa merasakan badanku. Sama sekali tidak bisa bergerak. Aku hanya mampu menggerakkan ujung jariku. Apa yang terjadi padaku? Apa aku sudah mati? Tidak, bukan ini yang kuinginkan. Kucoba membuka mata dengan susah payah. Gelap. Apa sekarang sudah malam? Sudah berapa lama aku seperti ini?<br /><br />“Aerin? Kau sudah sadar, nak?”<br /><br />Suara Eomma. Eomma datang? Aduh, sepertinya aku sudah kelewatan. Pasti Eomma sangat cemas. Mianhe Eomma…<br /><br />“Kau terjatuh dari tangga. Beberapa tulangmu patah tapi pasti akan segera sembuh. Istirahatlah.”<br /><br />“Eomma… kenapa gelap-gelapan?” Terlalu gelap. Masa rumah sakit tidak punya lampu?<br /><br />“Gelap? Ini siang hari, terang benderang…” Lalu kudengar suara nafas tercekat dan sedikit getaran pada ranjangku.<br /><br />“Jangan bercanda, Eomma. Nyalakan lampunya. Ulang tahunku masih lama.” Ucapku tidak percaya. Pasti Eomma bercanda kan?<br /><br />“…” Tidak ada balasan dari Eomma.<br /><br />“Eomma? Ayo, nyalakan lampunya…”<br /><br />“Y—ya, ini sudah Eomma nyalakan,” Gelap. “Masih gelap? Di luar seharusnya terang. Eomma buka tirainya dulu ya,” Tetap gelap. “Oh iya, Eomma ada senter. Apa kau tidak silau?” Sama sekali tidak ada cahaya.<br /><br />“Tunggu sebentar, nak. Eomma mau panggil dokter.”<br /><br />Tidak. Bukan ini yang kubayangkan. Semuanya memang sesuai. Aku berada di rumah sakit. Tidak mampu bergerak sama sekali. Lemah dan tidak berdaya. Di tanganku ada selang infus. Tadinya ada masker oksigen meskipun sekarang sudah diganti dengan selang oksigen. Bau obat-obatan yang menyengat. Namun aku tidak mengharapkan rasa sakit ini. Rasa sakit yang selalu menyiksa saat badanku sedikit bergerak. Serta… kegelapan yang menyelimutiku.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />Eomma dan keluargaku yang lain baru saja keluar. Terdengar suara isakan Eomma sementara suara lain mencoba menghiburnya.<br />Aku menolak dioperasi. Buat apa membuang-buang uang demi aku yang sengaja menyakiti diriku? Sekalipun dioperasi, kemungkinan sembuh hanya 50%. Tidak menjamin. Biarkan saja aku seperti ini. Anggap saja ini adalah hukuman bagiku yang telah seenaknya mempermainkan nyawaku. Aku ini berdosa, Eomma. Seharusnya aku mati saja daripada hidup seperti ini…<br /><br />“Kenapa kau tidak mau operasi?”<br /><br />Suara siapa itu? Aku tidak mendengar suara pintu terbuka. Darimana laki-laki ini datang?<br /><br />“Maaf, aku tiba-tiba bertanya seperti itu. Dari tadi aku mendengar percakapan keluargamu. Tidak mungkin sembuh? Alasan yang tidak masuk akal. Bila kau yakin akan sembuh, kau pasti bisa sembuh.”<br /><br />“Siapa kau?”<br /><br />“Aku… Hei, jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab dulu pertanyaanku. Kenapa kau tidak mau sembuh?”<br /><br />“Kau mengubah pertanyaan. Harusnya kenapa aku tidak mau operasi, bukannya kenapa aku tidak mau sembuh.”<br /><br />“Sama saja.”<br /><br />“Beda!”<br /><br />“Terserah kau. Jawab saja salah satunya.”<br /><br />“Tidak mau.”<br /><br />“Ya sudah. Kau sangat tidak asyik. Aku pergi.”<br /><br />“Hei!”<br /><br />Tidak ada balasan. Apa laki-laki itu sudah pergi? Berapa umurnya? Suaranya terdengar sedikit berat, jadi mungkin ia seumuran denganku atau lebih tua. Atau lebih muda? Ah, aku tidak tahu. Aku mau tidur saja.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />“Kau masih tidak mau menjawab pertanyaanku?”<br /><br />“Aaa! Kau mengagetkanku saja.”<br /><br />“Mengagetkan? Masa?”<br /><br />“Tidak bisakah kau mengetuk pintu dulu sebelum masuk, atau memberi sinyal suara ketika kau datang?”<br /><br />“Hmm… tidak mau. Kau mau jawab pertanyaanku?”<br /><br />“Tidak!”<br /><br />“Ya sudah, aku pergi saja…”<br /><br />“Eee, tunggu dulu!”<br /><br />“Kenapa? Kau mau jawab pertanyaanku?”<br /><br />“Tidak, tapi… maukah kau menemaniku? Aku kesepian…”<br /><br />“Apa kau tidak takut ditemani laki-laki asing sepertiku? Ngomong-ngomong, kenapa tidak ada temanmu yang datang? Kasihan sekali kau.”<br /><br />“Kau— Sekarang sedang ujian semester, jadi semua teman-temanku sibuk belajar.”<br /><br />“Hmm… sepertinya hanya aku satu-satunya orang yang bisa menemanimu. Baiklah, terserah kau mau jawab pertanyaanku atau tidak. Aku akan menemanimu. Jadi, apa yang harus kulakukan agar kau tidak kesepian?”<br /><br />“Temani aku saat aku—“<br /><br />“Aerin, kau bicara dengan siapa?”<br /><br />“Oh, Eomma datang. Dengan temanku. Hei! Aduh, aku belum tahu namanya. Ini Eommaku.”<br /><br />“Siapa? Tidak ada siapa-siapa disini.”<br /><br />Hah? Bukannya tadi ia baru saja ada disini saat Eomma datang?<br /><br />“Eomma mau ke ruang dokter. Tunggu sebentar ya.”<br /><br />Terdengar suara pintu terbuka. Sepertinya Eomma sudah pergi.<br /><br />“Hei, kenapa kau sembunyi begitu ada Eomma? Oh iya, ucapanku tadi, maukah kau menemaniku ketika aku sendirian?”<br /><br />Tidak ada jawaban. Orang yang aneh. Datang dan pergi begitu cepat dan tiba-tiba. Semoga ia datang lagi…<br /><br />Harapanku terpenuhi. Ia datang lagi keesokan harinya. Ia tidak menjawab langsung permintaanku, tapi kehadirannya setiap kali Eomma sedang pergi dan aku sendirian merupakan jawabannya. Aku banyak bercerita padanya. Kurasa baru sekarang aku menemukan seorang teman untuk berbagi cerita. Kulimpahkan segala yang ada di dalam pikiranku. Semua masalahku. Dan ia selalu diam mendengarkan, hanya sesekali mengeluarkan gumaman sebagai tanda ia masih mendengarkan.<br /><br />Satu minggu berlalu. Ujian semester yang kulewatkan telah selesai. Teman-temanku mulai datang menjenguk meskipun rumah sakit tempat aku dirawat pasti jauh dari tempat tinggal mereka. Sekarang aku tidak kesepian lagi. Tapi aku kesepian tanpa laki-laki itu. Ia tidak datang lagi…<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />“Lupakan saja pertanyaanku dulu.”<br /><br />Eh, ia datang! “Kemana saja kau?”<br /><br />“Seperti janjiku, aku hanya menemanimu saat kau kesepian. Bukankah sekarang kau sudah tidak kesepian lagi?”<br /><br />“Ya… begitulah. Kenapa sekarang kau datang padahal aku sudah tidak kesepian lagi seperti yang kau katakan?”<br /><br />“Karena aku tidak bisa datang lagi besok.”<br /><br />“Besok? Lusa bisa datang kan?”<br /><br />“Tidak bisa. Hanya hari ini aku bisa datang mengunjungimu.”<br /><br />“Kenapa? Apa kau akan keluar rumah sakit? Eh, kau ini pasien atau pengunjung biasa, sih? Aku bahkan tidak tahu siapa kau.”<br /><br />“Tidak usah memikirkannya. Tidak begitu penting. Yang penting adalah, apa kau mau berjanji padaku untuk segera dioperasi?”<br /><br />“Kenapa aku harus dioperasi?”<br /><br />“Karena… kalau kau bisa melihat lagi, kau baru bisa melihatku. Apa kau tidak penasaran padaku?”<br /><br />“Apa maksudmu?”<br /><br />“Sudahlah, berjanjilah. Waktuku tidak banyak.”<br /><br />“Waktumu tidak banyak? Kemana kau akan pergi? Apa kita akan bertemu lagi?”<br /><br />“Berjanjilah.”<br /><br />“Ya, baiklah. Apa kau juga akan terus memegang janjimu? Untuk tidak membiarkan aku kesepian?”<br /><br />“…” Tidak ada jawaban.<br /><br />Apa maksud perkataannya? Kemana ia akan pergi? Bukankah ia berjanji untuk menemaniku saat aku kesepian?<br /><br />“Aerin, kau kenapa? Ada yang sakit?”<br /><br />Eomma datang. Aku pun teringat akan janjiku tadi.<br /><br />“Eomma, aku mau operasi.”<br /><br />Selanjutnya, yang kudengar hanya desahan lega dari Eomma. Kurasa pasti ia sangat senang. Mianhe, Eomma. Pasti aku sudah membuatmu begitu tertekan..<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">***<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /><br />3 bulan kemudian, perban di mataku dibuka. Begitu menyentuh cahaya, mataku terasa sangat silau dan butuh waktu beberapa menit sampai aku bisa melihat dengan jelas. Akhirnya aku bisa melihat lagi. Aku melihat sekeliling, berharap menemukan sosok laki-laki dengan suara yang familiar. Laki-laki yang sudah menemani dan mendukungku selama ini. Namun sama sekali tak kutemukan. Kucari di seluruh rumah sakit, tak juga kutemukan. Kemana dia?<br /><br />Akhirnya aku pun kembali kuliah. Karena membutuhkan waktu untuk penyembuhan total, aku melewatkan dua bulan perkuliahan dengan izin khusus. Eomma menyarankan aku cuti setahun saja agar lebih banyak istirahat, tapi aku tidak mau kehilangan teman-temanku di kelas. Sekarang aku harus berjuang keras agar bisa mengejar ketertinggalanku mengingat sebentar lagi ujian tengah semester.<br /><br />Hari kuliah pertamaku dimulai. Ketika aku masuk kelas, teman-temanku langsung menyambut hangat. Mereka tak hentinya menanyakan pertanyaan seperti, “Kau sudah sembuh?” atau, “Kau sudah bisa melihat?”. Pertanyaan yang mengganggu tapi mau tidak mau harus kutanggapi satu persatu sambil berusaha tersenyum ramah.<br />Setelah kuliah dimulai selama sekitar setengah jam, pintu kelas terbuka dan seorang mahasiswa lain masuk. Ia duduk di kursi yang masih kosong di sebelahku. Aku belum pernah melihatnya. Siapa dia?<br /><br />“Ssst, siapa laki-laki itu?”<br /><br />“Ah, dia itu anak angkatan di atas kita tapi terpaksa cuti setahun karena sakit.”<br /><br />“Ooh..”<br /><br />Puas dengan jawaban itu, aku tidak lagi membahasnya. Ternyata hanya mahasiswa sakit-sakitan yang cuti setahun rupanya.<br /><br />Tiba-tiba dosen yang sedang menjelaskan memberikan pertanyaan.<br />“Siapa yang menemukan teori relativitas? Pertanyaan mudah, siapapun pasti bisa menjawabnya.” Si dosen menyisir mahasiswa-mahasiswa yang sepertinya sama sekali tidak memperhatikannya. “Kau! Coba jawab!” Ia menunjuk ke… laki-laki di sebelahku.<br /><br />“Err… ” Ia terdiam, tidak menjawab. Padahal bisa kulihat seluruh kelas dan dosen sedang memperhatikan dia, menunggu jawaban. Ah, ternyata dia bodoh. Masa penemu teori relativitas saja tidak tahu?<br /><br />“Hei, apa kau tahu jawabannya?”<br /><br />Eh? Kutolehkan kepaku, menatapnya. Suaranya familiar…<br /><br />“Tolong, apa kau tahu jawabannya?”<br /><br />“Y—ya, Albert Einstein.” Jawabku terbata-bata. Suaranya itu…<br /><br />“Albert Einstein, Songsaenim.” Akhirnya ia menjawab dengan suara cukup keras, mengutip jawaban yang kuberitahukan.<br /><br />“Bagus. Penemu teori relativitas adalah Albert Einstein. Bahkan anak SD pun pasti tahu.” Lalu dosen itu kembali melanjutkan penjelasannya. Para mahasiswa pun kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Tidak ada yang tertarik dengan kuliah ini.<br /><br />Aku tertarik. Bukan tertarik pada kuliah yang membosankan ini, tapi pada laki-laki di sebelahku. Aku kembali meliriknya berkali-kali, penasaran. Siapa dia? Kenapa suaranya terdengar begitu familiar?<br /><br />Akhirnya kuberanikan diri bertanya padanya. “Err… apa kita pernah bertemu sebelumnya?”<br /><br />“Kita pernah bertemu sebelumnya? Mungkin. Kan kita masih satu kampus.”<br /><br />“Y—ya, mungkin saja…”<br /><br />“Tapi kurasa kita pernah bertemu belum lama ini. Aneh ya?”<br /><br />“Aku juga merasa begitu. Anehnya lagi, hanya suaramu yang terdengar familiar.”<br /><br />“Oh ya?”<br /><br />“Hmm..”<br /><br />“Aneh.”<br /><br />“Ya, sangat aneh.”<br /><br />Aku mengalihkan pandangan dengan kikuk ketika menyadari kuliah ini sudah selesai. Aku pun membereskan buku dan berdiri menyusul teman-temanku. Kurasa, lain kali aku harus tanya siapa namanya.<br /><br /><br /></div><div style="text-align: center;">FIN</div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-80927822918199651652009-07-11T17:12:00.000+07:002009-07-13T14:18:06.390+07:00[Oneshot] He's My Death God!“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiing!!!”
<br />
<br />Dengan mata yang masih terpejam, tanganku bergerak-gerak menggapai jam weker yang seharusnya ada di sebelah tempat tidurku. Namun bukannya mematikannya, tanganku malah membuatnya jatuh ke lantai. Aisssssh! Terpaksa aku bangun untuk mengambil jam weker itu dan mematikannya. Lalu kembali kurebahkan badanku dan menatap langit-langit kamar. Bagai pemutar rol film, aku kembali teringat pada hari itu…
<br />
<br /><span style="font-style: italic;">”Yak, Yoonmi-ah, berapa nomor ujianmu?”
<br />
<br />“1324. Kau?”
<br />
<br />“3287. Siap?”
<br />
<br />“Ya. Kau ke kanan, aku ke kiri.”
<br />
<br />“Sip.”
<br />
<br />Aku dan Yoonmi serempak berpisah. Aku ke papan pengumuman di sebelah kanan sedangkan Yoonmi ke papan pengumuman di sebelah kiri. Hari ini pengumuman ujian masuk Universitas Seoul, universitas paling bergengsi se-Korea Selatan. Kalau bisa masuk, ahh bagaikan mimpi!
<br />
<br />“Akh, permisi…permisi…” Aku sedang mencoba menerobos kerumunan orang yang sama-sama ingin melihat pengumuman. “1324… 1324…” Mata dan jariku bergerak seiringan menyisir daftar nama dan nomor ujian yang tertera pada kertas-kertas yang ditempelkan. Aih, pabo! Nomor ujian yang ada disini semuanya berawalan 3! Kalau begitu, aku cari nomorku saja. “3287…3287…” ADA! Aku harus segera keluar dari kerumunan ini dan mencari Yoonmi! Namun ketika kubalikkan badan untuk keluar, orang-orang di depanku malah mendesakku sampai aku hampir terjepit. Tuhan, tolong aku! Aku tidak mau hidupku berakhir seperti ini! Kan sangat tidak lucu kalau Appa dan Eomma alih-alih mendapat berita bagus ini, malah ditelepon polisi kalau anak perempuan semata wayang mereka tewas tejepit di antara orang-orang dan papan pengumuman? Mungkin bukannya sedih, mereka malah tertawa terbahak-bahak. Sekarang aku bahkan tidak sempat bergidik saat memikirkan kemungkinan konyol itu. Kupejamkan mataku dan berusaha melawan dorongan dari orang-orang menyeramkan ini. Ukh, bernapaslah, Aerin! Bahkan udara pun sampai tidak punya cukup tempat untuk sampai ke tenggorokanku. Oh Tuhan, apakah aku harus mati konyol seperti ini?
<br />
<br />Eh. Tiba-tiba aku bisa bernapas dengan lega. Dorongan-dorongan itu pun tidak lagi terasa menyakitkan. Apa aku sudah mati? Kubuka mataku perlahan, mencoba memastikan dunia luar. Apa rohku sudah dicabut malaikat kematian?
<br />
<br />Salah. Semua salah. Di hadapanku sekarang tidak ada malaikat kematian. Eh, bisa disebut malaikat juga sih. Malaikat surga tepatnya. Dadanya yang bidang memberi cukup ruang bagiku untuk bernapas. Ketika kutatap wajahnya, kulitnya yang putih mulus terlihat begitu… bersinar. Kacamata kotak yang dikenakannya seakan-akan ingin menyembunyikan mata indah itu dari penglihatan orang. Belum lagi rambutnya. Hitam, cukup stylish, begitu cocok dengan bentuk kepalanya. Wajahnya maksudku. Oh, kalau malaikat kematian itu setampan dia, aku rela mati lebih cepat! Cabut saja nyawaku, wahai malaikat!
<br />
<br />“HEI!”
<br />
<br />Eh?
<br />
<br />“Apa kau mau mati disini?”
<br />
<br />Eeeeh? Aku tersadar dari lamunanku setelah mendengar teriakannya. Oh, apakah suara malaikat kematian itu terdengar begitu merdu seperti ini?
<br />
<br />“Cepat keluar kalau tidak mau mati terjepit. Aku sudah capek menahan orang-orang ini!”
<br />
<br />Akh. Duniaku yang tadinya hanya ada aku dan malaikatku mulai terisi oleh suara-suara berisik dan sosok orang-orang yang saling mendorong. Ternyata aku masih hidup—sayang sekali, padahal kukira nyawaku sudah dicabut oleh malaikat ini—dan alasanku tetap hidup adalah pria ini. Rupanya sedari tadi ia menahan dorongan orang-orang yang menjepitku.
<br />
<br />“CEPAT!”
<br />
<br />“Ah, iya-iya…” balasku pada akhirnya. Lalu kami bergerak bersama-sama sampai kami keluar dari kerumunan itu. “Goma—“ Eh? Pria itu sudah tidak ada lagi. Rupanya ia kembali menyelami kerumunan orang itu. Apa ia juga ingin melihat hasil ujian masuk? Apa ia diterima? Apa ia—“
<br />
<br />“Aerin-ah!!! Aku diterima!! Bagaimana denganmu?”
<br />
<br />Pandanganku beralih dari kerumunan yang hampir menjepitku tadi ke wajah Yoonmi yang berbinar-binar menatapku. “Ah, iya-iya.. Aku juga diterima.”
<br />
<br />“Bagus! Kita sama-sama diterima!!” teriak Yoonmi sembari memelukku.
<br />
<br />“Iya, bagus…” balasku tanpa bersemangat. Mataku kembali memperhatikan kerumunan di belakang Yoonmi.
<br />
<br />“YA, Aerin-ah! Apa kau tidak senang? Ada apa denganmu? Apa kau sakit? Aigo… apa yang harus kukatakan pada Ahjushi dan Ahjuma kalau kau sampai sakit?”
<br />
<br />“Yoonmi-ah, tenanglah. Tentu saja aku senang! Kita diterima!!” balasku mencoba menenangkan Yoonmi. Ia paling takut diomeli Appa dan Eomma yang overprotektif padaku. Meski sebenarnya Appa dan Eomma sudah sangat mengenal Yoonmi karena kami sudah satu sekolah sejak SD, tapi Yoonmi masih saja segan pada mereka.
<br />
<br />Pandangan mataku kembali ke arah papan pengumuman. Pria itu sudah keluar. Ekspresinya terlihat datar. Apa ia tidak diterima? Mengapa malaikat setampan ia tidak diterima? Ah, kurasa aku harus memastikannya. Sekalian mengucapkan terima kasih. Ia kan penyelamat nyawaku…
<br />
<br />“Yoonmi-ah, aku mau kesana sebentar.”
<br />
<br />Kudatangi pria itu. Sambil berjalan ke arahnya, aku terus memperhatikan ekspresinya. Apa ia benar-benar tidak diterima? Tapi ekspresinya tiba-tiba berubah. Dari ekspresi datar menjadi senyum-senyum sendiri. Lalu ia menggerakkan tangannya dan mulutnya berucap “YES!”. Sungguh pria yang aneh.
<br />
<br />“Permisi…” sapaku.
<br />
<br />Ekspresinya langsung berubah. “Ya?” sahutnya gelagapan. Lucu sekali.
<br />
<br />“Gomawo atas bantuanmu tadi.”
<br />
<br />“Y—ya, sama-sama,” sahutnya masih gelagapan.
<br />
<br />“Apa kau juga melihat hasil ujian masuk? Diterima tidak?”
<br />
<br />“Ya, aku diterima. Kau?”
<br />
<br />“Ya, aku juga diterima. Selamat ya.”
<br />
<br />“Masuk jurusan apa?”
<br />
<br />“Kedokteran. Kau?”
<br />
<br />“Siapa namamu?”
<br />
<br />Kok dia terus menanyaiku sih? “Park Aerin. Kau?”
<br />
<br />Alih-alih menjawab, ia malah terlihat berpikir. “Kita masuk pada angkatan yang sama dan jurusan yang sama. Sebenarnya aku lebih tertarik pada wanita yang lebih tua, tapi kurasa aku ingin coba pacaran pada wanita yang seumuran denganku. Namaku Kim Jaejoong. Apa kau mau menjadi pacarku?”
<br />
<br />“. . .” APA??
<br />
<br />“APA???” Eh, kok malah Yoonmi yang teriak sih?</span>
<br />
<br />
<br />Hahaha… Aku jadi tertawa sendiri mengingatnya. SUNGGUH KONYOL! Aku hampir mati terjepit, bertemu dengan malaikat kematian yang lucu, bahkan malaikat itu mengajakku berpacaran. Hahaha…
<br />
<br />Tapi itu kenangan 1 tahun yang lalu. Saat itu, meski masih shock tapi aku langsung menerimanya. Tentu saja aku tidak menolak malaikat setampan dia. Sungguh beruntung, bukan? Tapi Yoonmi malah histeris sendiri dan aku harus berjuang keras untuk menenangkannya agar ia tidak memberitahu orangtuaku. Appa dan Eomma tidak boleh tahu. Kalau mereka sampai tahu aku berpacaran begitu masuk kuliah, hmm aku tidak bisa membayangkan apa tindakan mereka. Bisa-bisa Joongie-ku dipanggang hidup-hidup. Oops, ketahuan yah. Aku memanggil malaikatku itu Joongie. Panggilan yang imut, bukan? Tadinya ia sempat protes tapi aku bersikeras tetap memanggilnya seperti itu. Ia kan malaikatku yang lucu. Hehehe…
<br />
<br />Oh iya, pada awalnya kami berpacaran karena Joongie ingin mencoba berpacaran pada perempuan yang seumuran dengannya. Awalnya kukira kami tidak akan cocok karena banyak yang bilang kalau pacaran dengan orang yang seumuran akan lebih sering bertengkar. Yah, kami juga sering bertengkar sih. Tapi semua masalah selalu bisa diselesaikan. Sampai akhirnya kami menjalani masa pacaran selama satu tahun… Tunggu dulu. Satu tahun? Ya ampun, hari ini kan hari peringatan satu tahun pacaran kami! Seharusnya kami bertemu di depan kampus jam sebelas siang. OMONA.. sekarang sudah jam setengah dua belas! Pabo! Bagaimana aku bisa lupa dan bangun kesiangan? Padahal semalaman akulah yang berkali-kali mengingatkan Joongie agar ia tdak terlambat. Ya ampun, aku harus cepat!
<br />
<br />Aku langsung meloncat dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Setelah secepat mungkin memilih pakaian dari lemari dan memakainya, aku segera turun ke lantai satu. Hari ini hari minggu, jadi tentu saja orangtuaku ada di rumah. Appa sedang sibuk di ruang kerjanya sementara Eomma sibuk di dapur mengawasi pembantu memasak.
<br />
<br />“Appa, Eomma, aku pergi dulu!!”
<br />
<br />“Aerin, kau mau kemana?” tanya Eomma.
<br />
<br />“Aku ada janji dengan Yoonmi dan sekarang sudah terlambat! Appa, Eomma, annyeong!” teriakku sambil keluar rumah tanpa menghiraukan suara teriakan Appa. Pasti appa menyuruhku diantar supir. Iih, aku kan bukan anak kecil lagi. Aku mau naik bus saja.
<br />
<br />Sesampainya di depan kampus, aku segera mencari sosok Joongie di antara orang-orang yang datang untuk melihat hasil ujian masuk. Hihihi, jadi teringat lagi pada kejadian itu. Tapi aku tidak juga menemukan Joongie. Argh, Kim Jaejoong, KAU TERLAMBAT!
<br />Kucoba bersabar dan mencari tempat duduk. Menunggu malaikat bodoh itu. Sekarang sudah jam setengah satu siang. Ia belum datang. Dan aku sudah lapar! Grrr… lihat saja nanti, begitu ia datang aku akan memakannya! Grawr!
<br />
<br />Tiba-tiba sebuah sepeda motor memasuki halaman kampus dan berhenti di depanku. Lho, kenapa malah Changmin yang kesini? Tapi yang mengendarainya siapa? Motor Changmin, tapi yang membawanya sama sekali tidak kukenal. Jaket dan helmnya membuatnya terasa asing.
<br />Perlahan laki-laki itu membuka helmnya. Joongie??!
<br />
<br />“Aerin-ah!”
<br />
<br />Sesaat aku sempat terbuai akan kekerenannya saat membuka helm. Ya ampun, kalau Tuhan memang membuat manusia berdasarkan rupa-Nya, pasti Tuhan setampan ini!
<br />Ehem. Aku kan sedang marah padanya. Ia terlambat satu setengah jam!
<br />“Kau terlambat,” sahutku ketus.
<br />
<br />“Tidak, aku tidak terlambat. KAU-lah yang terlambat. Aku sudah datang dari jam sebelas tadi, menunggumu sampai kelaparan. Jadi aku pergi sebentar untuk makan siang.”
<br />
<br />Oops. Ternyata ia tidak terlambat. Tapi… “Kau makan siang duluan? Aku juga lapar! Huh!”
<br />
<br />“Kau belum makan? Ya sudah, ayo kita pergi makan. Aku temani.”
<br />
<br />“Kau ini… aku tidak mau makan sambil diperhatikan orang!”
<br />
<br />“Hei, kenapa malah kau yang marah? Harusnya aku yang marah, tau? Cepatlah naik kalau kau mau makan. Atau kau mau mati kelaparan disini?”
<br />
<br />“Oke…oke…” Mau tidak mau aku harus menyerah. Perut laparku sudah tidak bisa kompromi. “Ngomong-ngomong, kenapa motor Changmin ada padamu?”
<br />
<br />“Kupinjam. Biar kita bisa lebih leluasa kemana-mana. Apa kau takut naik motor?” ucapnya sambil menyalakan mesin.
<br />
<br />“Anio… tentu saja aku berani. Pabo!” jawabku sambil memukul pundaknya pelan. “Tapi bukannya motor Changmin ini rusak?”
<br />
<br />“Tenang saja, sudah diperbaiki. Sekarang pegangan kalau kau tidak mau terjatuh.”
<br />
<br />“Whoaaaa!” teriakku sambil refleks memeluk pinggangnya. Dasar usil, langsung ngebut sebelum aku siap. Malaikat bodoh!
<br />
<br />Kami ke restoran cepat saji. Tentu saja karena aku sudah sangat lapar. Aku memesan burger porsi besar, kentang goreng super large dan cola large size.
<br />
<br />“Kau mau pesan apa?” tanyaku pada Joongie.
<br />
<br />“Orange jus medium. Kau pesan orange jus saja daripada cola. Orange jus lebih sehat lho.”
<br />
<br />“Ya ya ya… aku sedang tidak ingin berdebat denganmu. Aku sudah sangat lapar,” Kualihkan pandangan pada pelayan yang sedang menanti pesananku. “Burger special extra large satu, kentang goreng super large, orange jus large satu dan orange jus medium satu.”
<br />
<br />“Akhirnya kau pesan orange jus juga.” ujar Joongie sambil tersenyum.
<br />
<br />“Kubilang aku tidak ingin berdebat—“
<br />
<br />“Totalnya 7500 won.”
<br />
<br />“Biar aku yang bayar. Kau sudah menyediakan transportasi, bukan?” tolakku saat Joongie merogoh dompetnya.
<br />
<br />“Kau ini—“
<br />
<br />Ia terdiam. Setelah kubayar makanan kami, Joongie membawakan nampannya menuju meja di dekat jendela dengan kursi sofa favoritku.
<br />Ia menaruh makanan dan menungguku duduk. “Geser,” sahutnya menyuruhku bergeser ke arah jendela. Aku enggan tapi terpaksa bergerak juga setelah ia memaksa duduk pada sofa yang sama denganku. Huh. Maunya apa sih?
<br />
<br />“Bukannya kau tidak suka diperhatikan orang saat sedang makan? Dengan begini, aku tidak akan memperhatikanmu dan kau tidak akan merasa terganggu.”
<br />
<br />“Terserah kau,” jawabku dengan nada datar sedikit ketus. Namun di dalam hati, diam-diam aku mengagumi perhatiannya.
<br />
<br />Kuhabiskan burgerku dengan cepat lalu berkata, “Pindahlah duduk kesana. Kita makan kentang sama-sama.” Joongie menurut dan ia pun pindah duduk ke hadapanku.
<br />
<br />Joongie menyeruput orange jusnya sambil sesekali mengambil kentang goreng, tetap dalam diam. Apa ia sebal dengan sikapku?
<br />
<br />“Jadi?” Aku mencoba memulai pembicaraan.
<br />
<br />“Apa?”
<br />
<br />“Apa rencana kita hari ini?”
<br />
<br />“Kau mau kemana?”
<br />
<br />“Terserah padamu. Kau yang bawa motornya. Lagipula… maaf aku terlambat. Semalaman aku tidak bisa tidur.”
<br />
<br />“Tidak bisa tidur karena memikirkanku?”
<br />
<br />“Enak saja! Mana mungkin aku memikirkanmu? Tidak ada untungnya, tau?”
<br />
<br />“Ayolah, mengaku saja…”
<br />
<br />“Kau— Makan saja ini!” omelku sambil mengambil botol saos tomat dan menuangkannya banyak-banyak ke atas kentang goreng.
<br />
<br />“Hei! Kau kan tahu aku tidak suka saos tomat!”
<br />
<br />Aku menyeruput habis orange jusku lalu berkata, “Sudahlah, aku sudah kenyang. Kau juga kenyang, bukan? Ayo kita pergi!”
<br />
<br />“Mau kemana?”
<br />
<br />“Kubilang, terserah kau.”
<br />
<br />“Oke, tuan putri. Ayo kita pergi.”
<br />
<br />Aku duduk di belakangnya dan kembali memeluk pinggangnya erat-erat. Kupejamkan mataku, menikmati desiran angin yang menerpa. Aku sangat menikmati saat-saat seperti ini. Kami jarang berkencan di luar kampus. Ya, karena aku tidak cukup pintar mengarang alasan untuk menutupi kencanku dengan Joongie pada Appa dan Eomma. Selain itu… aku tidak yakin kami bisa terus bersama seperti ini. Bukankah Joongie lebih suka wanita yang lebih tua darinya?
<br />
<br />Tiba-tiba laju motor perlahan-lahan melambat sampai akhirnya berhenti. Kubuka mataku. Apa kami sudah sampai?
<br />
<br />“Aaaaah, bensinnya habis!” gerutu Joongie.
<br />
<br />“Apa?” Kulihat keadaan sekitar. Kami berada di tepi jalan yang sepi. Di salah satu sisi jalan terdapat padang rumput yang luas sementara di sisi lainnya ada laut. Pantai!
<br />
<br />“Tadinya aku ingin membawamu ke puncak bukit di sebelah sana. Tapi tahu-tahu bensinnya habis. Mianhe… Aku akan segera minta bantuan—”
<br />
<br />“Tidak apa-apa. Aku suka pantai,” ucapku santai sambil berlari ke arah pantai yang begitu indah. “Aaaaah pantai!!!”
<br />
<br />“YA! Kau ini seperti tidak pernah ke pantai saja. Malu tahu dilihat orang,” ujar Joongie sambil menyusulku.
<br />
<br />“Siapa yang lihat? Cuma kau, kan? Aku memang tidak pernah ke pantai…” sahutku sambil melepas sepatu dan menghampiri ombak yang datang. Tapi…
<br />
<br />“Kenapa, Aerin-ah? Kau takut ombak?”
<br />
<br />“Aku… tidak bisa berenang,” ucapku pelan sambil kembali ke pasir yang kering dan duduk.
<br />
<br />“Ayolah, masa kau hanya duduk saja? Bukankah kau belum pernah ke pantai?” Joongie menarik tanganku.
<br />
<br />Aku sedikit enggan, tapi kurasa aku harus mencobanya. Kuikuti kemauan Joongie meski akhirnya aku masih berdiri di tepi pantai, menghindari ombak. Sedangkan Joongie sudah menerjang ombak dan mulai basah kuyup. Untung saja dompet dan HPnya sudah ditaruh bersama tasku di pasir kering. Kalau tidak, pasti HPnya sudah rusak.
<br />
<br />“Aerin-ah~” Ia kembali menarikku lebih dekat pada ombak. Pegangan tangannya kuat sekali.
<br />
<br />“Joongie, aku tidak ma— Akh!“
<br />
<br />Kami jatuh bersama setelah diterjang ombak. Akhirnya pakaianku pun ikut basah.
<br />
<br />“Kau tidak apa-apa?” Joongie bertanya khawatir.
<br />
<br />“Hahaha, kau bodoh!”
<br />
<br />“Aku bodoh? Kalau begitu kau lebih bodoh lagi, mau pacaran denganku.”
<br />
<br />“Enak saja!”
<br />
<br />“Jadi ombak itu tidak menyeramkan, bukan?”
<br />
<br />“Tidak karena ada—“ Byur! Ombak sialan itu datang lagi, menerpa kami berdua sehingga kami berdua benar-benar basah kuyup seluruhnya.
<br />
<br />Joongie membantuku berdiri. “Karena ada apa? Kau belum menyelesaikan ucapanmu.”
<br />
<br />“Tidak ada apa-apa. Ayo cepat menghindar sebelum ombaknya datang lagi.” Karena ada kau, malaikat bodoh!
<br />
<br />Akhirnya kami berdua bermain ombak. Berlari menyongsong ketika ombak akan datang, tapi langsung lari menghindar begitu ombak itu sampai di pantai. Aku tidak takut lagi. Aku yakin aku akan aman berada bersamanya. Ia pasti akan melindungiku, bukan? Ia kan, malaikatku…
<br />
<br />Tanpa kami sadari, langit perlahan-lahan berubah menjadi gelap…
<br />
<br />Gelegar!
<br />
<br />“AAAAAAAAAAAH!!!” teriakku begitu terdengar suara petir itu. Aku langsung berjongkok dan menutup kedua telingaku.
<br />
<br />“Aerin-ah! Kau tidak apa-apa?” Joongie langsung menghampiri dan memelukku.
<br />
<br />Gelegar! Suara itu datang lagi, disusul hujan rintik-rintik. Joongie membantuku berdiri, mengambil barang-barang kami dan berjalan menuju pohon terdekat. Pohon itu tidak terlalu besar, tapi cukup untuk melindungi kami dari hujan yang makin lama makin deras.
<br />
<br />“Kau takut petir?”
<br />
<br />Aku tidak menjawab. Suara petir menyambar yang tak kunjung henti membuatku makin meringkuk dan menutup telinga serta mataku. Joongie mengambil HPnya.
<br />“Changmin-ah, bisakah kau segera kesini? Kami kehabisan bensin dan sekarang hujan deras. Bukan di bukit, tapi di pantai dekat bukit. Bisa? Baiklah. Gomawo.”
<br />
<br />“Aku sudah menelepon Changmin. Ia akan datang sebentar lagi. Kau jangan takut, aku ada disini,” ujar Joongie sambil mempererat pelukannya. Pelukan yang membuatku teringat pada tindakannya yang menolongku saat hampir terjepit tahun lalu. Ketika aku begitu terpesona pada dirinya. Tuhan, meski petir tak berhenti sekalipun, aku rela terus seperti ini!
<br />
<br />Kami terus diam seperti ini sampai suara petir berhenti. Hanya tersisa hujan yang masih cukup deras. Kedua tangan Joongie memegang wajahku. Aduh, kurasa wajahku sudah merah sekarang…
<br />
<br />“Kau tidak apa-apa? Petirnya sudah berhenti. Sekarang sudah aman.”
<br />
<br />“Ya, aku tidak apa-apa,” sahutku sedikit kikuk sambil menegakkan badan. “Gomawo Joongie-ah.”
<br />
<br />Joongie tidak menjawab, tapi malah menarik pundakku ke dalam dekapannya. “Aku hampir mati ketakutan melihatmu begitu histeris. Mianhe.. kencan hari ini begitu kacau gara-gara aku.”
<br />
<br />“Berhentilah menyalahkan dirimu. Aku sangat senang hari ini. Tapi pasti aku terlihat begitu konyol. Takut pada ombak, takut petir.. kurasa malah aku yang merepotkanmu.”
<br />
<br />“Baiklah. Tidak ada yang salah. Puas? Sebentar lagi Changmin datang dan kita bisa pulang.”
<br />
<br />“Joongie-ah…”
<br />
<br />“Apa? Apa kau sakit? Oh iya, pakaianmu basah. Jangan-jangan kau mulai flu?”
<br />
<br />“Anio.. bukan itu. Aku hanya ingin bertanya. Bagaimana perasaanmu padaku setahun ini?”
<br />
<br />“Apa maksudmu? Tentu saja aku—“
<br />
<br />“Dulu kau bilang kalau kau lebih tertarik pada wanita yang lebih tua. Lalu kau ingin mencoba pacaran dengan perempuan yang seumuran sehingga kau memilihku. Aku ingin menjernihkan masalah. Aku tidak ingin mejadi penghambat kebahagiaanmu. Jadi bila kau tidak suka padaku, kita—“
<br />
<br />“Saranghae.”
<br />
<br />“Benarkah—“
<br />
<br />“Bagaimana dengan kau?”
<br />
<br />Aku tidak mampu menjawab. Masa aku harus cerita kalau aku sudah menyukainya pada pandangan pertama? Pasti ia akan tertawa mendengarnya… Ya Tuhan, kenapa ia memejamkan matanya dan mulai mendekat? Apa ia mau menciumku? Tidak tidak tidak! Aku belum siap!
<br />
<br />“Hujannya sudah berhenti!” sahutku tiba-tiba sambil melihat ke arah pantai.
<br />
<br />Kulirik Joongie sekilas. Ia membuka matanya dan terlihat kesal. Tangannya menyentuh wajahku, mengarahkan pada posisi yang sesuai. Lalu ia kembali memejamkan matanya dan mendekat…
<br />
<br />“Pelangi, Joongie! Ah indah sekali…”
<br />
<br />“YA! Kau ini mau kucium atau tidak?” kali ini ia langsung menyentuhkan bibirnya dengan sedikit paksaan. Aku tidak mampu menolak lagi dan membalas ciumannya. Apa ini mimpi? Jiwaku seakan-akan terhisap begitu saja dalam ciuman ini. Malaikat kematian, apa kau benar-benar akan mencabut nyawaku?
<br />
<br />Setelah selesai, kami saling mengalihkan pandangan dengan kikuk. Sama-sama menatap pelangi tipis yang terbentuk di ujung lautan. Sungguh indah…
<br />
<br />“KIM JAEJOONG SARANGHAE!!!” teriakku tiba-tiba ke arah pantai sehingga suaranya bergema.
<br />
<br />“PARK AERIN SARANGHAE!!!” balasnya.
<br />
<br />“Hei, kau masih harus melewati orangtuaku. Mereka kan belum tahu hubungan kita.”
<br />
<br />“Tenang saja, Joongie-mu ini pasti bisa diterima!”
<br />
<br />Hahaha… Percaya diri sekali sih? “JOONGIE BODOH!!!”
<br />
<br />“Eh apa-apaan kau mengataiku? AERIN JELEK!!!”
<br />
<br />“JOONGIE USIL!!!”
<br />
<br />“AERIN PENAKUT!!!”
<br />
<br />“JOONGIE—“
<br />
<br />“Tin tin!” suara klakson itu menghentikan teriakanku.
<br />
<br />“Kalian mau terus saling mengejek dan tidak mau pulang?”
<br />
<br />Akh, Changmin sudah datang rupanya. Ia datang membawa truk milik ayahnya. Sejak kapan dia disana?
<br />
<br />“Changmin-ah, sejak kapan kau datang?”
<br />
<br />“Baru saja. Sejak terdengar Joongie bodoh, jelek, usil dan penakut. Hahaha… kalian lucu sekali. Kok saling mengejek sih?”
<br />
<br />Aku dan Joongie berpandangan, lalu sama-sama tertawa terbahak-bahak.
<br />
<br />“Kenapa kalian tertawa? Apa aku melewatkan sesuatu?”
<br />
<br />“Tidak apa-apa, Changmin. Bagus sekali. Hahaha… Ayo kita segera pulang,” sahut Joongie sambil menepuk pundak Changmin, masih senyum-senyum sendiri.
<br />
<br />“Tidakkah kalian ingin menceritakan sesuatu selain hujan dan kehabisan bensin?”
<br />
<br />“TIDAK!” jawabku dan Joongie bersamaan.
<br />
<br />
<br /><div style="text-align: center;">FIN</div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-12208083007580997462009-06-04T13:33:00.003+07:002009-06-28T14:05:22.734+07:00[4th Project] Runaway (On writing, 2nd Chapter)=======================================================<br /><br /><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><i>Chapter 1: Women and Lust</i></span><br /><br /><br />“Drrt…drrt…”<br /><br />“Uhm…, bunyi apa itu?”<br /><br />“Sound of your trembling heart, chagiya~”<br /><br />“Drrt…drrt…”<br /><br />Ia melepaskan bibirnya dan bergeser ke samping. “Ponselmu, Chunnie-yah.”<br /><br />Shit! Siapa sih yang berani menggangguku di saat seperti ini?! “Ah, paling hanya orang iseng. Our play has just started~” ucapku dengan nada menggoda, kembali mengecupkan bibirku menjelajahi wajahnya.<br /><br />“Uhm…”<br /><br />“Drrt…drrt…”<br /><br />“Ayolah, angkat dulu biar tidak ada yang mengganggu lagi.” Ia kembali memalingkan wajahnya.<br /><br />“Oke…oke. Tunggu sebentar. I’ll be back and continue our play.” sahutku malas sambil mengedipkan mata padanya.<br /><br />“Ne…”<br /><br />Kuraih ponselku di atas meja di samping tempat tidur. Mwo? Chagiya 2?<br /><br />“Ada apa, yobo-yah? Ayo diangkat…”<br /><br />“E-eh, i-iya.” Aku beranjak dari posisi dudukku, berjalan menjauh agar wanita ini tidak dapat mendengar percakapanku.<br /><br />“Yobboseyo?”<br /><br />“Chunnie-yah? Kau dimana? Kenapa terlambat?”<br /><br />Terlambat? Oh. Kutepuk jidatku sendiri. Tanpa suara aku memberi isyarat pada wanita-ku, menunjuk ke arah kamar mandi. Sebaiknya aku ke kamar mandi saja agar lebih leluasa.<br /><br />Kulanjutkan percakapanku. “Ah, chagiya, mianhe… Tiba-tiba aku ada urusan mendadak, jadi tidak bisa datang…” balasku dengan nada --sangat pura-pura-- menyesal.<br /><br />“Begitukah? Hmm… kali ini kumaafkan. Tapi, sebagai gantinya, kau harus datang ke apartemenku malam ini.”<br /><br />“Untuk menemanimu? Tentu saja… chagiya, aku sedang buru-buru. Sampai ketemu nanti malam ya.” Setelah berkata demikian, aku langsung menutup ponselku. Aku tidak mau berlama-lama di telepon sementara meninggalkan wanita-ku di ranjang.<br /><br />“Siapa yang menelepon?” Ia bertanya saat aku kembali ke sisinya.<br /><br />“Tidak penting kok… yang terpenting saat ini adalah kau, chagiya~” jawabku sambil mengecup bibirnya.<br /><br />“Gombal.” sahutnya sambil menggelitik pinggangku.<br /><br />“Ahaha… cukup, hentikan… Aku tidak tahan dengan kelitikanmu ini…” kutarik tangannya dari pinggangku, menyusunnya melingkari leherku. “Ayo kita lanjutkan… aku sudah tidak sabar lagi…” Lalu kami pun kembali tenggelam dalam permainan kami.<br /><br /><br />Namaku Park Yoochun. Tampan. Kaya. Tinggi. Postur tubuh proporsional. Menggoda. Pandai dalam hal bercinta. HOT. Itu hanya beberapa dari sekian banyak pujian yang terlontar dari mulut wanita-wanita yang pernah mengenalku. Ada pula yang berpendapat kalau aku ini gombal. Tapi aku tidak seperti itu. Aku hanya memuji wanita-ku dengan jujur. Aku sangat menghargai lawan jenisku. Dan pujian mereka kubalas dengan memuaskan hasrat mereka. Apa itu salah?<br /><br />Sebagai putra tertua direktur perusahaan terbesar di Korea –bahkan telah diperhitungkan sebagai perusahaan tingkat atas di kawasan Asia, sejak SMA aku sudah mengenal banyak wanita. Aku tidak peduli kalau mereka hanya mengincar hartaku. Setiap wanita yang mendekatiku pasti kuhargai. Dengan cara yang telah kalian tebak tentunya. Aku playboy? Tentu tidak. Mereka yang mendatangiku. Mereka menggodaku dengan segala macam cara. Lalu akhirnya? Tentu saja aku tidak bisa berkata tidak.<br /><br />Terlalu banyaknya wanita yang mendekatiku membuat otakku yang lemah dalam menghafal ini tidak dapat mengingat mereka satu per satu. Aku hanya cukup memanggil mereka ‘chagiya’, dan mereka sudah merasa puas. Entah sudah berapa ‘chagiya’-ku. Aku tidak menghitungnya –meskipun kuhitung sekalipun, tetap saja akan kulupakan.<br /><br />Aku tidak bisa berhubungan dengan beberapa wanita dalam sekali waktu. Setelah mereka terpuaskan, aku akan meninggalkan mereka. Itu sudah menjadi ciri khasku –dan tidak ada seorang pun yang memprotesnya. Mereka sudah mengerti resiko dengan mendekatiku. Dan satu hal yang harus kau ingat, aku tidak pernah berbuat kesalahan sekalipun. Maksudku, aku tidak pernah menghamili wanita manapun. Aku sudah mengaturnya sedemikian rupa agar tidak berhubungan intim tanpa pengaman ataupun di saat wanita-ku sedang masa subur.<br /><br />Tapi, tidak semua wanita-ku berpikiran sama. Memang sebagian besar menerima saat kutinggalkan. Sebagian lainnya cukup merepotkan. Ada yang tidak mau meninggalkanku. Ada yang tidak cepat puas dengan satu kali berhubungan. Ada pula yang pernah kutinggalkan, namun ia kembali mendekatiku lagi.<br /><br />Aku juga tidak memilih-milih wanita. Aku akan melayani semuanya, dengan syarat mereka sudah cukup umur –dengan kata lain, umur 21 tahun ke atas. Dan tidak semuanya single. Banyak pula wanita yang sudah bersuami tetapi masih mendekatiku. Dan… 1 hal lagi. Aku tidak akan melayani wanita yang lebih tua daripada eommaku –kalau ia masih hidup, telah berumur 45 tahun.<br /><br />Hari ini, aku akan mengakhiri hubungan dengan salah seorang wanita-ku. Tepat setelah permainan ini selesai. Ia telah memiliki suami, dan suaminya yang bertugas di luar negeri akan pulang malam ini. Lalu malam ini wanita-ku yang lain menginginkanku. Aku melupakan janjiku untuk bertemu dengannya siang ini, jadi aku terpaksa menuruti keinginannya meskipun aku sudah sangat lelah. Dan kuharap hubunganku dengannya juga akan berakhir.<br /><br />Setiap hari aku mengisi kegiatanku seperti ini. Kurang kerjaan, kau pikir? Kenapa aku tidak membantu bisnis appaku? 2 kata sebagai jawaban: tidak perlu. Kenapa? Karena sejak awal aku memang tidak diharapkan menjadi penerus. Adikku, Yoohwan-lah yang akan menjadi penerus perusahaan. Ia selalu dibangga-banggakan appa. Dalam hal yang berbeda denganku, tentunya. Ia lebih pintar, lebih sopan, lebih berbudi pekerti, lebih… disayang.<br /><br />Namun aku tidak peduli. Persetan dengan keluarga menyebalkan itu. Mereka semua munafik. Namun paling tidak aku diberi kebebasan untuk menjalani hidupku. Uang, mobil, kekuasaan, semua yang dimiliki keluargaku boleh kugunakan sebebas mungkin. Appa tidak marah. Lebih tepatnya, ia sama sekali tidak mempedulikanku. Atau, alasan yang lebih masuk akal, ia sama sekali tidak mengenalku. Yang kutebak dari sikapnya padaku, ia membebaskan aku menjalani kehidupan agar aku tidak mengganggu keluarga –yang terlihat— bahagia itu. Appa, eomma tiriku, dan Yoohwan. Posisiku di keluarga itu ibarat tanaman di halaman rumah. Dirawat, disiram, diberi pupuk hingga tumbuh subur. Namun bila kehadiranku mengganggu, aku akan dipangkas, bahkan akan dicabut hingga ke akar-akarnya. Terlebih semua itu dilakukan oleh tukang kebun. Bukan oleh keluarga itu. Mereka sama sekali tidak memandangku. Aku tidak terlihat.<br /><br /><br />=======================================================<br /><br /><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><i>Chapter 2: Red Ocean</i></span><br /><br /><br />“Hmm…” Kubuka mataku perlahan. Mataku melirik jam kecil yang terletak di atas meja di sampingku. Jam 7. Lalu kuraih ponselku, melihat catatan yang kusimpan di dalamnya mengenai jadwalku. Jadwal berikutnya jam 11. Masih cukup lama, namun aku ingin ke gym dulu untuk merenggangkan otot-ototku.<br /><br />Aku bangun dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai bersiap-siap, aku menghampiri wanita-ku yang masih terlelap dan berbisik pelan, “Gomawoyo, chagiya~”. Kutinggalkan pula pesan singkatku di secarik kertas, lalu kuletakkan di atas meja. Aku melangkah keluar apartemen tanpa menyadari ‘mantanku’ mulai meneteskan air matanya dalam diam.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />“Drrt…drrt…” ponselku bergetar. Kumatikan treadmill yang kupakai, lalu kulihat nama penelepon di layar ponselku. Telepon dari Rick.<br /><br />“Wat’s up, man?”<br /><br />“Hey, Mike. Are you free tonight?” Mike –kependekan dari Micky— adalah nama baratku.<br /><br />“Tonight? Wait for a minute. I’ll check it first,” Lalu kubuka jadwalku di ponsel. “I’m free.”<br /><br />“Good. Will you come with us? We’ll go to the pub.”<br /><br />“Okay. When?”<br /><br />“9 o’clock. Don’t be late, buddy.”<br /><br />“Of course. See ya.”<br /><br />“See ya” Setelah mendengar jawaban ini, kututup ponselku. Senyuman mengembang di wajahku. Malam ini aku akan bersenang-senang.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Hingar bingar suara musik yang [bigno]akkan telinga memenuhi ruangan pub ini. Aku berjalan menuju bar sambil sesekali membalas lirikan wanita-wanita yang menyadari kedatanganku. Di bar, mereka telah menunggu: Rick –kependekan dari Ricky— dan David. Aku mengenal mereka saat aku berada di Amerika.<br /><br />“Wat’s up bro?” sapa Rick saat aku datang, lalu mereka bergantian memberi high five padaku.<br /><br />Aku duduk di kursi kosong di sebelah Rick. “Red Ocean.” sahutku pada bartender. Red Ocean adalah minuman favoritku, campuran red wine, brandy dan tequila.<br /><br />“As usual.” balasnya.<br /><br />Aku menghela nafas setelah meneguk minumanku.<br /><br />“Hard life, isn’t it?” sahut Rick.<br /><br />“Yeah..”<br /><br />“You should stop your activity, Mike.” David membuka suaranya. Serempak aku dan Rick menoleh ke arah David.<br /><br />“Yeah, he’s right.” Rick menyetujuinya, lalu ia berbalik menatapku.<br /><br />“But, you know… I can’t. They are so precious. I can’t live without them.” Aku kembali menegak minumanku.<br /><br />“Uhm.., okay. We go here on purpose, don’t we? Let’s have fun. Forget our problems,” Ia memutar kursinya. “It’s time to enjoy the girls.” Sekarang Rick telah pergi bersama seorang wanita menuju dance floor, meninggalkan David dan aku.<br /><br />“Wanna dance?” ajak David.<br /><br />Kugelengkan kepalaku pelan. “I prefer to stay here for awhile.”<br /><br />Dan kini tinggal aku sendirian di bar itu sementara kedua sahabatku bersenang-senang di lantai dansa.<br />Aku sedang meminta tambahan minuman saat seorang gadis duduk di sebelahku. Wajahnya tampak asing. Aku tidak pernah melihatnya disini. Sepertinya ia baru pertama kali kesini.<br /><br />Aku sedang menyesap minumanku saat bartender bertanya, “Pesan apa?” pada gadis itu. Tidak ada jawaban. Bartender mengulang pertanyaannya.<br /><br />“Ngg… jus?” jawab gadis itu terbata-bata.<br /><br />Aku berusaha keras menahan tawaku. Aneh sekali. Pesan jus di pub?<br /><br />“Tidak ada jus disini,” ujar bartender dengan sabar. “Mungkin kau mau pesan yang lain? Tequila, wine, brandy, atau bir, misalnya?”<br /><br />“Kalau minuman itu?” Ia menunjuk minumanku.<br /><br />“Red Ocean?” Bartender itu kembali bertanya, memastikan.<br /><br />“Ya. Itu saja.”<br /><br />Aku menahan senyumku. Apa gadis ini sudah biasa minum alkohol? Ataukah… ia sudah gila?<br /><br />Setelah pesanannya datang, pelan-pelan gadis itu meminumnya. Jelas-jelas terlihat kalau ia tidak biasa minum. Aku hanya memperhatikannya sesekali dari sudut mataku, khawatir kalau ia sudah mabuk.<br /><br />Benar saja, setelah ia selesai menghabiskan minumannya, badannya oleng ke arahku dan ia pasti sudah jatuh dari kursinya bila tidak kutahan.<br /><br />“Sepertinya kau harus mengantarnya pulang.” kata bartender itu.<br /><br />Sambil menahan badan gadis itu, aku mengambil dompetku dan memberikan kartu kreditku pada bartender. “Aku juga bayar minumannya.”<br />Setelah kartu kreditku kembali, aku melingkarkan sebelah tangan gadis itu ke leherku dan memapahnya keluar pub, membawanya ke mobilku. Rick dan David hanya tersenyum saat aku melambaikan tanganku pada mereka, memberi isyarat kalau aku pulang duluan.<br /><br />Setelah mendudukkan gadis itu di kursi penumpang, aku mencoba menyadarkannya. “Hei, dimana rumahmu?” Hanya terdengar ocehan-ocehan yang tidak jelas –sepertinya ia mengigau. Kuputuskan untuk mencari kartu identitasnya dengan merogoh celananya –ia bahkan tidak membawa tas— namun tetap tidak menemukan apapun selain beberapa lembar uang. Tidak ada petunjuk mengenai siapa dirinya dan ia tinggal dimana. Terpaksa harus kubawa ke hotel, menunggu sampai ia sadar baru mengantarnya pulang.<br /><br />Sesampainya di kamar hotel, kubaringkan ia ke tempat tidur, lalu beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka. Saat aku keluar dari kamar mandi, ia kembali mengigau. Kali ini igauannya terdengar lebih jelas.<br /><br />“Kau jahat… jahat…kenapa…aku mencintaimu…” Suaranya makin tidak jelas. Tanpa sebab ia mulai meneteskan air mata. Lalu ia menggeliat, sepertinya merasa tidak nyaman. “Ugh.., panas sekali…” Sedetik kemudian, ia melepas blusnya tanpa ragu dan kembali mengigau.<br /><br />Aku menelan ludah melihat tubuh yang mulus dan begitu sempurna itu. Entah akibat efek minuman tadi ataukah aku memang sudah gila, beberapa detik berikutnya aku sudah menyambar tubuh mungil itu.<br /><br /><br /><div align="center"><span style="line-height: 1.3em;font-size:100%;" ><span style="font-family:forte;"><i>To Be Continued...</i></span></span></div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-956106146994224362009-05-05T17:55:00.001+07:002009-05-11T21:46:23.368+07:00[3rd Project] Keyword<div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*<br /><br /><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-1st Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><b>-Musim panas 2006-</b><br /><br /><span><span><span>“Kriiiiing!!!” suara alarm itu membangunkanku. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> merenggangkan kedua tanganku, berusaha menghilangkan rasa kantuk sambil sesekali menguap malas. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pun beranjak ke kamar mandi </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> terletak persis <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> sebelah kanan kamar tidurku, menyikat gigi </span></span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >dan</span><span><span> mengguyur tubuhku dengan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span> dingin sehingga badanku terasa lebih segar. Lalu </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> berjingkat ke kamar tidur, mengambil beberapa pakaian </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> mengenakannya. Kukepang rambut panjangku menjadi satu jalinan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> belakang, tak lupa menyematkan pita putih <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> ujungnya. Setelah merasa penampilanku cukup enak dipandang, </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> keluar menuju dapur </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> mengambil sepotong roti. Kulihat eomma sedang sibuk dengan adonan-adonannya. Tak ingin mengganggu kesibukannya, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> hanya merangkul lehernya sejenak, mengambil bungkusan besar </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> telah disiapkannya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tepi dapur lalu bergegas keluar.</span></span></span><br /><br /><span><span>“Dae Ahn! Kau melupakan notesmu!” teriakan eomma menghentikan langkahku. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> membalikkan badan </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> melihat ia menghampiriku dengan tangan kiri mengacungkan sebuah notes sementara tangan kanannya masih memegang centong adonan. Ia menyelipkan notes itu ke saku celanaku.</span><br /><br /><span>“Eomma akan menyusul nanti siang. Selamat jalan!” ia melambaikan tangan kirinya –karena tangan kanannya masih memegang centong- ke arahku, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> membalas melambaikan tanganku, berbalik lalu berjalan ke sebuah taman <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dekat rumah.</span></span></span><br /><br /><span><span>Namaku Seo Dae Ahn. Umurku 20 tahun. Delapan tahun <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> lalu, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> appa mengalami kecelakaan pesawat. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> berhasil selamat tanpa luka </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> berarti, namun sayangnya appaku tidak. Ia meninggal. Sejak saat itu <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >aku</span> tidak hentinya menyalahkan diriku sendiri karena nyawaku bisa selamat karena appa melindungiku. Sepeninggalan appa, keadaan ekonomi keluargaku memburuk. Eomma bekerja keras membiayaiku sampai <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> lulus SMA. Setelah lulus SMA, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> enggan melanjutkan ke universitas agar tidak membebaninya. Sekarang, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> eomma hidup berdua dengan penghasilan pas-pasan. Eomma bekerja paruh waktu sementara <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> membuka sebuah kios es krim kecil <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman.</span></span></span><br /><br /><span><span><span>Sesampainya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman, </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> membuka kunci pintu masuk kios </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> meletakkan bungkusanku –ya, isinya pasti kotak-kotak es krim- <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dalamnya. Lalu </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> membuka penutup depannya –tempat penjualan es krim- </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> mulai membersihkan kiosku dari guguran daun kering <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> berasal dari pohon besar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menaunginya.</span></span><br /><br /><span><span>Kios es krimku berukuran sangat kecil, hanya 1x2 meter. Dinding luarnya berwarna putih sementara dinding bagian dalamnya berwarna pink pudar, warna kesukaanku. <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Di</span> bagian depan tergantung papan berukuran sedang dengan tulisan “Seo’s Garden Ice Cream” </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menimbulkan bunyi berderak lembut setiap kali angin berhembus. Ada pula kertas menu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> tertempel <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dinding bagian luar, menampilkan 4 macam es krim beserta harganya.</span></span><br /><br /><span><span>Sekarang baru pukul delapan. Beberapa orang terlihat lalu-lalang <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman, sebagian besar anak-anak. Matahari cukup cerah hari ini, </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> hal itu berarti es krimku pasti akan habis terjual. Seorang perempuan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> mungkin umurnya tidak jauh beda denganku datang menghampiri kiosku setelah tangannya ditarik oleh seorang anak kecil berumur kira-kira tiga tahun, sepertinya anak itu adalah anaknya. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> memperhatikannya dengan seksama. Ia menggendong anak itu agar si anak bisa memilih es krim jenis apa </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> ia inginkan. Setelah si anak terlihat yakin dengan pilihannya, perempuan itu melihatku. “Satu es krim stroberi-vanila.” kata perempuan itu. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menganggukkan kepala, lalu mengambil cone es krim, membuka kotak es krimku </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> menaruh satu scoop es krim ke atas cone-nya. Setelah itu, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> memberikan es krim itu pada si perempuan –yang langsung ia berikan pada si anak- </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> menerima selembar uang dari perempuan itu. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pun mengambil kembalian dari saku celanaku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> menyerahkannya kepada perempuan itu. Tak lupa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> menyunggingkan senyuman sebagai tanda terima kasih. Begitulah caraku melayani pembeli.</span></span><br /><br /><span><span>Matahari sudah meninggi. Rupanya sudah jam dua belas siang. Persediaan es krimku sudah hampir habis, sementara eomma belum datang membawakan persediaan es krim baru. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> duduk <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dalam kios -merasa sedikit gerah- melihat beberapa anak laki-laki bermain sepak bola <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tanah lapang tak jauh dari kiosku sambil sesekali melayani beberapa pembeli. Tak lama kemudian, seorang pria dengan postur tubuh cukup tinggi, mengenakan jaket kulit coklat </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> beanie <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> kepalanya terlihat bergabung dalam permainan itu. </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> sering melihatnya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman, bermain sepak bola bersama anak-anak. Ia terlihat sangat menikmati permainan </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> sepertinya ia menyukai anak kecil, sama sepertiku.</span><br /><br /><span><span><span>Setelah kira-kira satu jam, sengatan matahari membuat permainan itu berhenti. Semua pemain berbaring <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tanah berumput itu selama beberapa saat sembari pria itu bercanda dengan anak-anak. Lalu anak-anak pun bubar, masing-masing sudah dipanggil orang tuanya. Pria itu pun berdiri, meraih tas ranselnya </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> tergeletak begitu saja <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tepi lapangan, membukanya, </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> terlihat syok saat mengangkat botol minumnya. Sepertinya <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >air</span> minumnya sudah habis. Lalu ia melihat ke sekeliling, matanya seperti sedang mencari sesuatu. Pada akhirnya pandangannya berhenti ke arahku, maksudku ke arah kiosku. Ia pun berjalan ke arah kiosku, sepertinya ia akan membeli es krim. Menyadarinya, </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> pun melihat persediaan es krimku. Ternyata masih cukup untuk tiga es krim lagi. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menunggu kedatangannya sambil pura-pura mengalihkan pandangan dengan kikuk.</span></span><br /><br /><span>“Onnie, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mau es krim coklat.” suara itu memecahkan ke-kikuk-anku.</span><br /><br /><span>“Aku mau <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> vanilla.”</span><br /><br />“Stroberi!!”<br /><br /><span><span>Ternyata tiga orang anak kecil menghampiri kiosku selagi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> menunggu kedatangan pria itu. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tersenyum manis </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span><span> mengangguk pada tiga anak itu, lalu menyiapkan es krim sesuai pesanan. Saat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> memberikan es krim </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> sudah jadi pada anak-anak, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> melihat pria itu sudah berdiri <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> belakang anak-anak, menanti giliran.</span></span></span></span><br /><br />Setelah anak-anak itu pergi, pria itu pun maju, melihat daftar es krim dengan serius.<br /><br />“Es krim vanilla-coklat!” ujarnya sembari tersenyum.<br /><br /><span><span>Dengan menyesal, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> mengambil notes <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> saku celanaku </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> diselipkan eomma disana lalu menulis “Maaf, es krimnya sudah habis.” lalu menunjukkannya pada pria itu.</span><br /><br /><span>Membaca tulisanku, ia langsung terlihat kecewa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> badannya lemas.</span><br /><br /><span>“Aish,, kenapa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> sial sekali!” ia mengumpat dengan suara kecil sambil menunduk lemas, lalu melepaskan jaketnya.</span><br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menepuk pundaknya sampai ia melihat ke arahku, lalu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> memberi isyarat untuk menunggu sebentar. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> mengambil sebuah gelas, mengisinya dengan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span> lalu menyodorkan gelas itu padanya.</span></span><br /><br />“Ini untukku?”<br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menganggukkan kepalaku.</span><br /><br /><span><span>“Gomawo.” sahutnya cepat sambil meneguk <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dalam gelas itu sampai habis.</span><br /><br /><span><span>Melihat airnya habis, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> kembali menyentuh tangannya </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span><span> memberi isyarat apakah ia mau <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span> lagi.</span></span><br /><br />“Ya, kalau kau tidak keberatan…”<br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> meraih gelas <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span><span> tangannya, mengisinya kembali dengan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span>, lalu memberikannya kembali pada pria itu. Ia menegak airnya sampai habis, terlihat puas. </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> kembali bertanya apakah ia mau tambah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">air</span> lagi, namun ia menggelengkan kepalanya.</span></span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />“Sudah cukup. Rasa hausku sudah hilang. Berkat kau, aku tidak jadi kena dehidrasi.” Aku tertawa mendengarnya, begitu pula dengan dia.<br /><br />“Hei… apa kau..,, bisu?” pria itu bertanya dengan ragu-ragu.<br /><br />Aku mengangguk perlahan. Ya, ada satu hal yang belum kusebutkan tadi. Kecelakaan empat tahun lalu tidak hanya merenggut appaku, tetapi juga membuat pita suaraku rusak sehingga aku tidak bisa mengeluarkan suaraku sejak saat itu.<br /><br />Pria itu terdiam selama beberapa saat, terlihat menyesal dengan pertanyaannya tadi. “Ngomong-ngomong, siapa namamu?” akhirnya ia melanjutkan bertanya padaku. Aku menuliskan sesuatu di notes, lalu menunjukkan padanya.<br /><br />“Seo Dae Ahn… nama yang bagus. Kau ingin tahu namaku? Namaku..,, err..,, Kim Junsu.” Jawabnya dengan volume suara yang makin mengecil, seperti berbisik. Sepertinya ia tidak ingin orang lain mendengar bagian terakhir dari jawabannya.<br /><br />Ya Tuhan... ternyata pria itu adalah Kim Junsu, salah seorang personil Dong Bang Shin Ki! Tangan Junsu-oppa menutupi mulutku, seakan-akan mencegahku berteriak seperti yang akan dilakukan oleh fansnya, sambil melihat ke arah kiri dan kanan dengan was-was. Sadar akan tindakannya yang sia-sia –aku kan tidak bisa bersuara-, ia pun menarik kembali tangannya dengan kikuk.<br /><br />“Ehm..,, sori. Aku..,, aku..,, tolong rahasiakan ya. Aku tidak ingin terjadi keributan disini.”<br /><br />Aku tersenyum, lalu menulis di notes “tenang saja, suaraku tidak akan terdengar orang lain.”<br /><br />Ia tertawa, begitu pula denganku. Sekilas ia mengeluarkan tawa khasnya, “ue kyang-kyang”, lalu ia mendekap mulutnya berusaha berhenti tertawa agar orang lain tidak mengenalinya melalui tawa khas-nya, namun akhirnya ia tetap tertawa dengan suara yang kecil.<br /><br />Setelah itu, eomma datang membawa persediaan es krim. Junsu-oppa membungkuk singkat melihat eomma, lalu kembali tersenyum padaku. Aku menawarinya es krim –yang tidak sempat ia dapatkan-, namun ia menolak. Ia pamit pulang karena ia sudah dicari-cari manajernya. Eomma terlihat bingung melihat Junsu-oppa tertawa bersamaku –sebelumnya aku jarang berteman dengan orang lain-, namun ia tidak bertanya apa-apa melihat senyuman di wajahku. Eomma pasti ikut senang karena aku sudah menemukan seorang teman.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*<br /><br /></div><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-2nd Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Keesokan harinya, saat bangun tidur, badanku terasa sangat lemas. Melihat wajahku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> pucat pasi, eomma menyuruhku beristirahat <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >di</span> rumah sehingga kios es krim hanya bisa dibuka setengah hari -dari sekitar jam satu siang sampai jam lima sore- karena eomma bekerja paruh waktu sejak pagi hingga siang.</span></span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> menunggu sendirian <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah dengan bosan. Selama beberapa jam </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mencoba tidur, namun cahaya matahari </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> masuk lewat jendela –menandakan cuaca hari ini secerah kemarin- membuatku tidak bisa tidur. Pikiranku malah dipenuhi oleh keinginan untuk bertemu dia. Seorang penyanyi terkenal <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> menyukai anak-anak dan hobi bermain sepak bola, Kim Junsu. Sekitar jam dua belas, eomma pulang sebentar untuk mengambil kotak es krim dan menyiapkan makanan untukku. <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Aku</span> sangat ingin keluar rumah, namun lagi-lagi eomma melarangku. Ia selalu khawatir berlebihan setiap kali <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> sakit.</span></span><br /><br /><span><span>Setelah eomma pergi, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> berganti pakaian dan pergi ke taman, tentu saja <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> menjauh dari kiosku agar tidak ketahuan eomma. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> memperhatikan lapangan rumput disana. Akhirnya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> melihatnya. Seperti biasa, ia bermain sepak bola bersama anak-anak dengan akrabnya. Setelah permainan selesai, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> beranjak ingin menyapanya namun langkahku terhenti melihat Junsu-oppa berjalan ke arah kiosku. Ia membeli es krim, lalu mengobrol dengan eomma. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> melihat mereka dari kejauhan, berharap dapat mendengar pembicaraan mereka, namun hal itu jelas sangat sulit. Sesekali <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> hanya bisa mendengar suara tawa Junsu-oppa </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> khas, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> setiap kali disadarinya ia akan tiba-tiba berhenti tertawa dan melihat ke sekeliling dengan was-was, seperti <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> dilakukannya kemarin.</span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> memperhatikan mereka selama beberapa jam sebelum memutuskan untuk pulang. Eomma tidak boleh tahu kalau <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> keluar rumah, jadi sesampainya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> langsung mengganti pakaianku dengan pakaian </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> tadi pagi kugunakan lalu mencoba tidur. Kali ini <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> benar-benar bisa tidur karena keinginanku sudah terpenuhi.</span></span><br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> terus tertidur lelap hingga terasa sentuhan lembut tangan eomma <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> keningku. </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pun terbangun, menarik badanku hingga kini badanku bersandar pada bantal.</span><br /><br /><span>“Kau sudah baikan?” suaranya terdengar khawatir. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> mengangguk mantap. “Kalau begitu, bangunlah. Eomma akan menyiapkan makan malam.” Setelah eomma keluar, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> pun menyusul keluar menuju kamar mandi.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span>“Tadi temanmu itu…, siapa namanya? Kim Junho? Ya, Kim Junho. Ia datang ke kios untuk membeli es krim. Kelihatannya ia pria <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> baik. Tadi eomma sempat berbincang-bincang dengannya.” <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tetap menyantap makan malamku tanpa memberi respon atas perkataan eomma, namun telingaku masih mendengarkan dengan seksama. Rupanya Junsu-oppa menyamarkan namanya.</span></span><br /><br /><span><span>“Ia menanyakan keberadaanmu dan terlihat khawatir saat eomma mengatakan kalau kau sedang tidak enak badan. Kelihatannya ia ingin tahu lebih banyak tentangmu, jadi eomma tadi bercerita tentang keluarga kita.” <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menghentikan makanku saat mendengarnya. Bagus, sekarang ia sudah tahu semuanya dan ia akan merasa simpati padaku, seperti </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> dilakukan teman-temanku saat mengetahui kondisi keluargaku. Selera makanku hilang. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pun berdiri, menyudahi makan malamku, lalu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> berjalan cepat menuju kamarku, masuk lalu menutup pintu, tanpa menghiraukan tatapan bingung eomma saat melihat tingkahku ini.</span></span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> duduk bersandar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> balik pintu, menyesali semuanya. Menyesali pertemuanku dengan Junsu-oppa. Menyesali kondisi badanku pagi tadi. Menyesal, seperti </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> selalu kurasakan setiap kali <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> merasa menemukan seorang teman.</span></span><br /><br /><span>Setelah kecelakaan delapan tahun silam, sikap teman-teman dan guruku berubah. Mereka selalu menunjukkan sikap simpati padaku, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> selalu mengingatkanku pada kejadian mengerikan itu, dimana pesawat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> kutumpangi tiba-tiba hilang kendali lalu meluncur dengan liar kembali ke landasan. Saat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> sadar, pemandangan </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terlihat hanyalah kepulan asap <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> menyesakkan dada dan appaku memelukku seakan-akan melindungiku, dan ia sudah tidak bernyawa… <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> mencoba berteriak, menangis meraung-raung melihat hal itu, namun tenggorokanku terasa sakit dan tidak ada suara </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> keluar dari mulutku. Hanya air mataku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terus mengalir, namun air mata itu kemudian berhenti mengalir, menyisakan duka dan rasa bersalah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> mendalam <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> lubuk hatiku.</span></span><br /><br /><span>Luka hati inilah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> membuatku memilih untuk menyendiri, menampik segala simpati <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> diberikan semua orang. Setiap kali <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> menemukan seorang teman, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> selalu merasa takut untuk menceritakan mengenai keluargaku, takut ia akan bersikap sama seperti teman-temanku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lain.</span><br /><br /><span>Kali ini, hal <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sama kembali terulang. Junsu-oppa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> sudah kuharapkan akan menjadi temanku telah mengetahui semuanya. Ia akan bersikap simpati padaku, mengasihani <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span>, dan akan over-protektif terhadapku, seperti orang lain. Kini harapanku untuk mendapatkan seorang teman sudah hilang. Mungkin <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> tidak akan memiliki teman selamanya. Tidak akan pernah.</span></span><br /><br /><br /><div style="text-align: center;">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*<br /><br /></div><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-3rd Chapter-</span></span></b></div><br /><br />Hari ini aku membuka kiosku dengan malas. Tadinya aku berharap hujan turun hari ini sehingga Junsu-oppa tidak datang, tetapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Hari ini matahari bersinar cerah, sedikit berawan. Sepertinya akan turun hujan. Namun setelah aku menunggu awan hujan datang sampai jam dua belas siang, awan tidak kunjung datang. Malah sebaliknya, matahari bersinar cerah disertai hembusan angin sepoi-sepoi yang akan mengundang siapapun untuk bermain di taman.<br /><br />Pengunjung taman memang terlihat lebih banyak dari biasanya. Ternyata situasi ini memberi keuntungan bagiku. Selain es krimku laris manis, Junsu-oppa juga tidak datang. Sepertinya ia tidak akan berani berkeliaran di taman seperti biasa dengan keramaian seperti ini.<br /><br />Pukul tiga sore, taman sudah terlihat sepi. Eomma bekerja full time hari ini karena ada pekerja lain yang tidak masuk, jadi eomma hanya datang sebentar membawakan stok es krim lalu ia pergi kembali bekerja. Suhu yang meningkat siang tadi memang menguntungkan bagiku. Semua es krimku sudah habis, jadi kuputuskan untuk pulang lebih awal. Namun, ketika sedang sibuk membereskan kotak es krim, aku dikejutkan oleh suara di belakangku.<br /><br />“Annyeong!”<br /><br />Aku mengenali suara itu. Suara Junsu-oppa. Aku mengacuhkannya, tetap menyibukkan diri dengan kotak es krimku.<br /><br />“Annyeong!!” ia menyapa dengan lebih keras sambil membalik pundakku.<br /><br />Aku mencoba tersenyum, meski sebenarnya aku tidak ingin melihatnya lagi.<br /><br />“Oh, oke..,, Sepertinya kau sedang sibuk. Ada yang bisa kubantu?”<br /><br />Kalimat simpati itu terdengar. Lagi. Kalimat yang selalu kudengar dari setiap orang yang telah mengetahui tentang keluargaku. Aku sudah muak mendengarnya. Namun –lagi-lagi- aku berusaha keras untuk tetap tersenyum, lalu menggelengkan kepalaku.<br /><br />“Baiklah.” Ekspresinya terlihat kecewa, setelah itu ia menghilang dari pandanganku. Aku menghela nafas, lalu kembali menyibukkan diri dengan kiosku.<br /><br />Akhirnya semuanya beres. Aku sudah melangkah keluar dari kios sambil membawa bungkusan kotak es krim ketika aku melihat ia sedang duduk di bangku taman yang terletak persis di sebelah kiosku. Kedua matanya melihat ke arah lapangan, sepertinya ia tidak menyadari keberadaanku. Aku merasa sedikit bersalah dengan sikap acuhku tadi, jadi aku pun menghampirinya lalu duduk di sebelahnya. Ia menoleh ke arahku sambil tersenyum, aku membalasnya dengan senyuman yang kupaksakan.<br /><br />“Hari ini cerah sekali. Cocok untuk bermain sepak bola.” ia mengawali pembicaraan. Aku memandang langit. Matahari sore masih bersinar meskipun sesekali terhalang awan. Kupasang telingaku baik-baik, menanti pembuktian teoriku. Ia pasti akan berlaku sama seperti yang lain.<br /><br />“Omo… ahjumma menceritakan sesuatu padaku kemarin. Apakah itu... benar?”<br /><br />Baik. Teoriku benar. Mulai sekarang ia akan terus-menerus mengingatkanku pada kenangan itu. Sebaiknya aku tidak berteman dengan siapapun. Tidak dengannya, tidak dengan siapapun. Aku tidak merespon pertanyaannya. Kutundukkan kepalaku, membiarkan rambutku yang tidak kuikat hari itu berjatuhan dan menutupi wajahku, tidak ingin memperlihatkan ekspresiku saat ini. Kurasakan wajahku memanas, penglihatanku mulai kabur tertutupi oleh air mata yang tertahan di pelupuk mata.<br /><br />“Yah… Terkadang hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita.” ia melanjutkan tanpa melihat ke arahku. “Yang lalu biarkanlah berlalu. Kita harus tetap melanjutkan hidup.”<br /><br />Aku berdiri, berjalan pergi tanpa membawa bungkusanku. Kuusap wajahku, menghapus air mata yang sudah menetes. Tiba-tiba kurasakan tanganku ditarik dari belakang, menghentikan langkahku.<br /><br />“Kau kenapa?”<br /><br />Aku membalikkan badanku sepenuhnya, menatap kedua matanya dengan penuh kebencian, lalu kuputar lenganku sampai genggaman tangannya terlepas. Aku segera berlari meninggalkannya sendirian. Samar-samar aku mendengarnya memanggil namaku, namun kakiku terus berlari tanpa mengacuhkannya. Aku muak dengan semua ini.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Hari semakin gelap. Kakiku membawaku tanpa arah. Aku terus berlari, berlari dan berlari. Hujan rintik-rintik tiba-tiba turun, lama-lama semakin deras. Aku menyadarinya dan segera berlari mencari tempat berlindung. Lalu kakiku tersandung pembatas jalan. Aku terjatuh. Kurasakan nyeri di lututku, terlihat darah keluar dari luka lecet itu. Aku berjalan tertatih-tatih menuju emperan toko terdekat. Disana aku melipat kakiku, mendekapnya sambil terus-menerus menangis.<br /><br />Sebuah SM7 berhenti di hadapanku, mengeluarkan bunyi berdecit.. Kudengar suara pintu terbuka dan langkah kaki seseorang. Langkah kaki itu terdengar semakin jelas, seakan-akan pemiliknya berjalan ke arahku. Selang beberapa detik kemudian kurasakan sebuah jaket kulit diletakkan di pundakku. Aku mengangkat kepala dan terlihat wajah seseorang yang tidak ingin kutemui, Junsu-oppa.<br /><br />“Dae Ahn! Ada apa dengan lututmu?” aku tidak menjawabnya sementara ia mengeluarkan sapu tangannya untuk membersihkan luka lecetku. “Ayo, kuantar kau pulang.” ujarnya singkat sambil mengangkat kedua bahuku, lalu menuntunku masuk ke dalam mobilnya. Aku menurut, berjalan sambil menahan rasa pedih di lututku. Tenagaku sudah tidak tersisa lagi untuk melakukan perlawanan terhadapnya.<br /><br />Di dalam mobil, kami tidak berbicara satu sama lain. Ia mengemudi dengan gelisah sambil sesekali melihatku dengan khawatir –kupastikan ia hanya menghawatirkan luka di kakiku- sementara aku menatap ke luar, tidak menangis lagi. Mataku sudah kehilangan daya untuk mengeluarkan air mata.<!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />Setelah beberapa menit penuh keheningan, aku tersadarkan oleh sentuhan lembut tangannya di pundakku. Ternyata kami sudah sampai di depan rumahku. Sepertinya ia tahu alamatku dari eomma. Aku melepas jaketnya lalu beranjak keluar dari mobil. Sesaat aku melihat ekspresinya yang sedikit terkejut sambil memperhatikan rumahku yang pasti jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan rumahnya. Aku tidak peduli lagi. Aku segera melangkah menuju pintu rumahku dengan sedikit terpincang. Ia menghampiriku, ingin membantuku berjalan namun kutepis tangannya dan tetap melanjutkan langkahku..<br /><br />“Dae Ahn..” suara itu menghentikanku. Aku memilih mendengarkan tanpa melihatnya lagi.<br /><br />“Cheongmal mianhe.” sahutnya singkat. Aku terpaku selama beberapa detik, lalu kuteruskan langkahku, masuk ke rumah dan membanting pintu.<br /><div style="text-align: left;"><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-4th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>“Dae Ahn, apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terjadi padamu? Ayo, keluarlah. Tidak biasanya kau begini. Ayo ceritakan pada eomma. Apa kau sakit?” kata eomma sambil mengetuk pintu kamarku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terkunci. Sejak semalam, aku mengurung diriku di dalam kamar. Pikiranku lagi-lagi dipenuhi oleh mimpi buruk. Mimpi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> tidak pernah kuinginkan. Selama aku tidur, berulang kali aku terbangun sambil menangis, hingga akhirnya mataku tetap terjaga, takut menghadapi kenangan pahit <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> selalu berulang di dalam mimpiku.</span><br /><br /><span>Akhirnya aku merobek selembar halaman notesku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> menulis, “Aku baik-baik saja. Hanya sedikit tidak enak badan.” Lalu menyelipkan kertas itu melalui celah di bawah pintu agar dibaca oleh Eomma.</span><br /><br /><span>“Kalau begitu, istirahat saja di rumah. Biar eomma <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menjaga kios.” jawab eomma lembut, lalu suaranya tidak terdengar lagi.</span><br /><br /><span><span>Setelah itu, selama beberapa hari aku tidak keluar rumah selangkah pun. Eomma menggantikanku membuka kios, tetapi hal itu berarti penghasilan kami berkurang karena jam buka kios menjadi lebih singkat. Aku merasa kasihan pada eomma <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >dan</span> sangat ingin kembali membantunya, namun ketika membayangkan bahwa aku akan bertemu dengan Junsu-oppa bila aku kembali ke kios menciutkan keinginanku. Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Aku ingin melupakan dia, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> kuharap dia juga akan melupakan aku. Biarlah hubungan kami kembali seperti semula: dua orang </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> asing satu sama lain, seorang penjual es krim <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">dan</span> seorang penyanyi terkenal.</span></span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />Aku sedang menyiapkan makan malam –eomma bekerja lembur malam ini- ketika kudengar suara ketukan di pintu rumahku. Aku membukanya, dan kulihat pria yang paling tidak ingin kutemui. Kali ini ia hanya menggunakan kacamata untuk menyamarkan penampilannya. Aku mencoba menutup pintu, namun terdengar teriakan kesakitan saat usaha menutup pintuku tidak berhasil. Rupanya Junsu-oppa menyelipkan tangannya di pintu untuk menghalangi tindakanku. Akhirnya aku kembali membuka pintu, menatap marah padanya agar ia pergi. Ia mengibas-ngibaskan tangan kanannya dan meringis kesakitan. Aku sedikit merasa bersalah padanya karena telah menjepit tangannya, tetapi aku tetap tidak ingin melihatnya sehingga kembali menutup pintuku.<br /><br />“Dae Ahn.. Kumohon, izinkan aku masuk. Sebentar~ saja.” ia memohon padaku dengan nada memelas. Oke, kubukakan pintuku untuknya dan membiarkannya masuk.<br /><br />Ia melangkah masuk ke rumahku yang kecil ini. Aku berjalan menuju dapur untuk mengambilkan minum untuknya, membiarkan ia melihat isi rumahku. Rumahku memang berukuran kecil, rumah yang mampu disewa oleh penghasilan kecil eomma. Ruang tamu yang berisi satu set sofa lapuk hanya seluas 2,5x3 meter, langsung terhubung dengan ruang makan dengan dua kursi dan meja kecil di antaranya. Di sebelah kiri meja makan, terletak dapur mungil kami. Sedangkan di dinding sebelah kanan dapur terdapat pintu menuju halaman belakang, tempat menjemur pakaian. Di sebelah kanan terdapat lorong menuju dua kamar tidur dan kamar mandi. Ruang gerak yang tidak terlalu besar dan langit-langit rumah yang tidak terlalu tinggi membuat rumahku selalu terasa hangat meskipun sedang musim dingin.<br /><br />Aku membawa secangkir teh ke ruang tamu lalu meletakkan gelas itu di mejanya. Junsu-oppa melihatku, lalu duduk di sofa. Aku pun duduk di hadapannya, memperhatikannya meneguk tehku. Kuambil notesku dari saku celanaku dan menulis, “Sudah puas melihat rumahku? Sampaikanlah apa yang ingin kau katakan, setelah selesai segeralah pulang.”<br /><br />“T-tunggu.., kenapa sikapmu berubah seperti ini? Apakah kau masih marah padaku?”<br /><br />Aku membalas menulis, “Kau tidak tahu apa-apa tentangku. Pulanglah.” Lalu aku berdiri, membukakan pintu rumahku untuknya.<br /><br />Junsu-oppa melepaskan pegangan tanganku dari pintu, lalu menutupnya. “Kalau aku memang tidak tahu apa-apa tentangmu, ceritakanlah. Aku tidak mungkin tahu dengan sendirinya bila kau tidak mengatakan apa pun.”<br /><br />Aku menghela nafas, menurut saat ia menuntunku kembali duduk. Ia juga kembali duduk, menatapku, menanti reaksiku. Setelah beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk menceritakannya. Kuambil notesku, lalu kutuliskan semua hal yang memenuhi pikiranku. Aku menceritakan semuanya, dari kejadian delapan tahun lalu, perubahan sikap teman-temanku sampai keinginanku untuk melupakan Junsu-oppa. Semuanya kutulis sesingkat mungkin sementara Junsu-oppa menunggu dengan sabar. Setelah tulisanku selesai, kuberikan notes itu agar ia dapat membacanya.<br /><br />Ia menurunkan posisi notes -menandakan bahwa ia sudah selesai membaca- lalu mengembalikan notes itu padaku. Ia tidak bereaksi. Pandangannya menerawang seakan-akan sedang berpikir. Keheningan terjadi selama beberapa menit yang panjang.<br /><br />“Jadi, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi temanmu? Perkataanku tempo hari sepertinya telah menyinggung perasaanmu. Sungguh, aku minta maaf.” sahutnya memecah keheningan sambil melepas kacamatanya.<br /><br />Aku tidak merespon. Aku malah berdiri, berjalan menuju dapur lalu mengambil teko teh, kembali ke ruang tamu, mengisi cangkirnya yang sudah kosong, lalu kutinggalkan teko itu di meja tamu. Aku kembali duduk, memperhatikan wajahnya yang berlekuk sempurna, rambutnya yang tertata rapi khas artis. Sejenak mata kami bertemu, aku langsung mengalihkan pandanganku namun masih memperhatikannya dari sudut mataku.<br /><br />“Apa aku harus membantumu berjualan es krim? Apa aku harus menjadikan diriku sebagai umpan agar semua orang membeli es krimmu?” ia bertanya dengan nada yang cukup meyakinkan. Aku tertawa lalu menulis, “Oppa tidak akan berani.”<br /><br />“Aku tidak mau terus-menerus menggunakan jaket dan beannie saat bermain sepak bola. Jaket itu membuatku berkeringat lebih banyak. Beannie itu juga membuat rambutku berantakan setiap kali aku melepasnya.” Lagi-lagi ia berbicara dengan nada meyakinkan.<br /><br />Aku kembali tertawa. Ia juga ikut tertawa, dengan suara tawanya yang khas itu. Lalu ia tiba-tiba terdiam, melihat wajahku lekat-lekat.<br /><br />“Nah, begitu lebih baik. Aku suka melihatmu tertawa.”<br /><br />Aku mengulum senyum. Wajahku memanas saat mendengar perkataannya.<br /><br />“Jadi.., apa aku sudah boleh menjadi temanmu?”<br /><br />Aku hanya tersenyum, lalu kembali menulis, “Apa kau mau ikut makan malam? Kebetulan aku sedang menyiapkannya saat kau datang.”<br /><br />Ia membalas dengan anggukan mantap.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Aku memperhatikannya makan dengan lahap. Syukurlah, masakanku sepertinya cukup dinikmati olehnya meskipun aku tahu hidangan ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan hidangan mewah yang biasa ia santap setiap hari.<br /><br />“Masakanmu enak sekali.” ujarnya sambil menikmati makanannya.<br /><br />Aku tersenyum senang. Lalu aku teringat sesuatu dan kembali menulis, “Apa tanganmu tidak apa-apa? Maafkan aku...”<br /><br />Ia menghentikan makannya, memeriksa tangannya sendiri. “Tidak apa-apa. Rasa sakitnya sudah hilang. Untung saja tadi kau tidak menjepitnya keras-keras.”<br /><br />Aku tersenyum malu, merasa bersalah atas sikapku padanya. Aku kembali menulis, “Kau sudah tahu segalanya tentang aku. Sekarang giliranmu, ceritakanlah segala sesuatu tentang dirimu. Aku tidak tahu tentangmu lebih jauh selain bahwa kau adalah anggota Dong Bang Shin Ki.”<br /><br />“Oke. Kembalilah ke taman besok dan aku akan menemuimu di sana. Nanti aku akan menceritakannya.”<br /><br />Aku kembali mengangguk, lalu melanjutkan makan malamku. Tiba-tiba terdengar bunyi ponsel dari arah Junsu-oppa.<br /><br />“Yobboseyo? Ya, tunggu sebentar. Aku akan segera kesana.” Ia menutup ponselnya, lalu melihat ke arahku dengan tatapan menyesal. “Dae Ahn, mianhe. Aku harus pergi sekarang. Manajer sudah mencari-cariku. Uhm.., gomawo atas makanannya. Masakanmu sangat enak!” Ia bangkit dari kursi, berjalan menuju ke arah pintu. Aku juga mengikutinya dari belakang, mengantar kepergiannya.<br /><br />“Sampai bertemu besok, chingu!” teriak Junsu-oppa melalui jendela mobilnya sambil melambaikan tangannya. Aku membalas, menunggu hingga ia menghilang dari pandanganku lalu aku masuk kembali ke dalam rumah. Selama sisa hari itu, aku merasa sangat bersemangat, tidak sabar menantikan pertemuanku dengannya besok.<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-5th Chapter-</span></span></b></div><br /><br />Hari-hari berikutnya, aku kembali menjaga kiosku di taman –sesuai janjiku- dan selalu mendengar cerita Junsu-oppa. Ia sengaja memotong ceritanya menjadi beberapa bagian sehingga membuatku lebih penasaran. Ceritanya tentang orang tuanya, tentang saudara kembarnya Junho –dengan nama inilah Junsu-oppa memperkenalkan diri pada eomma-, masa training 6 tahunnya sebelum debut, tentang Jaejoong-sshi yang menjadi “eomma” Dong Bang Shin Ki, Yunho-sshi sang leader yang terkadang galak namun sangat perhatian, tentang Changmin-sshi yang merupakan saingan ketat Junsu-oppa dalam mendapatkan makanan –aku tertawa terbahak-bahak saat mendengarnya-, tentang Yoochun-sshi teman terdekat Junsu-oppa yang agak playboy, hingga kesibukan yang harus Junsu-oppa jalani sebagai seorang anggota Dong Bang Shin Ki membuatku semakin mengenal dirinya. Sampai pada suatu hari, ia mengatakan sesuatu padaku.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />“Dae Ahn, apa yang telah terjadi? Akhir-akhir ini kau menjadi lebih ceria dan bersemangat. Sejak kejadian waktu itu, kau tidak pernah terlihat sangat bahagia seperti yang terjadi sekarang.” eomma bertanya padaku saat kami sedang makan malam. Aku hanya tersenyum penuh rahasia padanya.<br /><br />“Aah... pasti karena pria itu kan? Kim Junho?” tebak eomma.<br /><br />Aku meraih notesku, lalu menulis, “Pria itu ingin mengajakku ke taman bermain besok siang.”<br /><br />“Ke taman bermain? Arasseo. Kau boleh pergi. Tapi jangan pulang terlalu malam. Kim Junho... sepertinya eomma pernah mendengar nama itu. Ia memang pria yang baik.”<br /><br />Aku tertegun. Sepertinya aku harus mengatakan hal yang sebenarnya pada eomma. Aku mengambil kembali notesku lalu menulis, “Nama pria itu Kim Junsu, bukan Kim Junho. Ia menyamarkan namanya agar tidak dikenali.”<br /><br />Ekspresi eomma berubah saat membaca tulisanku. “Apa? Kim Junsu? Penyanyi terkenal itu? Tidak, Dae Ahn. Kau jangan berhubungan dengan kaum mereka. Nanti kau bisa terlibat masalah.”<br /><br />Aku menatap eomma tidak percaya. Aku kembali menulis, “Tidak apa-apa, eomma. Junsu-oppa pasti akan melindungiku.”<br /><br />Ia melempar kasar notesku ke meja setelah membacanya. “TIDAK BOLEH! Tidakkah kau menyadari status keluarga kita? Kita hanyalah golongan bawah yang berpenghasilan pas-pasan, sementara ia memiliki penghasilan yang berlimpah. Tidak, Dae Ahn. Kaum kita tidak sebanding dengannya!” tiba-tiba eomma memarahiku dengan suara keras.<br /><br />Aku membalas dengan menulis, “Memangnya kenapa kalau dia orang kaya? Dia temanku, eomma. TEMANKU SATU-SATUNYA!” Setelah memberikan notesku pada eomma, aku berlari ke kamar, mengunci diriku. Air mataku kembali menetes. Aku kecewa dengan reaksi eomma. Eomma yang selama ini selalu baik, perhatian padaku, langsung berubah sikap hanya karena menyangkut perbedaan status? Tidak, bukan seperti itu figur eomma yang kukenal selama ini. Bukan seperti itu...<br /><br />Terlintas di dalam benakku untuk melarikan diri. Aku tidak tahan dengan perubahan sikap eomma. Bagaimanapun, Junsu-oppa adalah satu-satunya orang yang mengerti diriku saat ini. Teman pertamaku setelah delapan tahun ini. Namun akhirnya aku menyadari, perkataan eomma ada benarnya. Mungkin aku memang tidak pantas berteman dengannya. Aku yang miskin, aku yang bisu, aku yang tidak istimewa, aku yang biasa-biasa saja, aku yang...<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-6th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menjaga kios tanpa semangat sama sekali. Sepertinya hari ini </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span><span><span> berakhir dengan menyedihkan. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> lebih berharap Junsu-oppa </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> halangan dan dia sendiri </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> membatalkan rencana hari ini, bukan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span><span> membatalkannya. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tidak ingin melihatnya kecewa karena <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> tahu ia pasti dengan susah payah menyisihkan waktu untuk pergi denganku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tengah kesibukannya.</span></span><br /><br /><span>Siangnya, eomma datang dan menemaniku menjaga kios. Tidak lama kemudian, <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >aku</span> melihat seorang pria dengan topi pet dan kacamata hitam berjalan menghampiri kios. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tahu ia adalah Junsu-oppa, jadi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> keluar dari kios dan menghampirinya.</span><br /><br /><span>“Annyeong! Siap pergi hari ini?” tanyanya ceria sambil melepas kacamatanya. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> hanya diam menatapnya sebentar, lalu menolehkan kepala untuk melihat reaksi eomma.</span><br /><br />“Ada apa? Apakah kau belum siap?” Ia melihatku dengan bingung, lalu mengikuti arah pandanganku. Terlihat eomma berjalan mendekati kami. “Annyeong, ahjumma.” sapa Junsu-oppa sopan.<br /><br /><span><span><span>Eomma melihat wajahku. Dalam hati, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> masih berharap eomma mengizinkanku pergi. Tapi, pasti ia </span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >akan</span><span> melarangku... “Kau boleh pergi, Dae Ahn.” sahut eomma singkat. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menatapnya tidak percaya. Eomma mengalihkan pandangannya ke arah Junsu-oppa </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terlihat bingung. “Annyeong, Junsu-sshi. Tolong jaga anakku.” katanya sambil membungkukkan badan.</span><br /><br /><span><span>Junsu-oppa menatapku dengan penuh kebingungan, lalu membalas eomma dengan membungkukkan badannya. “Arraseo. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pasti </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> menjaganya.” jawab Junsu-oppa sambil menatap eomma, lalu tersenyum padaku.</span><br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> merasa sangat terkejut bercampur senang. Kupeluk eomma penuh terima kasih, lalu mencium pipinya dengan sayang. Eomma memang sangat baik. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menyesali ejekan jahatku pada eomma kemarin.</span><br /><br />“Jadi.., siap pergi sekarang?” Junsu-oppa mengulangi pertanyaannya.<br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> melihat kembali pada eomma, kulihat ia mengangguk. Lalu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> menjawab Junsu-oppa dengan mengacungkan jempol kananku sambil tersenyum.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span><span>Suasana taman bermain tidak terlalu ramai karena langit terlihat agak berawan, sepertinya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span><span> turun hujan. Namun <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> tidak menghiraukannya dan bersenang-senang dengan Junsu-oppa menikmati berbagai wahana permainan. Selain mengenakan topi dan kacamata hitam, Junsu-oppa juga mengenakan jaket kulit </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> agak lusuh agar tidak terlihat mencolok.</span><br /><br /><span>“Dae Ahn, ayo ikut aku!” ajak Junsu-oppa sambil menarik tanganku. Ia menarikku ke... bianglala! <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menatapnya tidak mengerti. Bianglala kan tidak terlalu asyik. Hanya berputar dan naik hingga ke atas, apa asyiknya? Namun Junsu-oppa hanya tersenyum penuh rahasia ketika menyadari kebingunganku.</span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />Setahuku, bianglala itu akan berputar pelan selama satu kali. Lalu putarannya akan berhenti selama tiga menit setiap salah satu kotak pengangkut pengunjung berada di posisi puncak lingkaran. Ada sekitar dua belas kotak pengangkut, jadi satu kali naik bianglala akan menghabiskan waktu lebih dari setengah jam.<br /><br />Aku duduk berseberangan dengan Junsu-oppa di dalam kotak pengangkut. Aku memperhatikannya melihat ke arah luar dengan antusias. Di saat seperti ini, Junsu-oppa benar-benar terlihat seperti anak kecil. Dalam beberapa menit, kotak pengangkut yang kami naiki berhenti tepat di puncak bianglala.<br /><br />“Dae Ahn, inilah yang ingin kutunjukkan padamu.” sahut Junsu-oppa sambil berpindah tempat duduk ke sebelahku. Tangannya menunjuk ke arah luar, lalu aku mengikuti tangannya. Disana, terlihat langit barat yang merona merah karena cahaya matahari yang mulai tenggelam. Indah sekali, benar-benar mengejutkanku. Aku tidak pernah berpikir kalau dari puncak bianglala ini dapat terlihat matahari terbenam. Junsu-oppa tersenyum, terlihat puas saat melihatku terpana.<br /><br />“Selain itu, di atas sini juga dapat terasa angin yang sangat sejuk!” sahutnya sambil membuka jendela di sebelahnya. “Mwo? Kok tidak terasa angin sama sekali?” Aku tertawa melihat ekspresi bingungnya yang sangat lucu.<br /><br />“Ah, mungkin angin bertiup dari arah sebaliknya.” Tangan Junsu-oppa terjulur melewati badanku, membuka jendela di sisi tempat dudukku.<br /><br />“Whooosh!” angin langsung masuk dengan kencang. Aku menikmatinya sambil tertawa senang. Tiba- tiba terdengar suara teriakan Junsu-oppa. “Topiku!” aku berbalik, dan terlihat Junsu-oppa tanpa topinya mengulurkan tangan keluar jendela di sebelahnya seperti sedang menggapai sesuatu, sementara barang yang ia cari berada di luar, melayang-layang bebas di udara...<br /><br />“Gawat..”<br /><br /><br /><span>Kotak pengangkut kami sudah berada di bawah dan berhenti, menunggu kami keluar. Junsu-oppa menarikku bersamanya, mendekap badanku sambil menundukkan kepala. Kami berjalan cepat menuju pintu keluar, berharap tidak seorang pun dapat mengenalinya. Kami hanya perlu berjuang sampai keluar dari taman bermain, masuk ke <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >mobil</span>, lalu semua akan aman..</span><br /><br />“Hei, bukankah itu Xiah Junsu??” terdengar suara perempuan di belakang kami setelah kami berjalan cepat melewatinya.<br /><br /><span>“Ya, benar! Rambut itu... tidak salah lagi!” suara <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lain terdengar.</span><br /><br /><span><span>Junsu-oppa mempercepat langkah, setengah berlari. Dengan susah payah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mengikuti irama langkahnya. Di belakang kami, sayup-sayup terdengar suara </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> meneriakkan nama Junsu-oppa, lama-kelamaan makin jelas. Tiba-tiba langkah Junsu-oppa berhenti. Ia berjalan mendahuluiku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kelelahan, lalu menekuk kakinya membelakangiku.</span><br /><br /><span><span>“Ayo naik! Biar <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >aku</span> menggendongmu! Kita harus segera keluar dari tempat ini!” perintahnya sambil menoleh ke arahku. Mulanya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> enggan, namun akhirnya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mendekap punggungnya, membiarkan ia memikulku sambil berlari sampai kami tiba di </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">mobil</span>.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span><span><span>Kami sudah sampai di rumahku. Hari sudah mulai gelap. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> turun dari </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">mobil</span>, begitu pula dengan Junsu-oppa (ia tidak memakai SM7-nya, tetapi ia menggunakan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">mobil</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> ia pinjam dari salah seorang staffnya).</span><br /><br /><span>“Maaf soal kejadian hari ini.” katanya dengan nada menyesal. “Kau tidak apa-apa kan?” tanyanya khawatir. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> membalas dengan gelengan kepala. “Baiklah, sampai ketemu besok!” Ia masuk kembali ke mobilnya. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> menunggu sampai mobilnya hilang dari hadapanku, lalu berjalan memasuki rumah.</span><br /><br /><span><span>Tiba-tiba terdengar telepon berdering. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tidak bisa menjawabnya, jadi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> berkeliling rumah mencari eomma. Sekarang sudah jam 7, seharusnya eomma sudah pulang. Namun eomma tidak terlihat di rumah. Dering telepon </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> tidak berhenti itu membuat perasaanku sedikit tidak enak, jadi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mengangkatnya.</span></span><br /><br />“Yobboseyo? Selamat malam. Apakah ini rumah keluarga Seo?”<br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tidak bisa menjawab apapun, jadi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> mengetuk gagang teleponnya untuk memberi isyarat jawabanku.</span><br /><br />“Apa kau Seo Dae Ahn? Ini dari kantor polisi. Saya ingin memberitahukan bahwa telah terjadi kecelakaan...”<br /><br /><br />Aku berlari secepat mungkin menuju rumah sakit. Sesampainya disana, aku segera menuju resepsionis dan mengeluarkan notesku, satu-satunya barang yang kubawa dari rumah. aku menulis dengan tergesa-gesa, “Di mana ibuku, Seo Shin Dae berada?”<br /><br />Perawat itu mengangguk mengerti saat membaca tulisanku. “Mari, saya antar.”<br /><br />Ia membawaku ke Unit Gawat Darurat. Aku melihat ke semua arah, mencari-cari sosok ibuku di antara dokter yang sedang melakukan tindakan penyelamatan, namun perawat itu berhenti di depan sebuah ranjang yang di atasnya berbaring sosok yang kaku, kain putih menutupi seluruh badannya...<br /><br />Aku menatap perawat itu tidak percaya, namun ia hanya membungkukkan badan lalu meninggalkan aku di sana. Pelan-pelan aku berjalan mendekati sosok itu. Berharap semua ini hanya mimpi. Kedua tanganku bergerak perlahan menuju kain putih yang menutupinya, lalu menyibak kain itu hingga terlihat wajah orang yang paling kusayangi, kedua matanya terpejam dengan damai...<br /><br />Dalam sekejap aku merasa dunia sudah runtuh. Aku menangis tersedu-sedu tanpa suara melihat wajah itu. Mencoba membangunkannya, kedua tanganku menyentuh kedua pundaknya dan menggerak-gerakkannya, berharap ia hanya tertidur dan akan terbangun karena usahaku.<br /><br />“Nona, Anda jangan berbuat seperti ini...” terdengar suara seorang perawat dari belakang, lalu tangannya menarik badanku menjauh dari tempat itu. Merasa usahanya sia-sia, ia memanggil rekannya lalu sekarang terasa empat tangan menarik badanku yang bagaikan terkena magnet tidak mau menjauh dari tempat itu. Aku menangis meraung-raung, mencoba berteriak memanggilnya...<br /><br />“...ma...eomma...” kata-kata itu keluar dari mulutku. Aku tidak puas. Aku ingin berteriak lebih keras agar eomma benar-benar terbangun. Namun tenggorokanku terasa sangat sakit. Aku terbatuk-batuk keras, menutup mulutku dengan tangan, namun saat kulepas tangan itu, terlihat noda darah di sana.. Setelah itu aku merasa pandanganku kabur, suara-suara perawat yang mencoba menenangkanku sudah tidak terdengar lagi...<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-7th Chapter-</span></span></b></div><br /><br />“Tadaima..!!” terdengar suara dari arah pintu.<br /><br />“Okaeri...” jawabku malas sambil menonton televisi.<br /><br /><span>“Kalian ini.., kok <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> sebegitu cintanya pada Jepang? Seharusnya kita mencintai budaya negara kita sendiri, Korea.” omel eomma dari arah dapur.</span><br /><br /><span>Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku mendengar omelan eomma. Aku dan appa memang selalu menggunakan sapaan bahasa Jepang <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >di</span> rumah. Ya, karena aku dan appa sangat menyukai Jepang. Sedangkan eomma? Ia tidak menyukai cara kami dan selalu mengomel tiap kali aku dan appa menggunakan bahasa Jepang.</span><br /><br /><span>“Yorobun, coba tebak apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> kudapat hari ini?” tanya appa penuh rahasia sambil tersenyum lebar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> depanku.</span></span><br /><br />“Appa, jangan berdiri disitu! Aku kan sedang menonton televisi.” omelku sambil berusaha mengusir appa dari depan televisi.<br /><br />“Dae Ahn... kau jahat sekali pada appamu ini...” sahut appa pura-pura sedih.<br /><br /><span>“Memangnya apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kaudapat hari ini?” tanya eomma sambil membawa piring makanan ke meja makan.</span><br /><br /><span>“Tebak dulu! Sesuatu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> berhubungan dengan liburan.., sesuatu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> pasti akan sangat menyenangkan...” Lagi-lagi appa berkata dengan nada penuh rahasia.</span><br /><br /><span>Aku mencoba mengira-ngira. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Yang</span> berhubungan dengan liburan.., <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> akan sangat menyenangkan... “Aku tahu! Appa dapat bonus dari kantor jadi kita sekeluarga <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> berlibur ke luar kota?”</span></span><br /><br />“Salah! Lebih dari itu! Eomma, kau tidak mau menebaknya?” Appa menatap penuh harap pada eomma.<br /><br />“Langsung saja katakan!” omel eomma lagi. Sepertinya ia sudah cukup capek melihat tingkah appa hari ini.<br /><br />“Jreng...jreng...jreng...” Appa mengeluarkan tiga lembar kertas dari dalam saku kemejanya. “Tiga tiket liburan ke Jepang selama satu minggu!!”<br /><br /><span>“Haaah?! Ke Jepang?? Akhirnya...akhirnya kita <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> ke Jepang!!” teriakku senang sambil memeluk appa.</span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />“Darimana kau dapatkan itu? Buang-buang uang saja...” terdengar omelan eomma lagi.<br /><br />“Ini GRATIS! Aku menang undian berhadiah yang diadakan kantor! Akhirnya... Dae Ahn, kita akan...”<br /><br />“Jalan-jalan ke Shibuya...” lanjutku.<br /><br />“Pergi ke onsen...” appa mambalas.<br /><br />“Ke Osaka...” aku menambahkan.<br /><br />“Ke Hokkaido!” sorak aku dan appa bersamaan. Lalu kami berdua menari berputar-putar sambil bersorak-sorak gembira.<br /><br />“Ssstt! Jangan berisik! Tidak enak terdengar tetangga, tahu!” lagi-lagi eomma mengomel.<br /><br />Aku dan appa berhenti menari. “Apa eomma tidak senang?” tanyaku pura-pura kecewa.<br /><br />“Iya.., kan kita sudah lama tidak liburan bersama-sama...” lanjut appa.<br /><br />“Eomma tidak ikut.” sahut eomma serius.<br /><br />“Hah?” aku dan appa benar-benar kecewa.<br /><br />“Kenapa tidak mau ikut?” tanya appa berusaha membujuk.<br /><br />“Ayolah eomma...” aku juga ikut membujuk.<br /><br />“Tidak! Eomma tidak mau naik pesawat. Pesawat itu menyeramkan...Pokoknya eomma tidak akan ikut!” jawab eomma.<br /><br />“Yaaaaah...” aku dan appa mendesah kecewa bersamaan.<br /><br />Akhirnya, hanya aku dan appa yang pergi ke Jepang. Eomma hanya mengantar sampai bandara. Di dalam pesawat, jantungku tidak hentinya berdegup kencang, tidak sabar ingin secepatnya sampai di Jepang. Begitu pula dengan appa. Aku dan appa sedang sibuk melihat peta Jepang saat tiba-tiba terasa hentakan keras pada pesawat yang kami tumpangi, lampu darurat berkedap-kedip dan terdengar teriakan pramugari yang berusaha menenangkan penumpang...<br /><br /><div align="center">~*~*~*~*~</div><br />Kubuka mataku dengan nafas terengah-engah. Mimpi itu kembali terulang. Aku masih berusaha mengatur nafasku ketika menyadari dimana aku berada sekarang.<br /><br />“Nona tidak apa-apa?” suara itu mengejutkanku. Aku melihat ke arah sumber suara. Seorang perempuan berbaju putih menatapku dengan khawatir. Aku melihat ke sekeliling sejenak untuk menyadari bahwa aku berada di rumah sakit. Aku masih ingat ruangan ini. Ruangan yang terakhir kulihat. Dimana eomma terbaring kaku di dalamnya... Badanku tersentak bangun. Aku ingin mencari eomma. Pasti ia sudah bangun sekarang. Pasti ia akan khawatir melihatku berbaring di tempat ini, dengan selang infus menempel di tanganku...<br /><br />“Nona, tenanglah.” Perempuan yang akhirnya kukenali sebagai perawat itu menenangkanku. Tangannya menahan badanku agar tidak bangkit. Aku terpaksa menurutinya. Badanku terasa sangat lemas.<br /><br />“Sepertinya Anda harus istirahat lebih lama.” Kata perawat itu sambil mengambil sebuah suntikan, lalu menyuntikkannya di kantong infusku. “Tidurlah. Anda akan merasa lebih baik setelah bangun nanti.”<br /><br />Aku mencoba melawan, namun rasa kantuk yang berat langsung menghalangiku. Mataku terasa sangat berat dan tidak mampu kuhalangi untuk terpejam. Tidak, aku tidak ingin tidur. Aku ingin menemui eomma...<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-8th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Kubuka kembali mataku. Badanku sudah terasa segar sekarang. Aku sedang mencoba mengangkat badanku ketika aku melihat seorang pria paruh baya berdiri <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >di</span> ujung ranjangku, sedang berbicara dengan dokter. Lalu ia menyadari aku sudah bangun dan berjalan mendekatiku.</span><br /><br />“Annyeong haseyo. Kau sudah bangun? Sudah merasa baikan?” tanya ajjushi itu. Aku menatapnya asing dan bingung.<br /><br />“Namaku Choi Jun Seuk.” katanya sambil membungkukkan badan. Aku membalas membungkukkan badanku dengan bingung.<br /><br /><span>Aku melihat notesku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> samping bantal, kuambil dan menulis, “Kau siapa? Mana ibuku?”</span><br /><br /><span>Ia menatapku dengan sedih setelah membaca tulisanku. “Maafkan aku.., akulah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> membuat ibumu meninggal..”</span><br /><br /><span>Emosiku bangkit setelah mendengar kata-katanya. Aku langsung bangun, memukulinya dengan segenap kekuatanku tanpa menghiraukan selang infus <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> mengganggu. Ia hanya diam menerima pukulan dariku. Setelah beberapa menit, aku merosot ke lantai, menangis terisak. Ia mencoba membantuku bangkit, namun kutampis tangannya. Jangan ganggu aku. Aku hanya ingin sendiri.. Tiba-tiba kepalaku berkunang-kunang, pandangan mataku kabur dan aku kembali kehilangan kesadaranku.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span>Setelah aku membuka mata, aku merasa pikiranku kosong. Hanya suara itu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menyadarkan aku. “Dae Ahn, kau tidak apa-apa?” terdengar suara <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> kukenal. Aku berusaha fokus pada penglihatanku. Junsu-oppa melihatku dengan khawatir. Aku melihat ke sekeliling dan menyadari aku berada <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah sakit. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Di</span> dekatku hanya ada Junsu-oppa dan seorang ajjushi </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> memperhatikanku.</span><br /><br />“Setelah mendengar berita itu pagi ini, aku segera ke rumah sakit. Maaf, aku terlambat.” kata Junsu-oppa terlihat menyesal.<br /><br /><span>Junsu-oppa datang ke rumah sakit setelah mendengar berita ‘itu’? Apa berita <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> ia maksud? Aku melihat notesku terjatuh <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> lantai dan mengulurkan tangan menggapainya, namun Junsu-oppa sudah membantuku meraihnya. Aku pun menulis, “Berita apa?”. Belum sempat kuserahkan notesku pada Junsu-oppa, terdengar suara ribut-ribut <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> luar.</span></span><br /><br />“Aish, ternyata mereka mengikutiku sampai kesini.” kata Junsu-oppa terlihat kesal, lalu ia membaca tulisanku.<br /><br />“Berita? Itu..., sebenarnya...” ucap Junsu-oppa terbata-bata. Jelas-jelas ia terlihat sedang menyembunyikan sesuatu. Aku menatapnya, menunggu kelanjutan kata-katanya.<br /><br /><span><span>“Kemarin saat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman hiburan, ternyata ada </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> mengambil foto kita. Foto itu dikirim ke media massa, sehingga dengan cepat menyebar gosip tentang kita berdua. Ketika aku sedang mencari kau untuk melindungimu dari para wartawan, aku malah mendengar bahwa kau sedang berada <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah sakit karena ahjumma..meninggal.” nada terakhir kata-katanya sebenarnya menyatakan pernyataan, namun aku menganggapnya sebagai pertanyaan sehingga aku menulis, ”Eomma meninggal? Jangan sembarangan bicara, oppa. Eomma sedang menungguku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah. Kenapa aku berada disini? Aku harus segera pulang. Ia pasti khawatir.”</span></span><br /><br />Selagi Junsu-oppa membaca tulisanku, aku mencoba bangun. Namun ajjushi tadi menahanku. Aku menatapnya bingung. Siapa dia?<br /><br /><span>“Err.., kau ingin pulang? Tunggulah sebentar. Aku akan meminta Chunnie membawakan pakaian ganti untukmu,” ujar Junsu-oppa saat melihatku ingin bangkit. “Tunggu sebentar, aku menelepon Chunnie dulu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> luar.” lanjutnya. Lalu ia berjalan keluar ruangan. Oke, aku akan menunggu. Paling tidak aku harus terlihat cantik saat pulang. Aku tidak ingin membuat eomma khawatir.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span>Aku berhasil masuk ke mobil Junsu-oppa setelah melewati serangan wartawan. Kini aku sudah terlihat rapi berkat pakaian <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> diberikan oleh Yoochun-oppa. Aku menyiapkan kata-kata pembelaan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> akan kukatakan pada eomma nanti. Tinggal satu belokan lagi menuju rumah saat Junsu-oppa menghentikan mobilnya. Ia melihat kesal ke arah jalan rumahku. Aku ikut memperhatikan, terlihat beberapa mobil terparkir <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> sekitar rumah dan jalan itu terlihat ramai. Mungkin tetanggaku sedang mengadakan pesta.</span></span><br /><br />“Dae Ahn, kau tidak bisa pulang ke rumah. Tinggallah sementara denganku.”<br /><br /><span>Aku mengangguk setuju. Junsu-oppa tidak mungkin memperlihatkan diri <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> depan keramaian. Aku tidak ingin terjadi keributan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> depan rumahku. Tapi eomma bagaimana? Aku pun menulis, “Bagaimana eomma? Ia pasti khawatir kalau aku tidak pulang ke rumah.”</span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />Junsu-oppa tertegun membaca tulisanku. Ia berpikir beberapa saat sampai akhirnya berkata, “Aku akan menyuruh salah seorang staff untuk menjelaskan semuanya pada ahjumma.” Lalu ia memutar mobilnya.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Junsu-oppa membawaku ke sebuah apartemen di pusat kota Seoul. Dari luar, aku sudah melihat takjub akan tingginya gedung itu. Ia membawaku ke lantai 5.<br /><br />“Ini apartemen keluargaku,” kata Junsu-oppa sambil memasukkan kunci pintu. “Setiap ke Seoul, mereka akan menginap di sini. Untuk beberapa minggu, apartemen ini kosong jadi kau bisa tinggal disini untuk sementara. Kau akan aman disini.”<br /><br />Aku melangkah masuk ke dalam apartemen. Seperti dugaanku, apartemen ini sangat luas, bahkan lebih besar dari rumahku. Ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur berukuran besar, dua kamar tidur dengan toilet di masing-masing kamar. Sangat mirip dengan rumahku delapan tahun lalu. Yang menjadi perbedaan adalah pemandangan jendelanya. Aku menatap keluar jendela. Terlihat gedung-gedung tinggi dan kesibukan kota Seoul yang padat.<br /><br />Junsu-oppa tersenyum melihatku. Aku menyukai tempat ini. Kuharap eomma bisa tinggal bersamaku disini.<br /><br />“Kau suka tempat ini? Di kulkas ada bahan makanan. Pakai saja kalau kau mau. Aku ada sedikit urusan. Apa kau tidak apa-apa bila kutinggalkan sendirian?” suaranya terdengar khawatir. Aku mengangguk mantap. “Aku tidak akan lama. Sambil menungguku, kau bisa menonton TV.” Ia mengambil remote dari meja di depan TV, lalu menyalakannya.<br /><br />“Kemarin sore personil Dong Bang Shin Ki, Xiah Junsu, terlihat berada di taman bermain M sekitar pukul setengah tujuh malam bersama seorang wanita. Hubungan antara keduanya masih merupakan misteri karena pihak SM Entertainment menolak memberikan penjelasan. Xiah Junsu sendiri terakhir muncul di Rumah Sakit S pagi ini. Ia memasuki rumah sakit dengan tergesa-gesa, sepertinya ingin menjenguk salah seorang kerabatnya. Namun saat keluar dari tempat tersebut, ia bersama seorang wanita yang diperkirakan sama dengan wanita yang terlihat bersamanya di taman bermain. Kami mencoba mencari tahu tentang wanita itu dan kami menemukan bahwa wanita itu adalah seorang penjual es krim di taman J. Ia bisu dan tidak punya kerabat karena ayah dan ibunya, keluarga satu-satunya sudah meninggal. Ayahnya meninggal delapan tahun silam dalam sebuah kecelakaan pesawat, sedangkan ibunya baru saja meninggal kemarin malam setelah ia mengalami sebuah kecelakaan...”<br /><br />Junsu-oppa mematikan TV. Kalimat terakhir yang kudengar terngiang-ngiang di kepalaku. Aku langsung mengambil notesku dan menulis, “Eomma meninggal? itu bohong kan? Oppa bilang eomma baik-baik saja. Aku akan pulang ke rumah!”<br /><br />Segera setelah Junsu-oppa memegang notesku, aku langsung berlari keluar, memencet tombol lift dengan tidak sabar. Setelah aku sampai di bawah, aku mulai berlari tanpa tahu arah. Aku hanya bisa berharap jalan yang kupilih ini memang menuju ke rumahku. Setelah sekian lama berlari, aku mulai mengenali jalan. Aku berlari semakin kencang sampai akhirnya sampai di depan rumahku. Aku mencoba membuka pintu, namun pintu itu terkunci. Aku mengetuk pintu dengan keras agar eomma mendengarku. Aku mengintip ke dalam melalui jendela, tidak terlihat siapapun di dalam. Pasti eomma sedang tidur. Jadi aku berlari menuju jendela kamar eomma lalu kembali mengetuknya dengan keras agar eomma mendengarnya, tetapi masih tidak ada respon. Lalu aku ingat kalau eomma sering lupa mengunci pintu belakang, jadi aku kembali berlari menuju pintu belakang dan mencoba membukanya. Bingo! Pintu itu memang tidak terkunci. Aku menghambur masuk dan mencari-cari eomma. Di kamar eomma, di kamarku, di kamar mandi, tapi aku tetap tidak menemukannya. Bahkan keadaan rumah masih sama persis seperti terakhir kulihat kemarin pagi. Dimana eomma? Dimana ibuku?<br /><br />“Dae Ahn!” Aku tersenyum, lalu menoleh ke arah suara, berharap itu eomma. Tapi ternyata itu suara Junsu-oppa. Aku melihat kedatangannya dengan kecewa, lalu aku kembali mencari eomma di tiap sudut rumah.<br /><br />Tiba-tiba aku merasakan tangan hangat Junsu-oppa mendekapku dari belakang. “Dae Ahn.., maafkan aku telah membohongimu. Ahjumma, ibumu, sudah meninggal. ia tertabrak mobil saat sedang berjalan pulang ke rumah kemarin..”<br /><br />Tidak! Tidak mungkin! Eomma tidak mungkin meninggal! Junsu-oppa bohong! Aku ingin meneriakkan kata-kata itu, namun tidak mungkin. Aku membalikkan badan, berontak dari dekapan Junsu-oppa sambil memukulinya. Setelah tenagaku habis, Junsu-oppa memelukku. Badanku terasa sangat lemas, kesadaranku kembali hilang...<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Sentuhan hangat di keningku menarikku dari dunia yang gelap ini. Aku membuka mata, kulihat wajah lelah Junsu-oppa menatapku dengan sangat khawatir.<br /><br />“Kau sudah bangun?”<br /><br />Aku tidak menjawab. Pikiranku terasa kosong.<br /><br />“Apa kau lapar? Aku sudah membuatkan bubur untukmu. Tunggu sebentar.” sahut Junsu-oppa dengan nada menenangkan, lalu ia keluar dari kamar.<br /><br />Serpihan kenangan mulai mengisi pikiranku. Aku tersentak bangun. Kenapa aku berada disini? Aku harus pergi..., aku harus mencari eomma...<br /><br />Aku menjejakkan kaki di lantai untuk berdiri, namun tiba-tiba telapak kakiku terasa sakit. Aku kembali duduk di ranjang, menatap ke pecahan kaca di sekitar kakiku. Sepertinya aku sudah membuat sebuah gelas jatuh saat aku bangun tadi.<br /><br />Sebuah rencana tersusun dengan cepat di otakku. Aku meraih pecahan kaca yang paling besar dan paling tajam, lalu...<br /><br />“Dae Ahn, suara apa itu? Apa kau...”<br /><br />... kuiris pergelangan tangan kananku sedalam mungkin yang kubisa. Aku tersenyum senang ketika melihat cairan merah itu mengalir deras dari tanganku. Lalu aku berbaring, menuruti rasa kantuk yang tiba-tiba datang tanpa menghiraukan teriakan panik yang bergema di telingaku. Appa.., eomma.., aku datang.<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-9th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Duniaku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> semula berwarna putih tanpa ujung perlahan-lahan berubah. Terdengar suara hiruk-pikuk dan suara pengumuman <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> khas, terlihat papan-papan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menunjukkan jam keberangkatan. Rupanya aku berada di bandara.</span><br /><br /><span>“Dae Ahn, kenapa kau bengong?” suara <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> telah lama tidak kudengar memanggilku. Aku menoleh ke sumber suara. Di hadapanku, sekitar lima meter jauhnya, appa dan eomma melihatku dengan tidak sabar sambil menjinjing beberapa koper.</span><br /><br /><span><span>“Appa..” Aku terkejut. Mulutku mengeluarkan suaranya lagi! Aku menyentuh tenggorokanku, memastikan tidak <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> rasa sakit </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menghambat suaraku.</span><br /><br />“Tunggu apalagi? Pesawat sudah hampir berangkat!” Eomma berteriak memanggilku.<br /><br /><span>Aku segera berlari menghampirinya, namun suara appa menghentikan langkahku. “Kopernya, Dae Ahn! Jangan kau tinggal!” Aku melihat kembali ke tempatku berdiri tadi. Ternyata <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >ada</span> dua buah koper lain disana.</span><br /><br /><span>“Ayo cepat, Dae Ahn!” eomma kembali berteriak. Aku kembali mengambil koper <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> (sepertinya) kutinggalkan, lalu menghampiri appa dan eomma <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sudah berjalan jauh di depan.</span><br /><br /><span>Akhirnya kami sampai di pintu keberangkatan. “Sini kopernya.” kata appa sambil mengambil alih pegangan koper di tanganku. Eomma <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">juga</span><span> mengambil koper <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lain.</span></span><br /><br />“Sampai jumpa, nak.” sahut appa sambil berjalan mundur menuju pintu keberangkatan.<br /><br />“Tunggu, aku ikut...” aku ikut melangkah masuk, namun seorang penjaga menahanku.<br /><br /><span>“Tidak, kau tidak boleh ikut! Tidak untuk saat ini.” kata eomma dengan nada omelan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kurindukan.</span><br /><br />“Tidak!!! Jangan tinggalkan aku!!!” aku berteriak sekeras mungkin saat mereka berdua mulai menghilang di balik pintu.<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*</div><br /><br /><span><span>Aku memandang aneh pada ruangan redup ini. Hanya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> satu lampu kecil </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> bersinar dari atas kepalaku. Aku menarik nafas dengan berat, merasa sedikit terganggu dengan sentuhan sesuatu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menutupi hidung dan mulutku. Kucoba mengeluarkan suara, namun <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terdengar hanyalah desahan semata dan hal ini menjadi bukti bahwa aku kembali ke dunia nyata.</span><br /><br /><span>Teringat akan hal terakhir <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kulakukan, aku mencoba menggerakkan tangan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> telah menjadi korban ketidakwarasanku. Tidak berhasil. Bahkan aku tidak dapat merasakan tangan itu. Kuulangi tindakan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sama pada tanganku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lain. Bagus, tangan kiriku masih berfungsi meskipun sedikit terasa sakit karena beberapa jarum infus <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menusuknya. Aku mengangkatnya, mencoba meraba tangan kananku. Namun tangan itu malah bersentuhan dengan sesuatu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terasa seperti... rambut.</span><br /><br /><span>“Hmm...” terdengar suara <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kukenal, pemilik rambut itu. Ia mengangkat kepalanya, menatapku dengan mata <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> mengantuk. Ternyata Junsu-oppa tertidur di sampingku.</span><br /><br />Aku mendesah, kembali menatap langit-langit ruangan itu.<br /><br /><span>“Bagaimana perasaanmu?” ia berkata sembari menegakkan badan. “Tidurlah lagi. Kau harus banyak istirahat setelah melewati operasi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> panjang...” suara Junsu-oppa tidak terdengar lagi. Ia kembali tertidur. Aku menatap kosong pada langit-langit, merasa sedikit kesal karena aku tidak mati. Lama-kelamaan mataku terasa berat, membuatku kembali tidur.</span><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><span>Suara kicauan burung membangunkanku. Aku membuka mata. Cahaya matahari <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> hangat memasuki kamarku melalui celah-celah kisi jendela. Aku melihat ke sisi kananku. Ternyata Junsu-oppa masih tidur. Aku mendengar suara pintu dibuka dan seorang perawat muncul dari balik tirai.</span><br /><br /><span>“Selamat pagi! Anda sudah sadar rupanya.” sapa perawat itu sambil memeriksa 2 kantong infus <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> digantung di sebuah tiang di sebelah kiriku. Salah satu kantong berisi cairan bening, sedangkan kantong lainnya berisi cairan merah pekat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kuyakini sebagai darah.</span><br /><br />“Selamat pagi.” Suara sapaan perawat sepertinya telah membangunkan Junsu-oppa. Ia balas menyapa sambil merenggangkan kedua tangannya. Wajahnya benar-benar terlihat lelah.<br /><br />“Baiklah, karena Anda sudah sadar, saya akan memanggil dokter.” Perawat itu pun keluar dari kamar. Samar-samar aku melihat wajahnya merah padam.<br /><br /><span>Junsu-oppa menatapku dengan khawatir. “Dae Ahn, tolong jangan ulangi perbuatanmu ini. Aku hampir mati terkejut saat melihatmu mengiris tanganmu sendiri. Aku langsung menggendongmu <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sudah tidak sadarkan diri dan membawamu ke rumah sakit. Kau hampir mati kehabisan darah.” Ia menggenggam tanganku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> diperban tebal, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> noda kuning oranye di perban itu. “Aku lebih terkejut saat dokter bilang <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> urat saraf di pergelangan tanganmu </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terputus. Jadi kau langsung dibawa ke ruang operasi untuk menyambung saraf tanganmu itu.”</span><br /><br /><span>Aku terdiam mendengar ceritanya. Aku sungguh-sungguh menyesalkan kegagalanku. Aku tidak ingin hidup lagi. Appa dan eomma sudah tidak <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span>. Sekarang aku sebatang kara...</span><br /><br /><span>“Jangan pernah merasa sendirian, Dae Ahn. Meskipun kedua orangtuamu sudah meninggal, kau masih punya aku, temanmu...” Ia mengecup tanganku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> tidak bisa kurasakan itu.</span><br /><br />Air mataku tidak terbendung lagi. Aku menangis sejadi-jadinya, menumpahkan segala kesedihanku sementara Junsu-oppa terus menghiburku dengan berkata, “Jangan menangis lagi...”<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />“Annyeong, Junsu-sshi.” Suara itu mengejutkan kami. Rupanya dokter sudah datang. Junsu-oppa berdiri, membungkuk singkat padanya lalu ia berdiri menjauh.<br /><br />“Annyeong, Dae Ahn-sshi.” Sapa dokter itu padaku. Aku mencoba mengangkat badanku untuk membalasnya, namun tangannya menghentikanku. “Ah, tidak usah terlalu sungkan. Anda berbaring saja.” Aku kembali merebahkan badanku, lalu tersenyum singkat padanya.<br /><br /><span>Ia memperhatikan sebuah papan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> ia bawa, lalu berkata, “Beberapa saraf di pergelangan tangan Anda terputus dan kami sudah berusaha keras menyambungnya. Namun kita tidak bisa terlalu berharap pada hasil <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> positif...”</span><br /><br />“Maksud dokter? Apakah ia tidak akan bisa menggunakan tangannya lagi?” potong Junsu-oppa.<br /><br />“Saya tidak bisa memutuskan seperti itu. Setelah lukanya sembuh, ia harus melatih tangannya agar bisa digunakan seperti semula.”<br /><br /><span>“Jadi masih <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> harapan akan kesembuhan total?”</span><br /><br /><span>“Ya, hal itu bisa terjadi bila Dae Ahn-sshi <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >juga</span><span> berusaha melatih tangannya untuk mengembalikan fungsinya.” Ia kembali menatapku. “Sepertinya Anda telah mengalami kejadian <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menyedihkan. Tapi, sayangilah nyawa Anda. Pikirkan bagaimana perasaan orang-orang <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menyayangi Anda bila Anda meninggal karena bunuh diri.”</span></span><br /><br />Aku menoleh ke arah Junsu-oppa. Ia duduk di sofa di sudut ruangan, kepalanya menunduk. Aku merasa bersalah padanya. Aku sudah terlalu banyak merepotkannya dengan segala masalahku.<!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />“Baiklah. Selamat beristirahat. Saya akan datang siang nanti untuk memantau kondisi Anda.” dokter itu membungkukkan badan singkat, lalu ia pergi keluar.<br /><br />Aku mencari-cari notesku dan kutemukan tergeletak di meja di samping tempat tidurku. Aku ingin mengambilnya, ingin menuliskan permintaan maafku pada Junsu-oppa yang telah banyak membantuku. Menyadari tangan kananku tidak bisa kugunakan, aku mencoba mengangkat tangan kiriku dengan susah payah. Namun rasa sakit yang terasa setiap aku menggerakkan tangan kiriku menghentikan gerakanku.<br /><br />“Ada apa? Apa kau ingin kuambilkan sesuatu?”<br /><br />Aku menatap mata Junsu-oppa sekilas, lalu mengalihkan pandanganku ke arah notesku di atas meja, berharap Junsu-oppa mengerti maksudku.<br /><br />“Kau ingin menuliskan sesuatu?” Ia mengambil notesku. “Tapi, sepertinya kau tidak bisa menulis.” Meskipun ia berkata seperti itu, ia tetap memberikan notes itu ke dalam genggaman tangan kiriku.<br /><br />Aku menatap kedua tanganku dengan kesal. Kenapa keduanya tidak bisa kupakai saat ini? Akhirnya aku terpaksa mengembalikan notes itu, lalu menggelengkan kepalaku, memberi isyarat bahwa aku mengurungkan niatku.<br /><br />Aku melihat sekilas ke arah jendela. Matahari bersinar cerah hari ini, seperti hari-hari dimana aku pertama kali bertemu dengan Junsu-oppa di taman. Aku pun memejamkan mataku, mencoba tidur. Kuharap di dalam mimpiku, aku berdiri di dalam kiosku sambil memandang ke arah lapangan, ke arah Junsu-oppa yang asyik bermain disana, dimana semuanya baik-baik saja.<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-10th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Dalam beberapa hari, perlahan-lahan kondisiku mulai membaik. Luka <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >di</span> telapak kakiku –karena menginjak pecahan gelas- sudah sembuh, jadi aku sudah diperbolehkan berjalan-jalan sendiri tanpa bantuan kursi roda. Namun aku belum diperbolehkan pulang sebelum luka <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span><span> tanganku sembuh <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">total</span>. Dokter bilang, bisa terjadi pendarahan sewaktu-waktu bila aku menggerakkannya sembarangan sebelum lukanya menutup sempurna.</span></span><br /><br /><span>Matahari bersinar cerah hari ini meskipun sedikit berawan. Seperti biasa, cuaca seperti ini menggodaku untuk menikmatinya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman rumah sakit. Hari ini Junsu-oppa ada pekerjaan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> Jepang, jadi aku memutuskan pergi ke taman sendirian.</span><br /><br /><span><span>Aku berjalan perlahan sambil menyeret tiang infusku dengan tangan kiri sementara tangan kananku tergantung <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> dalam balutan kain </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> dilingkarkan ke leherku. Tangan kananku lumpuh dari pergelangan tangan sampai ujung jari, jadi sekarang aku harus belajar menulis dengan tangan kiri.</span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Di</span> taman, aku duduk <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> sebuah bangku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> berada <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> tengah. Kuhirup udara segar sedalam mungkin sambil tersenyum senang. Paling tidak, nyawaku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> telah kembali memberiku kesempatan untuk menikmati udara segar seperti ini. Aku memandangi taman itu, menikmati beberapa penghuni rumah sakit <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> berada disana didampingi oleh perawat maupun oleh kerabatnya, menganggapnya sama seperti pemandangan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> biasa kulihat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> taman es krimku.</span></span><br /><br /><span>Aku mendengar suara percakapan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> makin lama makin jelas <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> belakangku. Aku menoleh sekilas, rupanya dua orang perawat baru saja duduk <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> bangku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> berada persis <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> belakangku namun saling bertolak-belakang. Tanpa sengaja aku mendengar percakapan mereka. Awalnya mereka membahas tentang kesibukan mereka sebagai perawat, namun tiba-tiba mereka berganti topik saat sedang membahas tentang pasien-pasien rumah sakit.</span></span><br /><br />“Apa kau masih ingat gosip tentang Junsu-sshi beberapa waktu lalu?”<br /><br />“Aaaah.., tentu saja masih ingat. Ia digosipkan sedang pacaran dengan seorang perempuan kan?”<br /><br />“Ya! Dan perempuan itu hanya seorang penjual es krim! Aish, mereka sungguh tidak cocok.”<br /><br /><span>“Aku setuju! Seorang personil Dong Bang Shin Ki, grup penyanyi paling terkenal <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> Korea saat ini, bisa-bisanya bersama dengan perempuan miskin seperti dia!”</span><br /><br />“Sayang sekali, sepertinya Junsu-sshi sudah termakan rayuan perempuan itu. Pasti perempuan itu sengaja melebih-lebihkan cerita tentang keluarganya untuk membuat Junsu-sshi terpikat.”<br /><br />“Oh ya?”<br /><br /><span>“Pasti! Tapi, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> mau kubahas bukan itu. Seorang temanku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> bertugas <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> bagian saraf bilang kalau perempuan itu sekarang dirawat disini karena mencoba bunuh diri! Ya ampun..., licik sekali dia. Dengan begini, Junsu-sshi pasti tidak akan berpisah darinya. Buktinya, Junsu-sshi selalu menemaninya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rumah sakit”</span></span><br /><br />“Benarkah? Ck..ck..ck... Menyeramkan sekali perempuan itu. Sampai-sampai mau bunuh diri segala. Kasihan sekali Junsu-sshi. Ia jadi korban perempuan maniak.”<br /><br />“Benar. Ahh..., seharusnya Junsu-sshi membuka matanya, melihat lebih jelas. Kan masih ada noona disini...”<br /><br />“Ah kau ini! Maunya... Eh, aku sudah dipanggil atasanku. Aku pergi dulu ya! Mungkin sebaiknya kau tidur, berharap akan memimpikan Junsu-sshi-mu itu!”<br /><br />“Tunggu aku! Temani aku ke kantin sebentar ya? Aku mau beli kopi.”<br /><br />“Ayo cepat kalau kau mau kutemani!”<br /><br />Suara mereka tidak terdengar lagi. Tanpa sadar aku menangis. Apa aku memang tidak cocok dengan Junsu-oppa? Tidak, mereka salah. Aku kan hanya menganggap Junsu-oppa sebagai teman. Tidak lebih. Tidak lebih dari seorang teman... Ya Tuhan, perasaan apa ini?<br /><br /><span><span>Tes...tes... rintik-rintik hujan mulai turun, makin lama makin deras. Aku tersadar dari lamunanku dan berdiri. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Di</span> sekelilingku, orang-orang mulai berlarian kembali ke rumah sakit. Aku mengikuti mereka sambil menyeret tiang infusku. Namun salah satu rodanya tersangkut <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> kaki bangku. Aku jatuh terjembab. Aku mengangkat badan, bertumpu pada kedua lututku dan kembali menangis, tanpa menyadari noda merah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> perban tangan kananku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> makin lama makin membesar dan tetesan darah bercampur air hujan mengalir dari tangan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lain ketika jarum infus <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menusuknya malah mengoyak kulitku...</span><br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-11th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>“Siap untuk pulang?” Suara ceria Junsu-oppa terdengar sangat bersemangat. Aku membalas dengan anggukan kecil sambil turun dari tempat tidurku. Junsu-oppa membantuku -meski aku jelas-jelas bisa melakukannya sendiri- dengan mengangkat pinggangku sampai kakiku menjejak <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >di</span> lantai dengan mantap karena ranjang rumah sakit cukup tinggi. Kedua wajah kami bertemu satu sama lain, hanya berjarak sekitar sepuluh senti. Jantungku berdegup kencang. Dada bidangnya terasa hangat dan aman, menggodaku untuk terus didekapnya seperti ini.</span><br /><br />Tiba-tiba ponsel Junsu-oppa berbunyi. Ia langsung melepaskan tangannya dari pinggangku dan mengambil ponselnya.<br /><br /><span>“Yobboseyo? Mwo? Hyung mau ke Seoul? Tidak bisa, hyung. Tempatnya mau kupakai. Nanti saja kutelepon lagi, oke? Annyeong.” Ia menutup ponselnya. Aku bisa melihat ekspresinya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terlihat bingung.</span><br /><br /><span>“Ah, mianhe. Tadi Junho-hyung <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> menelepon. Tidak <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> masalah. Ayo, Dae Ahn, kita pulang.” Junsu-oppa tersenyum padaku meskipun terlihat terpaksa.</span></span><br /><br /><span>Ketika kami sudah sampai <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> lobby rumah sakit, tiba-tiba serombongan orang dengan kelipan lampu blitz mengerumuni kami. Aku langsung menundukkan kepala menghindari kilatan lampu itu. Junsu-oppa melepas jaketnya dan menutupi kepalaku, lalu mendekapku dengan erat menerobos wartawan-wartawan itu.</span><br /><br /><span>“Junsu-sshi, apa gadis ini benar-benar pacar <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Anda</span>?”</span><br /><br /><span>“Dae Ahn-sshi, apakah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Anda</span> benar-benar menyukai Junsu-sshi?”</span><br /><br /><span>“Junsu-sshi, kenapa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Anda</span> memilih Dae Ahn-sshi sebagai pacar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Anda</span>?”</span><br /><br /><span> “Dae Ahn-sshi, apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Anda</span> memperalat Junsu-sshi untuk mencari popularitas?”</span><br /><br /><span>Pertanyaan-pertanyaan wartawan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> semakin menyakitkan itu tidak terdengar lagi setelah aku berhasil masuk ke mobil. Setelah pintu mobil ditutup, samar-samar aku dapat mendengar suara teriakan Junsu-oppa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menyuruh wartawan-wartawan itu berhenti bertanya. Ia pun berjalan memutari mobil, lalu masuk ke kursi pengemudi.</span><br /><br />“Wartawan-wartawan brengsek itu memang kelewatan!” Junsu-oppa memaki, terlihat sangat marah. Ia langsung menyalakan mesin dan memacu mobilnya menjauh dari rumah sakit.<br /><br />“Dae Ahn, kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?” Ia menoleh padaku beberapa kali untuk memastikan keadaanku. Aku hanya mengangguk singkat meskipun mataku sudah mulai berair.<!--INFOLINKS_STOP--><br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Awalnya aku mengira Junsu-oppa akan mengantarku kembali ke rumah, namun perkiraanku salah. Ia membawaku ke apartemen keluarganya. Aku melihatnya dengan bingung. Kenapa aku malah dibawa kesini?<br /><br />“Dae Ahn, kau tinggal saja disini. Apartemen ini kosong kok.” Sahut Junsu-oppa seakan-akan bisa membaca ekspresiku. Lagi-lagi ponselnya berdering.<br /><br />“Yobboseyo? Hyung, sudah kubilang aku akan meneleponmu lagi. Apartemennya tidak bisa digunakan!” teriakan Junsu-oppa terdengar jelas olehku. Menyadari aku memperhatikannya, ia berjalan menjauh sambil meneruskan pembicaraannya.<br /><br />Aku mengerti sekarang. Junho-oppa ingin datang ke Seoul, tapi apartemennya tidak bisa ia pakai. Karena apa? Karena aku akan meninggalinya. Cukup. Aku tidak ingin merepotkan Junsu-oppa lagi. Karena aku, ia sampai bertengkar dengan hyung-nya sendiri.<br /><br />“Dae Ahn, kau istirahat saja. Aku ada sedikit urusan. Sebentar lagi aku akan kembali, membawakan makanan untukmu.” ujar Junsu-oppa, lalu ia pergi.<br /><br />Baiklah. Aku harus pergi. Aku tidak boleh ada di kehidupan Junsu-oppa lagi. Aku mengambil notesku untuk merobek kertasnya, tapi dari dalamnya terjatuh sebuah kartu nama.<br /><br /><i>Flashback<br /><br />“Dae Ahn-sshi, terimalah ini,” Ajjushi itu menyerahkan sebuah kartu nama padaku. “Tadi aku sempat berbicara pada dokter. Dia bilang pita suaramu mengalami masalah sehingga kau tidak bisa bicara. Maaf bila aku menyinggung perasaanmu, tapi aku mengenal beberapa dokter handal di Inggris yang dapat menyembuhkannya agar kau bisa bicara lagi. Bila kau tertarik, kau bisa menghubungiku. Sekali lagi, aku sungguh minta maaf. Kuharap dengan cara ini aku dapat menebus kesalahanku.”<br /><br />End of flashback</i><br /><br />Aku melihat baik-baik kartu nama itu. tertera nama Choi Jun Seuk, seorang CEO perusahaan asing. Alamatnya tidak jauh dari rumahku. Aku berpikir sejenak, mempertanyakan alasannya menawarkan bantuan padaku. Ah, sudahlah. Mungkin saja dia hanya orang baik yang sering memberi bantuan pada orang sepertiku.<br /><br />Kurobek kertas notesku dan menulis “Oppa, terima kasih banyak atas bantuanmu selama ini. Oppa memang teman yang terbaik. Tapi, aku tidak mau terus-menerus merepotkan oppa. Tidak usah mencariku. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja. Dae Ahn.”, lalu aku keluar apartemen dengan membawa notesku dan menggenggam erat kartu nama itu.<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-12th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Aku mampir ke rumahku terlebih dahulu untuk mengambil beberapa barang. Semua pakaianku kumasukkan ke dalam tas. Aku masuk ke kamar eomma, melihatnya sambil membayangkan eomma berada di ruangan itu. Hatiku terasa perih. Semua <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terjadi belakangan ini terasa seperti mimpi. Pertemuanku dengan Junsu-oppa..., kepergian eomma... Tidak. Aku tidak boleh terus cengeng seperti ini. Seperti inilah takdir <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> harus kuhadapi. Aku harus kuat, harus kutunjukkan bahwa Dae Ahn <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> bisu dan yatim piatu ini masih bisa hdup dengan baik.</span><br /><br /><span>Setelah memuaskan diriku mengenang rumah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> telah kutempati delapan tahun belakangan, aku pun beranjak keluar. Sebelum keluar, aku mengambil selembar foto dari album keluarga <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> tergeletak di meja tamu, foto aku, appa dan eomma, lalu menyelipkannya di lembaran notesku. Selembar foto sudah cukup untuk menggambarkan keluargaku karena aku tidak mungkin membawa album foto besar itu bersamaku.</span><br /><br /><span>Alamat di dalam kartu nama itu membawaku ke sebuah rumah bertingkat nan indah dengan pagar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menjulang. Kutekan bel <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> di depan gerbang, dan terlihat wajah seorang ajjushi </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> berumur sekitar lima puluhan di layar.</span><br /><br /><span>“Siapa? Ah, Dae Ahn-sshi rupanya. Silahkan masuk.” Setelah suara itu, gerbang pun terbuka dan aku masuk. Begitu aku melangkahkan kaki ke halaman rumah itu, ajjushi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kulihat di layar tadi keluar dari dalam rumah.</span><br /><br />“Ayo, masuk. Kita bicara di dalam.” sahutnya saat aku akan menulis sesuatu di notesku.<br /><br /><span>Seperti <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terlihat dari luar, rumah itu sangat besar dan luas. Dinding ruangannya dilapisi wallpaper dan di langit-langitnya tergantung lampu kristal <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sangat indah. Perabotannya bergaya viktoria-modern dan terlihat mahal. Ia menyuruhku duduk di salah satu sofa berwarna pastel empuk berlapis beludru, lalu ia masuk ke bagian dalam rumah, sepertinya ingin mengambilkan minuman, meninggalkan aku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> tidak henti-hentinya menatap kagum sendirian.</span><br /><br /><span><span>Rumah itu terlihat sepi, sepertinya ajjushi itu tinggal sendirian. Aku melihat ke sekeliling. Di dindingnya hanya tergantung beberapa lukisan. Tidak banyak perabotan di ruang tamu itu, hanya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> satu </span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >set sofa</span><span> –yang kududuki- dan beberapa lemari pajang kaca di ujung ruangan. Aku beranjak menuju lemari pajang itu, penasaran akan benda-benda <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> diletakkan disana. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Ada</span> tiga lemari, dua diantaranya masing-masing diisi oleh barang-barang kristal dan barang-barang keramik, sedangkan lemari lainnya terlihat kosong. Hanya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">ada</span> dua frame foto </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> diletakkan disana. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Ada</span> foto seorang pria –sepertinya pria itu ajjushi saat masih muda- </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menggendong seorang anak perempuan berumur kira-kira lima tahun bersama seorang wanita, sepertinya ia adalah istri ajjushi. Foto lainnya menunjukkan seorang perempuan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> lebih muda dariku, berbeda dengan wanita di foto pertama, sepertinya ia adalah anak ajjushi. Wajahnya tersenyum manis meskipun terlihat sedikit pucat.</span></span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />“Foto ini diambil saat aku, istriku, dan anakku berlibur ke Beijing.” Suara itu mengejutkanku. Ternyata ajjushi itu sudah kembali dan membawa dua gelas minuman. Aku mengikutinya, membantunya meletakkan gelas-gelas itu di atas meja dan kembali duduk. “Itu adalah liburan terakhirku bersama istriku. Lalu foto itu adalah anakku satu-satunya, diambil satu tahun sebelum kematiannya. Kedua anggota keluargaku sudah tiada. Istriku meninggal karena kanker lima belas tahun yang lalu. Dua belas tahun setelahnya, tiga tahun yang lalu, anakku juga meninggal karena penyakit yang sama.” Nadanya terdengar sedih. “Tanpa terasa, sudah dua tahun aku tinggal sendirian.” Ia menghela nafas.<br /><br />“Oh iya, kenapa kau tiba-tiba datang kesini? Apakah kau mau menerima tawaranku?”<br /><br />Aku mengambil notes lalu menulis, “Maaf kalau aku datang mendadak. Aku sudah memikirkannya dan aku memutuskan untuk mencobanya. Aku ingin bisa bicara lagi.” Aku menulis seperti itu meskipun hatiku terasa sakit. Hanya dengan cara ini aku bisa melupakan Junsu-oppa.<br /><br />“Benarkah? Hmm.. apa kau sudah memaafkan aku?”<br /><br />Aku menulis, “Untuk apa?”<br /><br />Ia terdiam sebentar, lalu berkata, “Ah, bukan apa-apa. Sebelumnya, apa kau benar-benar yakin untuk melakukannya? Maksudku, apa kau tidak apa-apa meninggalkan pria itu? Xiah Junsu?”<br /><br />Hatiku kembali terasa sakit ketika mendengar nama itu. Aku tidak ingin meninggalkannya. Karena... Ah, demi kebaikan Junsu-oppa, tidak apa-apa seperti ini. Semoga aku bisa melupakannya. Begitupula dengannya, semoga ia bisa melupakan aku. Aku menulis “Tidak apa-apa. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini.”<br /><br />“Baiklah. Dua minggu lagi kita berangkat ke London. Sebenarnya perusahaanku ada disana. Aku kembali ke Korea untuk berlibur selama satu bulan, sekaligus mengenang almarhum istri dan putriku. Sampai hari keberangkatan, apa kau mau tinggal disini?”<br /><br />Aku mengangguk. Di dalam pikiranku yang berkecamuk, aku terus meyakinkan diriku bahwa inilah jalan terbaik bagiku dan Junsu-oppa. Ya, inilah yang terbaik...<br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-13th Chapter-</span></span></b></div><br /><br /><span>Selama tinggal di rumah Jun Seuk-sshi, aku memasakkan makanan untuknya sambil sesekali membantu pengurus rumah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> datang dua hari sekali membersihkan rumah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> luas itu. Lama-kelamaan, aku semakin akrab dengan Jun Seuk-sshi. Ia sangat baik dan bijak. Aku sampai menganggapnya seperti appaku sendiri. Aku tidak menonton TV agar tidak mengingatkanku pada Junsu-oppa bila ada berita mengenai dirinya.</span><br /><br />Tanpa terasa, dua minggu berlalu dengan cepat. Aku sudah mengepak pakaianku ke dalam tas, tidak lupa memasukkan notesku ke dalam saku. Kami berdua –Jun Seuk-sshi dan aku- diantar sebuah mobil dengan supirnya ke bandara. Sesampainya di bandara, kami menunggu di ruang tunggu kelas bisnis.<br /><br />Aku duduk di ruangan itu dengan canggung karena aku belum pernah masuk kesini sebelumnya. Aku juga berusaha menenangkan diri, berusaha menghapus kenangan buruk saat aku terakhir kali menginjakkan kaki di bandara ini.<br /><br /><span>Tiba-tiba terdengar keributan dari arah pintu masuk. Aku menoleh dan melihat Junsu-oppa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> bergumul dengan dua orang satpam bandara, mencoba menerobos masuk. Aku melihat ke arah pintu dengan gelisah. Aku ingin menemui Junsu-oppa, tapi...</span><br /><br />“Pergilah. Temui dia. Paling tidak, ucapkan salam perpisahan.” kata Jun Seuk-sshi sambil tersenyum hangat.<br /><br />Aku pun beranjak menuju pintu masuk dimana Junsu-oppa berada. Saat aku berada dalam jangkauan tangan Junsu-oppa, ia menarik lenganku lalu memelukku.<br /><br /><span>“Dae Ahn...” Ia melepaskanku dari pelukannya, lalu menatapku lekat-lekat. “Kenapa kau tiba-tiba pergi? Kau tahu aku sangat mencemaskanmu. Aku...” Kalimatnya terputus karena sekarang bibirku sudah melekat di bibirnya. Aku menciumnya sekilas. Tanpa menghiraukan wajah Junsu-oppa terlihat terkejut, aku mengambil sebuah surat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kuselipkan di notesku. Aku sudah menyiapkannya sebelumnya. Rencananya aku akan mengirimkan surat ini dari London, tapi karena Junsu-oppa sudah ada disini jadi aku menyerahkannya sekarang. Setelah ia menerima suratku, aku kembali memeluknya lalu aku kembali masuk ke ruang tunggu. Jun Seuk-sshi sudah berdiri di dekat pintu keberangkatan, menungguku. Aku berjalan menghampirinya, keluar dari ruangan tanpa menghiraukan suara Junsu-oppa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> berteriak memanggilku. Selamat tinggal, Junsu-oppa...</span><br /><br /><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /><div align="center"><b><span style="line-height: 1.3em;font-size:130%;" ><span style="color:steelblue;">-14th Chapter-</span></span></b></div><br /><br />(Author POV)<br /><br /><b>Seoul, Januari 2008</b><br /><br />Seorang pria sedang membereskan pakaiannya untuk dimasukkan ke dalam koper. Tiba-tiba ia melihat sebuah surat yang agak lusuh terjatuh dari dalam lemarinya. Ia meraih surat itu, lalu duduk di tepi ranjang dan membaca tulisan dengan tinta yang sudah agak luntur:<br /><br /><i>Dear Junsu-oppa,<br /><br />Oppa, aku minta maaf mengenai kepergianku yang mendadak ini. Aku tidak ingin merepotkan oppa lagi. Oppa sudah mempunyai cukup banyak masalah, jangan sampai aku malah membuatnya lebih banyak. Jangan menghawatirkanku. Aku memutuskan untuk mengobati pita suaraku dengan bantuan dari Jun Seuk-sshi. Kuharap, bila takdir mengizinkan kita bertemu lagi, oppa bisa mendengar suaraku. Tenang saja, meskipun aku sudah bisa bicara, aku tidak akan membocorkan identitas oppa pada orang lain saat oppa sedang menyamar^^.<br /><br />Terima kasih sudah mau menjadi temanku. Oppa adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Cheongmal saranghae...<br /><br />Seo Dae Ahn</i><br /><br />Ia melipat surat itu, lalu memasukkannya ke dalam kantong kecil di dalam kopernya. Setelah kopernya penuh, ia menggotongnya keluar kamar dan bergabung dengan keempat temannya yang sudah menunggunya di ruang tengah.<br /><br /><br />------------<br /><br /><br /><b>London, di waktu yang sama</b><br /><br />Seorang perempuan berambut hitam panjang berjalan dengan santai sambil memegang sebuah tas tangan di jalanan yang sepi karena sekarang masih pagi. Langkahnya terhenti di depan etalase toko elektronik karena tertarik pada berita yang ditayangkan di deretan televisi yang dipajang disana.<br /><br />“Grup penyanyi terkenal, Dong Bang Shin Ki, hari ini pukul 08.00 PM waktu Seoul atau pukul 11.00 AM waktu London akan bertolak dari Bandara Gimpo, Seoul Korea Selatan menuju Bangkok, Thailand menyusul grup penyanyi SM Entertainment lainnya untuk mengikuti konser SM Town yang akan diadakan satu minggu mendatang. Dong Bang Shin Ki, grup penyanyi dari SM Entertainment ini memiliki jadwal yang sangat padat. Selama satu tahun belakangan, mereka mengembangkan karir di negeri sakura, Jepang. Setelah konser SM Town selesai, mereka akan kembali ke Jepang untuk mempersiapkan perilisan album Jepang ketiga mereka.”<br /><br />“Junsu-oppa...” perempuan itu bergumam. Ia sibuk memperhatikan setiap video yang ditayangkan acara itu, tanpa menyadari kehadiran seorang laki-laki di sebelahnya. Laki-laki itu menyambar tas tangannya.<br /><br />“Pencuri! Kembalikan tasku! Notesku, foto keluargaku, semuanya ada disana!” teriaknya sambil mempertahankan genggamannya pada tas itu. Laki-laki pencuri itu tetap menarik tas itu, mencoba melepaskan tangan si perempuan. Akhirnya pencuri itu menang. Ia berlari membawa tas hasil curian itu menuju tangga subway. Perempuan itu berusaha mengejar, namun saat ia menuruni tangga ia salah melangkah hingga ia jatuh terguling sampai ujung bawah tangga, kepalanya terbentur siku dinding yang tajam dengan keras.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br /><b>Bangkok, Thailand, SM Town Live Concert.</b><br /><br />“Apa kabar semuanya??” suara Yunho berkumandang sampai terdengar jelas di seluruh penjuru tempat yang dipenuhi lautan manusia. Jawaban “Baik...” terdengar samar-samar dari teriakan riuh para penonton.<br /><br />“Hmm.. seperti yang telah diketahui, kami, Dong Bang Shin Ki akan segera merilis album Jepang ketiga dalam waktu dekat.” jelas Jaejoong, yang langsung disambut teriakan histeris dari penonton.<br /><br />“Ya. Album ketiga ini berisi cukup banyak lagu baru, salah satunya berjudul ‘Keyword’ yang ditulis sendiri oleh Junsu.” lanjut Yunho sambil menunjuk ke arah Junsu. Junsu tersenyum malu, lalu ia membungkuk singkat.<br /><br />“Dan sebagai persembahan spesial, Xiah Junsu akan menyanyikan ‘Keyword’ untuk kalian semua!” sahut Yoochun.<br /><br />Yoochun, Jaejoong, Changmin dan Yunho menepuk bahu Junsu bergantian, lalu berjalan ke balik panggung, meninggalkan Junsu sendirian di atas panggung.<!--INFOLINKS_STOP--><br /><br /><br />------------<br /><br /><br /><b>London, Inggris</b><br /><br />Seorang pria berumur kira-kira lima puluhan duduk di sebuah kursi di samping ranjang di dalam salah satu kamar rawat London International Hospital. Ia menatap sesosok perempuan yang berbaring di hadapannya dengan sedih. Kepala perempuan itu dibalut perban tebal dan ia belum sadar selama satu minggu karena benturan keras di kepalanya.<br /><br />Kedua tangan pria itu menggenggam tangan kanan perempuan itu, terlihat bekas sayatan di pergelangan tangan itu. Tiba-tiba jari tangan perempuan itu bergetar, bergerak sedikit. Rupanya ia sudah sadar. Ia membuka matanya perlahan.<br /><br />“Kau sudah sadar? Bagaimana perasaanmu?” tanya pria itu dengan khawatir.<br /><br />“Dimana..ini? Siapa Anda? Siapa... aku?”<br /><br />Pria itu tertegun. “Tunggu sebentar. Aku akan memanggil dokter.” Ia segera berlari keluar kamar meninggalkan perempuan itu yang sedang melihat situasi di sekitarnya dengan bingung.<br /><br /><br />------------<br /><br /><br /><b>Bangkok, Thailand</b><br /><br />“Ehm.” Suara Junsu ini langsung disambut oleh teriakan penonton. “Lagu ini kutulis berdasarkan pengalaman pribadiku dan kupersembahkan untuk seseorang. U know who you are...” sahut Junsu malu-malu, lalu ia mulai bernyanyi...<br /><br />Higashi no sora ni kaze ga fuite yasashii asa wo mitsumeta<br /> In the eastern sky, the wind blows as I gaze at the gently dawning morning<br /><br />Hikari no nami wa kumo wo oyogi ashita wa kyou ni natteku<br /> Waves of light swim through the clouds, 'tomorrow' will become 'today'<br /><br />Toki ga nagarete yume ga sugite mo<br /> Even though time passes and dreams fade,<br />Bokura wa tashika ni onaji kimochi de koko ni ita<br /> I'm sure we'll always be here, with the same feelings in our hearts<br /><br />Zutto kono mama<br /> Forever like this,<br />Anata no soba ni iru kara<br /> I'll be by your side<br />Kitto shinjita omoi wa<br /> Because the feeling that I most believe in<br />Koko ni aru kara<br /> Is right here, with you<br /><br />Furimuku kokoro aruku senaka maiochiru kisetsu no iro<br /> I remember... your back as you walk, the colors of the spiraling seasons<br />Kasaneta inori setsunai uso atsumete koboreta namida<br /> Our shared wishes, the painful lies... all of it spills out in tears<br /><br />Itsuka bokura ga yakusoku mo naku<br /> Someday, if we happen to meet somewhere<br />Dokoka de aetara onaji kotoba wo tsutaetai<br /> I want to tell you the same words:<br /><br />Ai wo arigatou<br /> Thank you for your love<br />Itsudemo egao ga suki sa<br /> I always love your smile<br />Wakare ja nai sayonara<br /> This 'goodbye' isn't a farewell<br />Koko ni iru kara<br /> Because I'll be by your side<br /><br />Zutto kono mama<br /> Forever like this,<br />Anata no soba ni iru kara<br /> I'll be by your side<br />Kitto shinjita omoi wa<br /> Because the feeling that I most believe in<br />Koko ni aru kara<br /> Is right here, with you<br /><br />Ai wo arigatou<br /> Thank you for your love<br />Itsudemo egao ga suki sa<br /> I always love your smile<br />Wakare ja nai sayonara<br /> This 'goodbye' isn't a farewell<br />Koko ni iru kara<br /> Because I'll be by your side<br /><br />Koko ni iru kara...<br /> Because we're here, together...<br /><br />Tepuk tangan dan sorakan meriah terdengar membahana di ruangan besar itu. Junsu tersenyum, wajahnya bersemu merah. “Aku akan mewujudkan akhir dari lagu ini!” teriaknya bersemangat sambil mengacungkan surat yang dibawanya dari Seoul.<br /><br /><br /><br /><i>“Yah...Terkadang hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita.”</i><br /><br /><br /><div align="center"><span style="line-height: 1.3em;font-size:100%;" ><span style="color:teal;">__<b>FIN</b>__</span></span></div><br /><div align="center">*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*</div><br /></div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-74699136587501830662009-03-31T00:00:00.000+07:002009-04-03T21:14:41.035+07:00[Special Bday Fanfic] Memories of Fate<i><span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: italic;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Flashback</span></span><br /><br /><span>“Aku benci kau, <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: italic;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Jung</span><span><span> Yunho! Tega-teganya kau berbuat seperti ini padaku!” <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> sudah tak </span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: italic;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >bisa</span><span><span> lagi mengontrol emosiku saat ini. Entah sudah sekeras apa suara teriakanku tadi. Namun <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span><span> tak peduli. <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: italic;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Di</span> tengah hutan seperti ini, siapa </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> peduli <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> suaraku?</span></span></span><br /><br /><span><span>“T-tung-tunggu, chagiya!” Tangan hangat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> biasanya </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> selalu menghangatkan hatiku selama ini menahan kepergianku.</span><br /><br />“Jangan-pernah-memanggilku-seperti-itu-lagi! Kita PUTUS!” Kuhentakkan tanganku agar pegangannya terlepas, lalu bergegas beranjak dari tempat itu. Namun tangan itu kembali menarikku, menarikku dengan sangat kuat sampai badanku ikut terhentak ke arahnya dan…<br /><br /><span>End of <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Flashback</span></span></i><br /><br /><br />----<br /><br /><br /><span>Tanpa sadar kusentuhkan tanganku ke bibirku. Bibir ini masih mengenang perasaan itu. Perasaan <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >yang</span> sebenarnya sangat kurindukan, namun setiap kali mengingatnya hatiku terasa perih dan luka itu kembali terasa.</span><br /><br /><span>“Ya! Yeonrin-onnie! Halo??” Suara itu menyadarkan lamunanku. Mataku beralih dari rak majalah itu ke sepasang mata <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menatapku dengan heran.</span><br /><br /><span>“Ah, kenapa?” Kuubah ekspresi wajahku agar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> tidak menyadari <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> sebenarnya.</span></span><br /><br /><span><span>“Seharusnya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> bertanya seperti itu!” </span></span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Aerin</span><span> menatapku jengkel, lalu pandangan matanya beralih ke arah lamunanku. “Ah, kau masih mengingatnya? Kau ini bagaimana, sih? Kau sendiri <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> memutuskannya, tapi kau masih saja seperti ini setiap melihatnya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> manapun.”</span></span></span><br /><br />“Sssh… Jangan keras-keras! Apa kau ingin membuat seluruh pengunjung toko ini memperhatikan kita berdua?”<br /><br />“Ehm. Oke,” Ia mengecilkan voulume suaranya. “Tapi, ucapanku benar kan?”<br /><br /><span>“Uhm.., tidak. Lupakan hal itu. Kau sudah berjanji tidak <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> mengungkit-ungkitnya lagi.”</span><br /><br />“Baiklah…” sahutnya acuh selagi tangannya menelusuri deretan buku, mencari sesuatu.<br /><br /><span>“Sudah kau temukan apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> kau cari?”</span><br /><br /><span><span><span>“Hmm… kurasa jariku sudah merasakan sesuatu… sepertinya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> kucari sudah sangat dekat…” Kini matanya ikut menelusuri susunan buku <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> rak itu seiring dengan gerakan jarinya. “Aha! Ini dia! Akhirnya kutemukan juga!” Ia menarik salah satu buku </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> terhimpit apik <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> raknya. “Tunggu sebentar… Biar kupastikan isinya…” Ia membalik buku itu, membaca review </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> tertulis <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> bagian belakangnya karena buku itu disegel plastik. “Ah, benar </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> ini. Akhirnya </span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >aku</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span><span> belajar <span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >Windows 7</span> sekarang…”</span></span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> hanya memperhatikannya sedari tadi. Sesekali mataku kembali melirik majalah itu, namun kesempatanku hanya sedikit karena takut insting tajam adikku ini mengetahuinya, lalu pasti ia </span><span style="border-bottom: 1px solid rgb(0, 51, 0); text-decoration: underline; color: rgb(0, 51, 0); font-weight: 400; font-style: normal;font-family:verdana,sans-serif;font-size:13;" class="IL_LINK_STYLE" >akan</span> menyinggung masalah itu lagi.</span><br /><br /><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span> segera beranjak ke kasir, namun saat ia melihat isi dompetnya, ia menatapku penuh makna.</span><br /><br /><span>“Onnie, pinjami <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> sedikit uang…” Nada bicaranya sungguh terdengar memelas. Ia sangat tahu kalau <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> paling lemah dengan ekspresi seperti ini.</span><br /><br /><span>“Ya ya ya… Ini kupinjamkan. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> heran. Gajimu habis untuk apa saja, sih? Padahal baru tanggal belasan sekarang…”</span><br /><br /><span>“Ah, onnie seperti tidak mengenalku saja. Ya kupakai untuk membeli <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Windows 7</span> license-ku dong…” sahutnya sambil membayar. “Memang lumayan mahal sih, tapi pasti asyik!”</span><br /><br /><span><span>“Aerin…Aerin. Apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> otakmu itu hanya ada program saja? Lebih baik kau lebih giat bekerja agar kau </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span><span> dapat promosi. Kan nanti gajimu juga <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> naik.”</span></span><br /><br /><span>“Aah.. susah, onnie. IT consultant kan pekerjaannya itu-itu saja. Bagaimana <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> dapat promosi?”</span><br /><br />“Arasseo… Kalau begitu, kau harus berhemat sekarang. Kita kan sudah berkomitmen tidak mau menerima uang kiriman dari appa.”<br /><br />“Ye, onnieku tersayang. Eh iya, apa kau sudah dapat orderan baru?”<br /><br /><span>“Be…” suaraku terhenti karena ponselku bergetar. “Yobboseyo? Ye, Park Souvenir disini. 50 lusin souvenir paket C? <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Bisa</span> minta alamat Anda?” Kuambil notesku dari dalam tas, lalu mencatat alamatnya. “Diantar 3 hari lagi? Arasseo. Terima kasih atas pesanan Anda. Annyeong.”</span><br /><br />“Orderan, onnie?”<br /><br /><span><span>“Yup! 50 lusin… jumlah <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> cukup banyak. Dan harus diselesaikan dalam 3 hari. Huff, sepertinya </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> harus meminta bantuan Dae Ahn untuk mengerjakannya.”</span><br /><br /><span>“Aku juga mau bantu! Tenang saja, dengan bantuanku pasti <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> lebih cepat sele…” ucapannya terhenti. Ia mengambil ponselnya, membaca sesuatu. “Ah, lagi-lagi seperti ini. Geez…”</span><br /><br />“Ada apa?”<br /><br /><span><span>“Mian, onnie. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> tidak </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span><span> membantu. Tiba-tiba ada serangan virus entah darimana. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> harus segera ke kantor untuk mengatasinya. Dan… kau tahu kan, kalau ada kejadian seperti ini, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> harus lembur berhari-hari.” Nada bicaranya terdengar sangat menyesal.</span></span><br /><br />“Sudahlah, bantuan Dae Ahn sudah cukup kok. Sekarang kau segeralah pergi. Nanti kau dimarahi atasanmu.”<br /><br />“Tapi, tiga hari lagi…”<br /><br /><span>“Ada apa tiga hari lagi?” <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> ingat, tiga hari lagi, tanggal 31 Maret adalah hari ulang tahunku. Apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> direncanakan saudaraku ini?</span></span><br /><br /><span><span>“Aniyo. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> pergi dulu. Nanti kalau sempat <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> pulang ke rumah –paling tidak untuk mengambil pakaian. Hwaiting!” sahutnya sambil berjalan mundur sejenak sambil melambaikan tangannya.</span><br /><br />“Hwaiting!” balasku.<br /><br /><span><span>Kini sosok adikku satu-satunya itu sudah tidak terlihat lagi. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span><span> membalikkan badan dan mulai berjalan ke arah berlawanan. Sesaat langkahku tercekat, mataku kembali memandang sosok familiar <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> poster </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> dipajang <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> etalase toko. Hatiku kembali terasa perih dan membuatku tersadar. Kulanjutkan kembali langkahku dengan cepat. </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> harus segera menghubungi Dae Ahn, mengambil bahan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> toko langganan, lalu segera membuat pesanan. </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> tidak berharap banyak pada hari ulang tahunku nanti. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Yang</span> kuharap hanyalah kepulangan </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> tepat waktu agar paling tidak kami <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">bisa</span> merayakannya bersama-sama.</span></span><br /><br /><br />----<br /><br /><br /><span>3 hari kemudian, pagi-pagi buta <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> pulang ke rumah dengan membawa setumpuk baju kotor, baju ganti <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> diambilnya tempo hari untuk lembur <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> kantor.</span></span></span><br /><br /><span>“Onnie… mianhe <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span><span> merepotkanmu. Tapi…aku…sangat…capek…” Ia langsung masuk ke kamarnya setelah meninggalkan barang-barang bawaannya <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> ruang keluarga.</span></span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> beranjak meninggalkan kesibukanku sejenak untuk membereskan barang-barang <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> dibawa </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span>. Hal seperti ini sudah biasa terjadi setiap kali <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> pulang lembur. Setelah memasukkan semua cucian ke dalam mesin cuci, <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> kembali ke kesibukanku. Sekarang masih pagi, masih ada waktu sedikit untuk menyelesaikan pekerjaanku. Selama dua hari kemarin, Dae Ahn telah mambantuku membuat souvenir ini. Hari ini <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> tidak memintanya datang karena semuanya sudah hampir selesai, tinggal pembungkusan masing-masing souvenir.</span></span><br /><br /><span>Alamat pemesan ternyata cukup jauh dari perkiraanku. Hari telah mulai gelap ketika <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> pulang ke rumah.</span><br /><br />“Yeonrin-onnie! Ayo cepat bersiap!”<br /><br />“Eh? Memangnya ada apa?”<br /><br /><span><span>“Sudahlah, tidak usah banyak tanya. Cepat mandi! <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> membawamu ke suatu tempat.” jawabnya sambil menarikku ke kamar mandi.</span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> menuruti apa <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span><span> ia suruh. Kini kami berdua telah sampai <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">di</span> depan sebuah hotel berbintang lima, masing-masing telah mengenakan gaun –aku masih merasa tidak percaya diri dengan gaun </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> dipilihkan </span></span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> ini-, dengan riasan <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> menurut </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span> membuat semua mata lelaki memandang takjub pada kecantikan kami.</span></span><br /><br /><span>“Aerin, disini?” tanyaku, jelas-jelas sangat bingung <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">akan</span><span><span> situasi <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> tiba-tiba ini. Hotel ini terlihat sangat berkelas. </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span><span> memperhatikan hanya kami berdua <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> datang dengan taksi. Tamu lainnya datang dengan mobil-mobil mahal.</span></span></span><br /><br /><span><span>“Sudahlah. Ikuti saja <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span>.” sahut </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span> sambil memimpin jalan ke depan. Mau tidak mau <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">aku</span> harus mengikutinya.</span></span><br /><br /><span><span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aku</span> mengikuti </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Aerin</span><span><span> sampai ke ballroom. <span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">Di</span> dalam sana, sudah hadir puluhan tamu </span><span class="IL_SPAN"><input name="IL_MARKER" type="hidden">yang</span> terasa sangat asing bagiku.</span></span><!--INFOLINKS_STOP--><br /><br />“Ayo!” Aerin menarik tanganku. Kami berjalan mengitari ruangan luas ini, melewati celah-celah di antara puluhan tamu disana. Sepertinya Aerin sedang mencari seseorang. Langkah Aerin yang lincah membuatnya berhasil berjalan dengan lancar di tengah lautan manusia itu. Namun sayangnya langkahku tidak bisa mengimbanginya sehingga pegangan tangan kami terlepas dan akhirnya kami terpisah.<br /><br />Kini aku berdiri sendirian. Di tengah orang-orang yang sama sekali tidak kukenal. Tapi aku tidak merasa cemas. Aku yakin insting Aerin akan membuatnya menemukanku, seperti biasanya. Merasa sedikit kikuk akan situasiku sekarang ini, kuputuskan untuk mengambil Champagne. Lima menit… sepuluh menit berlalu, dan entah sekarang sudah beberapa menit berlalu dan Aerin belum muncul juga.<br /><br />Seketika perasaanku menjadi was-was. Ruangan ini semakin penuh oleh tamu yang datang. Mungkin jumlahnya sudah ratusan. Hal yang kukhawatirkan, Aerin tidak berhasil menemukanku. Terlalu sulit baginya menemukanku di antara orang-orang sebanyak ini.<br /><br />Lambat laun aku mulai panik. Pandanganku berkeliling, berusaha mencari sosok adikku itu. Namun bukannya menemukan yang kucari, seseorang malah menabrakku dari belakang hingga aku jatuh terjembab.<br /><br />“YA! Apa kau tidak lihat banyak orang disini, dan kau berjalan seenaknya hingga…” omelanku terhenti saat melihat orang yang menabrakku.<br /><br />“Chagiya?” Lelaki itu membuka suaranya.<br /><br />Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengannya? Apa ini yang direncanakan Aerin?<br /><br />“Mianhe… Kau tidak apa-apa? Bisa berdiri?”<br /><br />“Aniyo. Aku tidak apa-apa.” Aku mencoba berdiri, namun saat menapakkan kaki kananku, terasa rasa nyeri yang sangat hebat di pergelangan kakiku hingga badanku sempoyongan.<br /><br />Dengan sigap Yunho menahan badanku. “Sepertinya kakimu terkilir.”<br /><br />“Onnie, kau disini rupanya.” Terdengar suara lain. Suara Aerin. “Yunho-sshi?”<br /><br /><br />----<br /><br /><br />Kini aku berada di sebuah balkon di luar ballroom. Aku duduk di kursi. Yunho berlutut di depanku, meraih kakiku yang terkilir dengan lembut.<br /><br />“Aku akan meluruskannya. Mungkin akan sedikit sakit. Tahan ya.” Suara Yunho menenangkanku selagi ia mencoba memutar pergelangan kakiku.<br /><br />“Aww…” rintihku tertahan. Saking sakitnya, mataku mulai berair.<br /><br />“Mianhe…” ucap Yunho sambil meletakkan kakiku ke posisi semula. Tangannya menghapus air mataku yang sudah mulai mengalir.<br /><br />“Ini es batunya.” Aerin datang sambil membawa sebuah kantong kompres yang telah diisi es batu. Ia berikan kantong itu pada Yunho, lalu Yunho pelan-pelan menempelkannya ke kakiku yang terkilir.<br /><br />Aerin berjalan mundur menjauh, memperhatikan kami. Tiba-tiba ia mendekat, lalu berbisik di telingaku dengan sangat halus hingga tidak mungkin orang lain selain aku mendengarnya, “Saengil chukae.” Tanpa menghiraukan tatapan bingungku ia kembali melangkah menjauh.<br /><br />“Yunho-yah, kau disini rupanya.” Terdengar suara lain. Sosok yang selalu kulihat di poster bersama Yunho berdiri di pintu balkon sambil berkacak pinggang sementara salah satu tangannya memegang sebuah buku. Ia juga memperhatikan kami.<br /><br />“Jaejoong-sshi… annyeong.” sapa Aerin. Aneh sekali. Sepertinya ia sudah kenal dengan pria itu.<br /><br />“Ah, Aerin-sshi? Lama tak berjumpa. Apa kabar?”<br /><br />“Baik, sangat baik. Eh, kau juga sedang belajar Windows 7?” sahut Aerin yang telah berdiri di depan Jaejoong, sesekali matanya melirik buku yang dipegang oleh Jaejoong. Buku yang sama dengan yang dibelinya tempo hari.<br /><br />“Iya. Kau juga sedang mempelajarinya?” jawab Jaejoong antusias.<br /><br />“Baru beberapa hari sih. Tapi ada beberapa bagian yang tidak kumengerti.”<br /><br />“Ada yang tidak kau mengerti? Sepertinya aku bisa mengajarimu.”<br /><br />“Oh, baiklah. Ayo bicarakan di tempat lain.” Aerin mengajak Jaejoong pergi dari tempat itu. Sebelum sosoknya menghilang di balik pintu balkon, aku bisa melihatnya berkedip jahil padaku.<br /><br /><br />----<br /><br /><br />Kini tinggal aku dan Yunho di balkon itu. Ini lantai tiga dan angin berhembus cukup kencang. Aku merasa sedikit kedinginan karena gaun yang kukenakan ini cukup terbuka.<br />Lalu kurasakan bahuku seketika menjadi hangat. Kini di pundakku tergantung jas. Yunho memberikan jasnya untuk menghangatkanku.<br /><br />Kesunyian kembali datang. Segala yang telah terjadi membuat mulutku bingung untuk mengucapkan kata yang tepat.<br /><br />“Kau…” Kami sama-sama berbicara.<br /><br />“Ah, kau bicara duluan saja.” Yunho mengalah.<br /><br />“Hmm…” aku terdiam sejenak. “Bagaimana kabarmu?”<br /><br />“Seperti yang kau lihat. Baik. Bagaimana denganmu?”<br /><br />“Baik.”<br /><br />“Arasseo. Ngomong-ngomong, gadis tadi temanmu?”<br /><br />“Ia adikku.”<br /><br />Yunho terdiam. Ia terlihat terkejut akan jawabanku. ”Setahuku kau tidak punya saudara.”<br /><br />“Kami terpisah sejak kecil karena orang tua kami bercerai,” Aku menghela nafas. “Aku dirawat oleh eomma, sedangkan Aerin dirawat appa.”<br /><br />“Begitukah?” Ia mengangguk paham. “Lalu, bagaimana kabar Ahjumma?”<br /><br />“Eomma sudah meninggal.”<br /><br />Yunho kembali terdiam sesaat. “Aku turut berduka cita.” Wajahnya terlihat sendu. Aku tahu, dulu Yunho cukup akrab dengan Eomma. “Kini kau tinggal dengan Ajjushi?”<br /><br />“Tidak. Appa masih di Amerika. Setelah lulus kuliah, aku dan Aerin kembali ke Korea.”<br /><br />Tiba-tiba Yunho mengangguk paham. “Apa itu alasan kau tiba-tiba menghilang setelah kita putus?”<br /><br />Aku mengangguk pelan. “Eomma sudah tidak ada, jadi aku harus ke Amerika ke tempat appa. Dan karena itu pula…”<br /><br />“Kau memutuskanku.”<br /><br />Aku tidak menjawab. Kepalaku menunduk untuk menyembunyikan wajahku yang sudah mulai dipenuhi air mata.<br /><br />Seakan-akan menjadi jawaban atas keheninganku, lagu dansa waltz mulai terdengar sayu dari dalam ballroom.<br /><br />“Maukah kau berdansa denganku?” tanya Yunho sambil menawarkan tangannya.<br /><br />Aku tidak menjawab. Aku mencoba menghapus air mataku, lalu menatap matanya.<br /><br />“Tidak bisa dansa karena kakimu sakit? Tenang saja. Aku akan tetap membuatmu berdansa.”<br /><br />Belum sempat aku menjawab, Yunho sudah menarik tanganku, membantuku berdiri. Aku mencoba berdiri tegak dengan satu kaki sambil menahan rasa sakit yang masih terasa.<br /><br />Di luar dugaan, kedua tangan Yunho melingkar di pinggangku. Ia mendekap pinggangku, mengangkatku sedikit ke udara sampai kedua kakiku –tanpa high heels celaka itu- tidak menyentuh lantai. Ia bergerak ke kiri dan kanan mengikuti irama lagu sambil membawaku bersamanya. Sungguh membahagiakan. Dengan susah payah aku berusaha mengatur jantungku agar Yunho tidak menyadari debaran ini.<br /><br />“Kau ini pintar akting juga ya… Sampai pura-pura marah sebelum memutuskanku.” Yunho tersenyum jahil.<br /><br />“Aku juga terkejut melihatmu sekarang. Seorang U-Know, leader TVXQ, grup penyanyi paling terkenal di Korea saat ini. Akhirnya kau berhasil mewujudkan impianmu…”<br /><br />Wajahnya memerah karena malu, begitu pula denganku.<br /><br />Sebelum lagu selesai, Yunho menurunkanku perlahan. “Chagiya, saengil chukaeyo…” Sambil tetap menyangga badanku agar tidak jatuh, ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan kami pun berciuman… Ciuman yang sama sekali berbeda dengan ciuman pertama kami bertahun-tahun silam.<br /><br />Ia melepaskan bibirnya sesaat. “Bisakah kita mulai lagi dari awal?”<br /><br />“Ne, yobo-yah…” jawabku mantap, lalu kembali menciumnya.<br /><br />Suara tawa Aerin yang semakin jelas menghentikan tindakanku dan Yunho. Aerin keluar ke balkon bersama dengan Jaejoong.<br /><br />“Oops, sepertinya kita mengganggu suasana.” Aerin berkata sambil melirik Jaejoong ketika melihatku dan Yunho seperti ini –tangan Yunho masih merangkul pinggangku dan jarak wajah kami masih sekitar 15 senti-. Senyum jahil tertoreh di wajah mereka berdua.<br /><br />“Aerin, kau berhutang penjelasan padaku.” sahutku pura-pura galak.<br /><br />“Hanya penjelasan? Oke bos!” jawab Aerin sambil pura-pura menghormat padaku.<br /><br />“Tentu saja… hutang uang buku juga.”<br /><br />Seketika wajah Aerin langsung merengut sedangkan aku, Yunho dan Jaejoong tertawa bersama.<br /><br />Ah, sungguh hari ulang tahun yang membahagiakan.<br /><br /><br /><div align="center"><span style="line-height: 1.3em;font-size:100%;" ><span style="color:brown;"><b>~Fin~</b></span></span></div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-32531483888718771552009-02-18T00:00:00.000+07:002009-02-25T15:49:35.583+07:00[Special 4 Changmin's Bday] Baby Min's crying...“Cut! Oke, Changmin-sshi, kau boleh pulang sekarang.” Sutradara menghentikan syuting malam ini.<br /><br />“Kamsahamnida…” sahutku sambil menundukkan kepala ke semua staff.<br /><br />Akhirnya aku bisa pulang. Uh, capek sekali badanku. Kenapa hanya aku sendirian yang diberi jadwal syuting iklan sampai tengah malam begini? Sementara hyung-hyungku bisa pulang lebih awal? Huff~ Setelah selesai membereskan barang-barangku dan berpamitan dengan semua orang, aku bergegas menuju tempat parkir, menghampiri sepeda motor kesayanganku, lalu memakai helm dan pulang ke apartemen.<br /><br />Sesampainya di apartemen, aku membuka pintunya perlahan. Keadaan di dalam gelap dan terlihat sepi. Sepertinya hyung-hyungku sudah tidur. Namun saat aku berjalan perlahan menuju kamarku, tiba-tiba terdengar suara...<br /><br />”Saengil chukahamnida... saengil chukahamnida... saranghaneun Changminnie... Saengil chukahamnida...” Suara merdu Jae-hyung menyanyikan lagu itu dengan acapella, diiringi suara Junsu-hyung, Yoochun-hyung, dan Yunho-hyung sambil membawa sebuah kue kecil berbentuk wajahku, lilin-lilin kecil bertaburan di atasnya, dengan nyala api yang menyinari ruangan itu remang-remang.<br /><br />Aku hanya tersenyum melihat mereka, lalu meniup lilin kue itu. Lampu ruangan pun dinyalakan. Tapi, wajah hyung-hyungku malah terlihat cemberut.<br /><br />”Ahh... lagi-lagi kita gagal.” Junsu-hyung menggerutu sambil duduk di sofa.<br /><br />”Minnie tidak seru ah.” lanjut Yoochun-hyung.<br /><br />Jae-hyung menaruh kue itu di atas meja lalu pergi ke dapur, Yunho-hyung mengikutinya.<br /><br />”Eeeh? Kenapa hyung begini?” tanyaku bingung. Junsu-hyung dan Yoochun-hyung tidak menjawab. Junsu-hyung malah menyalakan televisi.<br /><br />“Minnie…minnie…” desah Jae-hyung yang sudah kembali dari dapur. Ia membawa beberapa piring, garpu dan pisau. Aku hanya menatap mereka heran.<br /><br />“Lagi-lagi kami gagal membuatmu terharu.” sahut Yunho-hyung yang bergabung bersama kami sambil membawa beberapa gelas.<br /><br />“Bisakah kau menitikkan air mata melihat kejutan yang sudah kami siapkan dengan susah payah?” Yoochun hyung memarahiku.<br /><br />“Eh? Aku…”<br /><br />“Kau ini memang…hhh…” Junsu-hyung mendesah sambil menoleh padaku singkat.<br /><br />“Minnie, harusnya sesekali kau menunjukkan rasa terharumu pada kami. Sejak kita bersama-sama, kau tidak pernah sekalipun menunjukkan rasa terharumu pada kami.” Sekarang Jae-hyung ikut memarahiku.<br /><br />“Aku…”<br /><br />“Sudahlah! Kejutan ini sia-sia!” teriak Yoochun-hyung sambil masuk ke kamarnya. Junsu-hyung mengikutinya sambil menatap marah padaku.<br /><br />“Hyung…”<br /><br />“Sudahlah. Aku juga sudah capek. Aku mau tidur saja.” Jae-hyung juga masuk ke kamarnya setelah menaruh bawaannya di atas meja.<br /><br />“Joongie…” Yunho-hyung menyusulnya.<br /><br />“Apa salahku? Hhh… kenapa sikap kalian begini? Aku… ah, sudahlah. Kalau kalian memang maunya begini, terserah!” aku memaki sambil memperhatikan kue kecil di atas meja. Ah, sepertinya kue ini enak. Lagian, perutku lapar sekali. Jadi aku memakan kue itu sampai habis, lalu membereskan ruang tamu. Rasa kantukku sudah hilang karena pertengkaran tadi. Jadi aku beranjak menuju ruang kerja dimana segala peralatan audio dan notebook-ku berada. Kunyalakan notebook-ku dan mulai surfing internet. Dalam sekejap, inbox emailku dipenuhi oleh berbagai ucapan selamat dari teman-temanku. Aku membalas semuanya satu per-satu sampai mataku terasa berat dan akhirnya aku tertidur di kursi besar yang empuk itu.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">***<br /></div><br /><br />“Hoahm…” Aku menguap sambil merenggangkan badanku yang terasa sedikit pegal karena posisi tidurku tadi.<br /><br />“Jae-hyung, apa sarapan sudah siap?” tanyaku sambil berjalan menuju meja makan. Aku duduk disana dengan mata setengah tidur. Namun tidak ada jawaban sama sekali. Aneh. Aku membuka mataku, yang kulihat meja makan kosong tanpa ada makanan sedikit pun.<br /><br />“Hyung…” panggilku ke arah dapur. Lagi-lagi tidak ada jawaban. Aku berdiri, mencari hyung-hyungku. Sekarang sudah jam 8, jadi seharusnya mereka sudah bangun. Apalagi Yunho-hyung yang selalu bangun pagi. Tapi aku tidak menemukan seorang pun. Apartemen itu kosong. Aku pun mengambil ponselku untuk menghubungi mereka. namun yang kulihat adalah sms dari nomor Jae-hyung.<br /><br />Untuk: Changminnie<br />Pesan: Minnie, sekarang kami berada di Busan. Mianhe, tadi kami meninggalkanmu. Kami semua bangun terlambat dan jadwal pesawat sudah mepet. Manajer-hyung bilang, kau libur saja hari ini. Pemotretan bagianmu bisa menyusul besok. Nikmati hari liburmu, minnie! \^o^/<br />Dari: Jaejoong<br /><br />Kutepuk jidatku sendiri. Aduh, aku benar-benar lupa kalau pagi ini ada pemotretan di Busan. Tapi, aku libur hari ini? Ah.. enaknya. Akhirnya aku mendapat libur juga! Tapi, Jae-hyung tidak membuatkan sarapan untukku. Aku pun ke dapur, mencari makanan di kulkas. Tapi… KULKASNYA KOSONG! Hiks. Aku lapar sekali… Aku melihat ponselku lagi dengan lemas. Masih ada satu pesan lagi dari Jae-hyung.<br /><br />Untuk: Changminnie<br />Pesan: Mianhe sekali lagi. Aku tidak sempat membuatkan makanan untukmu. Kau cari makanan di luar saja ya Wink<br />Dari: Jaejoong<br /><br />Badanku tambah lemas. Dapat libur sih enak, tapi tanpa makanan begini… Aish, malangnya nasibku…T____T Untuk mengganjal perutku yang lapar, aku memesan delivery jjajangmyeon dari toko langganan kami. Setelah puas menyantap jajangmyeon porsi large, aku menonton televisi. Satu jam… dua jam berlalu. Argh! Aku bosan! Mungkin sebaiknya aku pergi keluar saja, jalan-jalan ke suatu tempat. Hmm… aku pergi kesana saja ya, kebetulan ada barang yang ingin kucari.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">***<br /></div><br /><br />“Ambil saja kembaliannya.” Kataku dengan suara yang dibuat-buat sambil menyerahkan uang pada supir taksi. Disinilah aku sekarang, di depan toko buku terbesar dan terlengkap di Seoul –begitu yang kudengar dari iklannya di televisi. Dengan langkah cepat aku masuk ke toko buku itu, sambil menjaga agar kacamataku tidak lepas dari tempatnya dan merapikan topiku. Aku terpaksa berpenampilan seperti ini agar jati diriku tidak diketahui. Alasan ini jugalah yang membuatku tidak bisa mengendarain sepeda motor kesayanganku yang sudah dikenali banyak orang sebagai sepeda motor Shim Changmin.<br /><br />Seperti yang dikatakan di iklan, toko buku ini sangat besar. Puluhan rak buku berjejer rapi di dalamnya. Gedungnya hanya terdiri dari satu lantai, namun dengan luas ruangan seperti ini, pasti sudah cukup menampung buku-buku dengan berbagai judul. Sekarang baru jam sebelas, toko buku ini baru saja buka. Jadi aku tidak perlu khawatir akan keramaian.<br /><br />Aku memperhatikan kertas bertuliskan jenis buku yang tertempel di pinggir rak buku sampai akhirnya menemukan rak dengan label “pengetahuan umum”. Kutelusuri deretan buku di rak itu sampai aku menemukan apa yang kucari. Ah, akhirnya kutemukan juga buku “1001 Keajaiban Dunia” yang sudah lama kucari.<br /><br />Aku sedang berjalan menuju kasir saat aku melihat seorang anak laki-laki yang tindak tanduknya sangat mencurigakan. Aku memperhatikannya dari jauh. Anak itu menoleh ke kanan dan kiri, sungguh mencurigakan. Diam-diam ia mengambil sebuah buku berukuran sedang lalu menyelipkannya ke dalam kausnya. Ia berjalan santai melewatiku yang bersembunyi di balik rak. Kutarik bajunya dengan cepat saat melihat penjaga toko datang menghampiri anak itu, sepertinya ia menyadari perbuatan anak itu.<br /><br />“Hei! Apa yang kau lakukan, ajjusshi?!” teriak anak itu sambil menggeliat agar cengkraman tanganku di kausnya terlepas. Buku yang ia sembunyikan di dalam kausnya terjatuh.<br /><br />Tangan anak itu menggapai buku yang terjatuh. “Maaf, ada apa ini?” suara penjaga toko menghentikan usahanya. Penjaga toko itu mengambil buku tersebut. “Hei nak, apa kau mau…”<br /><br />“Ah, maaf pak. Anak ini…” Aku bingung mau menjawab apa. “Anakku.” Hah? Jawaban apa ini? Tanpa kusadari aku menjawab seperti ini…<br /><br />“Lalu? Buku ini?” penjaga toko itu menanyaiku seakan-akan menginterogasiku.<br /><br />“Aku…”<br /><br />“Ah, maaf sekali lagi. Maklum, anak kecil memang nakal. Saya yang akan membayar buku itu.” Aku memotong kata-kata si anak kecil.<br /><br />“Baiklah. Maaf bila saya tidak sopan kepada Anda.”<br /><br />“Tidak apa-apa. Sekarang aku akan membayarnya.” Aku mengambil buku itu dari tangan si penjaga toko, lalu berjalan ke kasir sambil menyeret anak kecil itu.<br /><br /><br />“Ini bukumu.” kataku sambil menyerahkan salah satu buku ke anak itu. Ia mengambilnya, lalu berlari menjauhiku.<br /><br />“Hei!” Aku berteriak memanggilnya, lalu berusaha mengejarnya, namun dengan cepat ia menghilang di balik tikungan.<br /><br />Akhirnya aku tidak jadi mengejar. Teriakanku tadi cukup mengundang perhatian orang. Aku tidak mau sampai dikenali, jadi aku segera menyingkir dari daerah itu.<br /><br />Sekarang baru jam dua belas, jadi aku tidak mau pulang sekarang. Perutku sudah terasa lapar. Di sepanjang jalan yang kulalui, aku melihat restoran-restoran dengan cermat, memilih restoran yang sepi untuk kudatangi. Namun usahaku sia-sia. Pada jam makan seperti saat ini, tentu saja seluruh restoran penuh dengan pengunjung<br /><br />Dengan perutku yang sudah berteriak-teriak dengan nada tinggi seperti suaraku saat bernyanyi, akhirnya kaki ini membawaku ke sebuah taman yang cukup sepi. Ada penjual hotdog disana, jadi aku membeli satu. Aku berjalan ke salah satu bangku taman saat aku melihat sesosok anak kecil yang familiar sedang duduk di bawah pohon. Aku pun mendekatinya.<br /><br />“Hei!” panggilku.<br /><br />Anak itu terlihat terkejut dan menoleh ke arahku. Ia sedang membaca buku yang tadi kubelikan untuknya.<br /><br />“Mau apa kau ajjusshi?” tanyanya ketus sambil melanjutkan membaca.<br /><br />Hhh… masa aku yang masih muda begini dipanggil ajjusshi? Argh! Sudahlah, seorang Shim Changmin harus bersikap baik pada anak kecil!<br /><br />“Hei, siapa namamu?” Aku mencoba bertanya baik-baik.<br /><br />“Bukan urusanmu!” Lagi-lagi ia menjawabku dengan ketus sambil memutar posisi duduknya menjauhi tatapanku.<br /><br />Aku mencoba sabar terhadapnya. Baru kali ini aku bertemu dengan anak kecil kurang ajar seperti dia.<br /><br />“Apa kau lapar? Mau hotdog?” tanyaku sambil mendekatkan hotdog yang baru saja kubeli –tentu saja belum kumakan- padanya.<br /><br />Ia terlihat cuek, namun aku bisa melihatnya mencuri lihat hotdog di tanganku yang masih sedikit berasap ini.<br /><br />“Tidak mau? Ya sudah…” sahutku sambil mendekatkan hotdog itu ke mulutku untuk menggigitnya. Tapi sebelum aku sempat menggigitnya, tangan anak kecil itu menghentikanku lalu mengambil hotdog itu dari tanganku. Aku memberikannya, lalu memperhatikannya memakan hotdog itu dengan lahap. Tapi, kusadari perutku kembali berbunyi. “Tunggu sebentar, aku mau beli hotdog lagi. Aku juga lapar.”<br /><br />Aku dan anak kecil itu makan hotdog bersama-sama sambil duduk di bawah pohon, di atas rumput tipis yang tumbuh disana. Setelah kami menghabiskannya, anak itu menatapku dengan tatapan aneh, sepertinya ia ingin berkata sesuatu tapi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.<br /><br />“Siapa namamu?” aku mengulangi pertanyaanku, berharap memperoleh jawaban yang lebih manusiawi.<br /><br />“Min Jung Hyuk” sahutnya cepat. “Ajjusshi, gomawo.” Ia kembali membaca bukunya setelah mengucapkan itu padaku.<br /><br />“Aish, jangan memanggilku ajjusshi. Umurku baru 21 tahun. Eh, bukan. 22 tahun hari ini. Berapa umurmu?”<br /><br />“Dua belas.” jawabnya singkat.<br /><br />“Dua belas? Hei, baru umur segitu kau sudah berani mencuri? Dimana orangtuamu? Apa mereka tidak mengajarimu tata karma hingga kau seperti ini?”<br /><br />“Di neraka, seharusnya. Aku tinggal dengan adik perempuanku.” jawabnya tanpa melihat ke arahku.<br /><br />Aku tertegun. Anak sekecil ini sudah yatim piatu?<br /><br />“Aku mau pulang,” sahutnya sambil berdiri. “Yeonnie pasti sudah menungguku.”<br /><br />“Eh?”<br /><br />“Ajjusshi, bisakah kau memberi aku satu hotdog lagi? Yeonnie pasti lapar…”<br /><br />“Baiklah.” Aku pun membelikan satu hotdog lagi untuknya.<br /><br />“Gomawo.” Ia berjalan pergi.<br /><br />“Jung Hyuk, bisakah aku ikut ke rumahmu?” pintaku padanya. Ia tidak menjawab, tapi membiarkan aku mengikutinya.<br /><br />Langkahnya berhenti di depan sebuah… “Ini rumahku.” sahutnya sambil masuk ke dalam. Rumah? Tempelan kayu-kayu lapuk yang terlihat sangat tidak rapi ini ia sebut rumah? Aku mengikutinya masuk ke dalam. ‘Rumah’ ini berukuran sangat sempit, hanya satu kali dua meter. Langit-langitnya begitu rendah hingga aku harus menunduk saat berada masuk ke dalam. Di dalamnya hanya ada selembar selimut tipis dan seorang anak perempuan.<br /><br />“Annyeong haseyo.” sapa anak perempuan itu dengan suara imutnya. Yah, paling tidak adiknya lebih sopan daripada kakaknya.<br /><br />“Yeonnie, makanlah ini,” kata Jung Hyuk sambil memberikan hotdog pada adiknya. “Ini adikku, Min Cha Yeon.”<br /><br />“Annyeong haseyo, Cha Yeon.” jawabku sambil memperhatikan Cha Yeon melahap hotdog yang kubelikan. Ia terlihat sangat lapar.<br /><br />“Yeonnie, coba lihat apa yang kubawa untukmu!” sahut Jung Hyuk sambil menunjukkan buku yang kubelikan. “Saengil chukae, Yeonnie…”<br /><br />Aku tertegun menyaksikan sikap Jung Hyuk pada adiknya. Rupanya ia nekad mengutil buku untuk diberikan pada adiknya.<br /><br />“Cha Yeon ulang tahun hari ini? Wah, chukae kalau begitu.” ucapku pada Cha Yeon.<br /><br />“Appa dan umma membuang kami ke jalanan tiga tahun lalu,” Jung Hyuk memulai ceritanya. “Sejak saat itu, kami berusaha keras untuk tetap hidup.”<br /><br />Aku kembali tertegun, menatap kedua mata Jung Hyuk yang memancarkan api kebencian serta semangat hidup. Aku tidak menyangka masih ada anak-anak yang dibuang dan hidup terlantar seperti ini, di Seoul. SEOUL. Kukira semua orang disini hidup dengan baik, sebaik kemajuan pembangunan ibukota Korea Selatan ini.<br /><br />“Hei, ajjusshi! Kenapa kau bengong?” suara Jung Hyuk memecahkan lamunanku. “Duduklah. Ehm, sebaiknya kau melepas topimu itu.”<br /><br />Aku melepas topiku tanpa sadar, mematuhinya.<br /><br />“Changmin-oppa…” Cha Yeon memanggilku.<br /><br />“Ya?” jawabku dengan bodoh, tanpa menyadari kalau…<br /><br />“Ajjusshi adalah Changmin??” pertanyaan Jung Hyuk menyadarkanku.<br /><br />Apa? Identitasku sudah ketahuan? Aku kembali mengenakan topiku dengan kikuk. “Ah, tidak. Aku memang mirip dengan artis itu. Siapa? Changmin Dong Bang Shin Ki?” tanyaku pura-pura tidak tahu.<br /><br />“Sudahlah, ajjusshi. Yeonnie tidak mungkin salah mengenali orang. Otaknya sangat encer,” sahut Jung Hyuk sinis padaku. “Tenang saja, aku tidak tertarik dengan artis seperti kau.”<br /><br />“Err… y-ya, aku memang Changmin. Tapi kalian janji tidak akan memberitahu siapapun kalau aku ada disini?”<br /><br />“Ye…” jawab Cha Yeon yang sudah selesai menyantap hotdognya.<br /><br />“Mau apa kau keluar sendirian? Bukankah seorang artis itu sangat sibuk?” Lagi-lagi Jung Hyuk bertanya padaku dengan nada sinis.<br /><br />“Ehm… itu bukan urusanmu,” balasku padanya. “Cha Yeon, apa kau bisa membaca?” Aku mengalihkan pertanyaanku pada Cha Yeon.<br /><br />“Tentu saja belum, ajjusshi idiot. Yeonnie baru berumur enam tahun,” Malah Jung Hyuk yang menjawab pertanyaanku. “Aku yang akan mengajarinya membaca melalui buku ini.”<br /><br />Aku terdiam melihat Jung Hyuk memulai pelajaran membacanya. Seperti yang ia katakan, Cha Yeon memang pandai. Malahan terkadang Cha Yeon membaca huruf hangul dengan benar selagi Jung Hyuk salah membacanya.<br /><br />“Apa kalian tidak merindukan orangtua kalian?”<br /><br />Jung Hyuk menatap sinis padaku. Raut wajahnya seketika berubah. “Tidak.”<br /><br />“Kenapa? Bukankah lebih enak bila bersama orangtua?”<br /><br />“Tidak. Mereka itu iblis.” Nada bicaranya semakin tajam saat mengucapkan kata-kata itu.<br /><br />“Tapi…” Tiba-tiba sekelebat ide terleintas di benakku. “Tunggu sebentar, aku ingin menelepon seseorang.”<br /><br />“Lakukan saja apa yang kau mau.”<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">***<br /></div><br /><br />Matahari sudah berada di ufuk barat, langit di sekitarnya merona merah tanda sebentar lagi matahari akan terbenam. Taksiku berhenti di depan sebuah gereja kecil dengan halaman yang cukup luas, beberapa orang anak terlihat bermain di halaman itu. Setelah meminta supir taksi untuk menunggu sebentar, aku turun lalu menunggu Jung Hyuk dan Cha Yeon juga turun.<br /><br />“Changmin-sshi… kami sudah menunggu kedatangan Anda.” Seorang perempuan paruh baya dengan lipatan kain membungkus rambutnya datang menghampiriku di gerbang. Di belakangnya, beberapa anak mengikuti dengan malu-malu.<br /><br />“Annyeong haseyo, suster Lee,” sapaku padanya. “Annyeong haseyo, anak-anak!” sapaku lebih keras pada anak-anak yang bersembunyi di belakang suster Lee.<br /><br />“Annyeong haseyo!” jawab anak-anak itu bersamaan.<br /><br />“Apakah dua anak ini yang Anda maksud?” Tanya suster Lee sambil melihat Jung Hyuk yang menggandeng erat tangan Cha Yeon di sampingku.<br /><br />“Ya, benar. Jung Hyuk, Cha Yeon, kenalkan ini suster Lee, pengurus tempat ini.”<br /><br />“Annyeong haseyo, Jung Hyuk, Cha Yeon.” sapa suster Lee ramah.<br /><br />“Annyeong haseyo.” jawab Cha Yeon. Sementara Jung Hyuk tidak menjawab. Ia hanya menunduk, melihat ke arahku.<br /><br />“Changmin-sshi, masuklah sebentar. Kita bisa makan bersama di dalam. Anda kan sudah lama tidak main kesini.” tanya suster Lee.<br /><br />“Ah, tidak usah suster. Lain kali saja. Aku harus pulang sekarang. Masih ada pekerjaan yang harus kulakukan,” tolakku halus meskipun air liurku sempat keluar saat membayangkan masakan suster Lee yang sangat enak, seenak masakan Jae-hyung. “Segala sesuatunya telah kujelaskan lewat telepon tadi.”<br /><br />“Sayang sekali. Tapi Anda memang sibuk, bukan? Ya, saya akan mengingatnya. Kedua anak ini akan aman berada disini.”<br /><br />“Terima kasih banyak, suster Lee,” ucapku sambil memeluk suster Lee sesaat. “Baiklah, aku pulang dulu. Sampai jumpa, anak-anak!” lanjutku sambil membungkukkan badan. “Jung Hyuk, Cha Yeon, jaga diri kalian. Jung Hyuk, jaga adikmu ya. Jangan nakal dan jangan membantah suster Lee. Oh iya…” Aku teringat pada buku kubeli. “Ini untukmu, Cha Yeon. Semoga kau jadi anak pintar.” Aku memberikan buku “1001 Keajaiban Dunia” yang baru saja kudapatkan pada Cha Yeon, menjadi buku kedua yang dimilikinya setelah buku yang hampir dicuri oleh Jung Hyuk.<br /><br />“Tidak usah. Satu buku sudah cukup untuk Yeonnie. Bukankah kau susah payah mencari buku ini?” tolak Jung Hyuk.<br /><br />“Tidak apa-apa. Nanti aku bisa membelinya lagi.”<br /><br />Aku berjalan perlahan menuju taksi yang sedari tadi menungguku. Setelah masuk ke taksi, aku membuka jendelanya lalu melambaikan tanganku, membalas lambaian tangan anak-anak panti asuhan dan suster Lee yang menggandeng tangan Jung Hyuk dan Cha Yeon.<br /><br />“Ajjusshi, datang kesini lagi ya!!” teriak Jung Hyuk.<br /><br />“Jangan panggil aku Ajjushhi!” balasku. Taksi ini sudah melaju meninggalkan panti asuhan yang pernah kukunjungi bersama hyung-hyungku dua tahun lalu.<br /><br />“Apa Anda Shim Changmin?” pertanyaan itu menyadarkan lamunanku di perjalanan pulang.<br /><br />“Ya?” jawabku dengan bodoh.<br /><br />“Benarkah? Shim Changmin Dong Bang Shin Ki?” supir taksi itu memperhatikanku melalui cermin di depannya.<br /><br />“Ah, bukan. Aku bukan Changmin.” jawabku kikuk sambil menurunkan topiku sampai menutupi sebagian wajahku. Hal ini terjadi lagi. Bodohnya aku.<br /><br /><br /><div style="text-align: center;">***<br /></div><br /><br />“Hyung…” Aku baru saja sampai di apartemen. Ternyata apartemen itu masih sepi. Sepertinya hyung-hyungku belum pulang. Ah, seharusnya mereka memang tidak pulang hari ini. Aku duduk di atas sofa empuk di ruang tengah, melamun sendirian.<br /><br />Aku merasa kesepian. Sama seperti Jung Hyuk dan Cha Yeon yang dibuang orangtuanya. Kesepian, tanpa seseorang pun yang bisa diajak bicara. Tapi, sekarang Jung Hyuk dan Cha Yeon sudah tidak kesepian lagi. Mereka sudah menemukan keluarga baru di panti asuhan.<br /><br />Perlahan-lahan wajahku memanas dan air mataku mulai menetes. Kedua anak itu… anak sekecil mereka telah ditelantarkan selama tiga tahun sebelum aku bertemu dengan mereka. Tapi mereka tidak sedih. Jung Hyuk…dengan umurnya yang masih kecil, semangat hidupnya sangat besar. Tapi aku? Memang selama ini aku berpisah dari orang tuaku, lebih tepatnya jarang menemui mereka karena jadwalku yang padat. Tapi aku selalu ditemani hyung-hyungku. Bersama mereka sangat menyenangkan, meskipun aku sering dijahili sebagai magnae di grup ini. Dengan segala kehidupan yang kujalani, aku tidak pernah menunjukkan rasa terima kasihku pada mereka yang sudah menemaniku selama ini. Sungguh, aku menyesal akan tindakanku semalam. Seharusnya aku menunjukkan sesuatu yang lebih, yang akan memuaskan mereka. Sesuatu yang lebih berarti daripada sebuah senyuman. Sesuatu itu…<br /><br />“Ah… capek sekali.” suara itu menyadarkanku. Suara Yoochun-hyung.<br /><br />“Jae-hyung, cepatlah masak makanan. Aku sudah lapar…” Kali ini suara Junsu-hyung.<br /><br />Aku menoleh ke arah pintu masuk. “Hyung…” Aku berdiri secepat mungkin, lalu merangkul Yoochun-hyung dan Junsu-hyung bergantian. Kulanjutkan merangkul Yunho-hyung dan Jae-hyung yang baru saja masuk pinti apartemen.<br /><br />“Stop! Jangan peluk aku juga. Bantu aku membawa belanjaan ini.” tolak Jae-hyung saat aku akan merangkulnya. “Hei, Changminnie, kau menangis?”<br /><br />Aku berhenti lalu mengusap mataku.<br /><br />“Mwo? Minnie menangis?” Kepala Junsu-hyung muncul dari belakangku diikuti Yoochun-hyung dan Yunho-hyung, lalu mereka memperhatikan wajahku dengan seksama. Mereka tertawa. “Kenapa kau menangis, minnie?” tanya Jae-hyung.<br /><br />Aku menyeruak dari kepungan keempat hyungku, melarikan diri dari tatapan mereka lalu duduk di sofa sambil menekuk kaki. Kenapa mereka menertawakanku sih? Jahat…<br /><br />“Minnie, ada apa dengan kau? Apa kau memikirkan pertengkaran semalam? Mianhe, itu salah kami yang terlalu berharap padamu.” suara Yunho-hyung terdengar dari sebelahku. Ia juga duduk di sebelahku.<br /><br />“Yunnie, bantu aku…” panggil Jae-hyung dari arah dapur.<br /><br />“Ye…” jawab Yunho-hyung lalu ia pergi menyusul Jae-hyung di dapur.<br /><br />“Minnie!” suara keras Junsu-hyung terdengar dari belakang, sepertinya ia ingin mengejutkanku.<br /><br />“Junsu-yah, jangan goda Minnie lagi.” Halau Yoochun-hyung sambil duduk di sebelahku dan menyalakan televisi.<br /><br />“Oke…” jawab Junsu-hyung. Lalu ia duduk di sofa, di sebelahku. Mereka berdua asyik menonton televisi tanpa bertanya apapun padaku.<br /><br />“Gomawo hyung…”<br /><br />“Ue kyang-kyang! Eh, apa kata-katamu barusan, Minnie?”<br /><br />“Gomawo hyung!!!” kali ini suaraku lebih keras.<br /><br />Junsu-hyung menatapku melongo, begitu pula dengan Yoochun-hyung.<br /><br />“Saengil chukahamnida... saengil chukahamnida... saranghaneun Changminnie... Saengil chukahamnida...” Lagi-lagi terdengar suara merdu Jae-hyung dari arah belakang. Yunho-hyung, Junsu-hyung dan Yoochun-hyung ikut bernyanyi mengiringinya. Nyanyian yang sama seperti malam sebelumnya.<br /><br />Aku menatap mereka. Wajah-wajah jahil yang biasa mereka tunjukkan setiap kali menggodaku berubah menjadi wajah yang penuh kasih sayang. Aku menutup mulutku, tidak mampu lagi menahan air mataku. Aku menangis terisak sambil menatap kue yang dibawa Jae-hyung. Kue berukuran besar yang berhiaskan wajahku dan bertuliskan “Max TVXQ!”<br /><br />“Minnie, jangan menangis dulu. Tiup dulu lilinnya.” sahut Yunho-hyung.<br /><br />“Eh, lilinnya hanya dua puluh! Kurang 2 hyung…” celetuk Junsu-hyung.<br /><br />“Ah, sudahlah. Tadi lilinnya hanya ada dua bungkus, pas dua puluh buah.” ucap Jae-hyung sedikit tidak sabaran. Sepertinya tangannya sudah kebas memegang kue sebesar itu.<br /><br />Aku mencoba mengendalikan diriku, lalu meniup lilinnya. Jae-hyung segera menaruh kue itu di atas meja. Yunho-hyung rupanya sudah menyiapkan pisau untuk memotong kue.<br /><br />“Mianhe, kue tadi malam sepertinya terlalu kecil untukmu. Makan saja kue ini semuanya seperti biasa…” ucapan Jae-hyung terhenti saat aku membagi kue bulat itu menjadi lima bagian. Aku ke dapur, mengambil lima buah piring dan garpu. Kutaruh masing-masing bagian ke dalam piring yang berbeda, lalu kubagikan pada hyung-hyungku. Mereka terlihat heran akan sikapku ini.<br /><br />“Biasanya potongan pertama kue ulang tahun akan diberikan pada orang yang paling disayangi, tapi saat ini aku tidak bisa memilih salah satu dari kalian karena aku menyayangi kalian semua.” sahutku santai sambil mencicipi kue itu.<br /><br />“Changmin…ternyata kau sangat...” Junsu-hyung berkata sambil menatapku penuh makna. “…mudah dikerjai!” lanjutnya sambil mengoleskan krim kue di pipiku.<br /><br />“Hyung…!” Aku berteriak marah padanya. Tapi Yoochun-hyung malah mengoleskan krim kue dari arah belakangku. Begitu pula dengan Jae-hyung dan Yunho-hyung. Akhirnya kami berlima berlarian di apartemen, saling membalas mengoleskan krim kue.<br /><br />Kami berbaring lemas di lantai, kelelahan akan permainan ini. Aku berhasil menyerang Junsu-hyung dan Yunho-hyung, namun tidak berhasil mengenai dua lainnya karena mereka menyerangku bersamaan.<br /><br />“Jae-hyung… masak dong. Aku sudah lapar…” sahutku di tengah-tengah nafasku yang memburu.<br /><br />“Ye… tapi kalian harus mandi dulu, arasseo?” perintah Jae-hyung yang dijawab dengan “Ye…” oleh yang lainnya.<br /><br />Junsu-hyung yang menjadi korbanku yang paling parah mandi duluan. Yoochun-hyung bangun dan mengambil minuman, sementara Yunho-hyung membantu Jae-hyung di dapur. Aku masih berbaring terlentang di lantai, tersenyum bahagia.<br /><br />Menjadi anggota Dong Bang Shin Ki adalah kebahagiaan terbesar di dalam hidupku dan tidak akan pernah kusesali selamanya…<br /><br />“Hyung!!!” aku kembali berteriak kesal saat Yoochun-hyung kembali mengoleskan krim kue di wajahku. Sepertinya permainan ini tidak akan ada habis-habisnya. Huff~<br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold; font-style: italic;font-family:times new roman;"><span style="font-size:180%;">Fin</span></div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-69022749449677683412009-02-05T22:12:00.004+07:002009-04-03T21:34:55.481+07:00[2nd Project - Special Part] Close To You - Where Is the Happiness ?Aku menarik tangan gadis yang sangat kucintai selama ini ke lantai lima, agar kami bisa lebih leluasa berbicara.<br /><br />”Duduklah, Youn~ah.”<br /><br />”Yun Ho-sshi...maafkan aku tiba-tiba datang seperti ini,” ia berkata sambil menatapku. ”Aku ingin membicarakan tentang hubungan kita.”<br /><br />Berbagai pertanyaan muncul di benakku. Apakah ia akan kembali padaku? Akankah ia tidak menghindariku lagi? Akankah kami dapat kembali bersama seperti dulu? Akankah...<br /><br />”Yun Ho-sshi... Aku tahu kalau kita dulu pernah menjalin hubungan, tapi perasaanku kini telah berubah terhadapmu.”<br /><br />Apa? Bagaimana perasaan itu dapat berubah? Perasaan yang telah berakar dalam di dalam hatiku..., perasaan yang telah menyatukan kami..., perasaan yang sangat melimpah ruah sampai-sampai aku tidak mampu lagi membendungnya..., perasaan cinta ini...<br /><br />”Aku telah mencintai pria lain.” ia berkata dengan nada turun, seakan-akan tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Gerak-geriknya terlihat gelisah saat mengucapkannya, seakan-akan ia berbicara pada bom waktu yang setiap saat siap meledak, menghancurkan segala sesuatu.<br /><br />Aku terdiam beberapa saat. Kedua mata kami bertemu, aku menatapnya lekat-lekat hanya untuk memastikan kejujuran di dalam kata-katanya. Namun batinku tidak sanggup menahan amarah ini. Aku tidak sanggup melihat mata itu... mata yang memancarkan kejujuran dan rasa cinta yang mendalam, yang dapat kupastikan bukan ditujukan padaku.<br /><br />”Siapa pria itu?” suara pun keluar dari mulutku. Aku berusaha tetap tenang, mencoba menunjukkan bahwa perasaanku telah pudar terhadapnya. Namun, semua itu sia-sia. Suaraku yang cukup bergetar, meskipun sangat tidak kentara, telah menggambarkan perasaanku yang sebenarnya.<br /><br />”Aku bertemu dengannya setahun yang lalu ketika aku sedang bersantai di cafe langgananku,” Youn Ha berhenti sebentar. ”Kau ingat hadiah yang pernah kuberikan pada Jaejoong-sshi? Itu adalah titipan adik pria itu.”<br /><br />”Lalu kau menyukainya begitu saja? Bagus. Jadi kau telah melupakan aku, melupakan saat ketika kita masih bersama.” tanpa sadar kata-kata itu meluncur dari mulutku dengan nada berat, cukup untuk membuatnya sadar bahwa aku sangat kecewa padanya.<br /><br />”Tapi..., Kita sudah berpisah sejak lama. Aku kesepian, Yun~ah,” Ia berhenti sebentar, ekspresinya menunjukkan penyesalan, seakan-akan ucapannya tadi dapat menarik pemicu bom waktu di hadapannya ini. ” Dan kekosongan yang telah kau buat di hatiku selama bertahun-tahun telah terisi oleh kebaikan pria itu,” lanjutnya lagi, dengan nada ragu-ragu. Matanya terlihat memerah, kepalanya menunduk. Aku sangat ingin menyentuh wajahnya, mengusap air matanya, seperti yang biasa kulakukan untuk menghiburnya... Tidak. Tangan ini tidak berhak melakukan itu. Empunyalah yang telah membuat situasi menjadi seperti ini.<br /><br />”Aku akui, selama setengah tahun ini perasaaanku sempat goyah dengan kehadiranmu..., pertemuan kita setiap hari..., namun aku baru saja menyadari kalau ternyata perasaanku terhadapmu saat ini hanya sebatas rasa sayang antar teman, bukan sebagai pacar, seperti dulu.”<br /><br />”Baik. TERSERAH kau saja!” Akhirnya aku mengatakan kata-kata jahat itu. Sungguh, aku tidak ingin membentaknya. Namun emosiku tidak dapat terbendung lagi.<br /><br />Setelah mendengar kata-kata itu, ia pun beranjak keluar, berlari meninggalkan aku, meninggalkan seorang pria bodoh yang baru saja kehilangan cintanya hanya karena ia tidak mampu mengontrol perasaannya sendiri.<br /><br />Aku pun turun, kembali ke lobby untuk menghampiri teman-temanku yang sedari tadi telah menungguku. Aku berjalan dalam diam, berusaha keras berpikir jernih, berusaha keras melupakan pembicaraan yang telah mengacaukan pikiranku, semata-mata untuk menunjukkan profesionalitas yang harus kumiliki sebagai seorang leader Dong Bang Shin Ki.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />“... jadi setelah ini, kita kembali ke apartemen untuk bersiap-siap menghadiri pesta nanti malam. Benar kan, Yunnie? Ya! Yunnie, kau dengar aku?”<br /><br />Teriakan Jaejoong menyadarkan aku. Menarik pikiranku yang hampir tenggelam di dalam dunia Youn Ha kembali ke dunia nyata. “Ah, apa?”<br /><br />“Yunnie, apa yang sedang kau pikirkan? Apa kau sakit?” ucap Jaejoong sambil meraba keningku. Nada bicaranya terdengar khawatir, namun di wajahnya terlihat senyum nakal, jelas-jelas ia sedang menggodaku.<br /><br />”Tidak... Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”<br /><br />”Memikirkan apa? Sedang memikirkan aku ya~?”<br /><br />”Pabo!” Aku menjitak kepala Jaejoong pelan. ”Masih banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan daripada memikirkan kau!” Aku berpura-pura marah.<br /><br />”Yunnie...ternyata kau memang memikirkan aku...” sahut Joongie dengan tampang aegyo.<br /><br />”Hyung... jadi bagaimana rencananya?” pertanyaan itu menghentikan permainan-saling-menggoda antara aku dan Jaejoong.<br /><br />”Ehm..., setelah sesi pemotretan ini usai, kita akan kembali ke apartemen untuk bersiap-siap menghadiri pesta nanti malam. Benar kan, Yunnie?” Jaeoong mengulang kembali perkataannya.<br /><br />”Pesta? Pesta apa?”<br /><br />”Pesta ulang tahunmu! Masa kau lupa dengan ulang tahun sendiri?”<br /><br />”Ah, iya..., ulang tahunku...bagaimana aku bisa lupa? Malam ini pesta ulang tahunku, bukan?” Sebenarnya, aku benar-benar lupa. Kejadian di kantor tadi telah membuat pikiranku kacau, sampai-sampai aku tidak ingat dengan ulang tahunku sendiri.<br /><br />”Mana Junsu dan Chunnie, Minnie? Rencana ini juga harus diberitahukan pada mereka berdua.”<br /><br />“Mereka…” Changmin melihat ke sekeliling. “Ah, itu dia!”<br /><br />Jaejoong dan Changmin pun menghampiri Junsu dan Yoochun, meninggalkan aku. Bagus, aku memang membutuhkan lebih banyak waktu untuk berpikir.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />“Chingudeul, ayo kita berangkat! Kita tidak boleh terlambat kan… Nanti makanannya keburu habis…”<br /><br />“Aaah, Junsu..Junsu. Apa di pikiranmu itu hanya ada makanan saja?”<br /><br />”Jangan begitu, Yoochun-hyung. Aku juga mau makanannya. Hmm...pasti ada banyak sekali makanan di sana.”<br /><br />”Oke, ayo kita berangkat! Yunnie, kau belum siap ya? Ayo cepat sedikit... dongsaeng kita sudah tidak sabar.” Jaejoong berteriak memanggilku dari luar kamar.<br /><br />”Ah, kalian pergi duluan saja! Aku belum selesai bersiap-siap. Nanti aku menyusul.” balasku dari dalam kamar. Aku pura-pura belum siap, padahal kenyataannya aku sudah siap dengan tuksedo putihku dan rambut yang sudah tertata rapi.<br /><br />”Oh.. baiklah. Jangan sampai terlambat, Yunnie! Kau kan bintang utama pesta ini!”<br /><br />”Arassho...” jawabku dari dalam kamar.<br /><br />”Yosh, ayo kita berangkat!” terdengar suara teriakan ceria Jaejoong, lalu pintu apartemen pun tertutup. Tinggallah aku sendirian, termenung di dalam kamar. Entah mengapa, aku tidak berselera untuk menghadiri pesta, sekalipun pesta itu adalah pesta ulang tahunku.<br /><br />Setelah sekitar sepuluh menit termenung di kamar, aku memutuskan untuk keluar mencari udara segar. Aku menuruni apartemen menuju area parkir dan menaiki Audi hitamku. Aku pun menyetir keluar area apartemen tanpa arah tujuan. Aku hanya mengikuti jalan, dibimbing oleh insting semata. Tahu-tahu instingku sudah membawaku ke sebuah restoran di pinggir kota Seoul. Restoran itu terlihat sepi. Di dalamnya hanya ada 2 orang pengunjung, seorang ahjumma dan seorang ahjussi yang keduanya duduk di bagian bar. Menyadari perutku yang lapar, aku memutuskan untuk turun. Aku pun melepas luaran tuksedoku, mengambil beannie dan kacamata berbingkai tebal dari laci dashboard, lalu melangkah keluar dari mobil.<br /><br />Restoran itu memang terlihat kecil dari luar, namun ternyata di dalamnya cukup hangat dan terasa lapang. Ada empat meja empat orang yang diletakkan berjejer di tengah-tengah ruangan dan empat meja dua orang yang diletakkan di pinggir-pinggir jendela, serta sekitar lima kursi –dua di antaranya ditempati oleh dua orang pengunjung-yang diletakkan di bagian bar. Aku memilih meja dua orang di sudut ruangan itu, lalu duduk kursi yang menghadap ke arah ruangan. Di sebelah kiriku, jendelanya menampakkan pemandangan sebuah kolam kecil. Kolam itu berbentuk oval dengan panjang kira-kira satu setengah meter dan lebar kira-kira satu meter. Di salah satu ujungnya terdapat batu-batuan yang mengalirkan air, membuat air kolam yang memantulkan cahaya bulan terlihat berderak-derak indah. Di dalam kolam terdalam dua ekor ikan koi dengan sisik berwarna-warni, membuat air kolam berderak lembut seiring dengan gerakan ikan itu. Aku tersenyum saat melihatnya. Pikiranku terasa kembali jernih, sejernih cahaya yang dipantulkan air kolam itu.<br /><br />”Permisi..., Anda mau pesan apa?” suara gadis itu mengagetkanku. Aku membetulkan letak kacamataku, berusaha agar tidak dikenali –dua orang pengunjung lainnya jelas-jelas tidak mengenaliku-.<br /><br />”Ehm..., aku pesan 1 capuccino dan seporsi sandwich.” jawabku dengan suara berat –berusaha menyamarkan suara juga- sambil melihat-lihat daftar makanan di kertas menu yang disodorkan gadis itu, tanpa melihat wajahnya.<br /><br />”1 capuccino, 1 sandwich,” ulang gadis itu, memastikan pesanan. ”Ada yang lain?”<br /><br />”Tidak, itu saja.” sahutku, lagi-lagi dengan suara berat.<br /><br />”Baiklah. Pesanan Anda akan segera datang.” gadis itu terlihat tersenyum manis saat aku melihatnya lewat sudut mataku. Kira-kira ia sebaya denganku. Rambutnya yang lurus panjang diikat longgar di tengkuknya, dibiarkan menjuntai dan bergoyang saat ia berjalan. Poninya yang tidak terlalu pendek seringkali menghalangi pandangannya sehingga ia sering merapikan poninya ke belakang telinga. Wajahnya cukup cantik, senyumannya juga sangat manis. Aku terkesiap. Pikiranku yang sudah jernih kembali diusik setelah aku melihat gadis pelayan itu. Aku kembali teringat pada Youn Ha...<br /><br />”Pesanan Anda datang!!” suara ceria itu menyadarkan lamunanku.<br /><br />”Ah, iya. Terima kasih.” jawabku sambil mengambil cangkir capuccino hangat lalu meneguknya.<br /><br />”Hei, sepertinya wajahmu cukup familiar...” gadis itu menatap lekat wajahku sementara aku mengalihkan pandangan. ”Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”<br /><br />”Mungkin kau salah orang. Kita tidak pernah bertemu sebelumnya.” sahutku kikuk sambil meraih sepotong sandwich lalu mengigitnya.<br /><br />”Mungkin.” Ia manggut-manggut, terlihat berpikir. ”Ngomong-ngomong, apa yang membuatmu kesini? Sepertinya kau orang kota...aku tidak pernah melihatmu di sekitar sini.” Ia menarik kursi di hadapanku, lalu duduk.<br /><br />”Ehm..iya..” aku menjawab ragu-ragu.<br /><br />”Apa kau punya masalah?” nadanya terdengar menyelidik. Matanya terlihat ingin tahu.<br /><br />”Err... begitulah.” jawabku sekenanya.<br /><br />“Ooh.. Hei, kita belum berkenalan! Namaku Shin Dae, Cho Shin Dae. Siapa namamu?”<br /><br />“Namaku…Yun Jil. Jung Yun Jil.” Aku menyamarkan namaku.<br /><br />“Yun Jil… Nama yang unik. Senang bertemu denganmu, Yun Jil!” ia menyodorkan tangan kanannya padaku.<br /><br />”Ya...senang bertemu denganmu.” jawabku ragu-ragu, membalas dengan berjabat tangan dengannya.<br /><br />”Yun~ah... bolehkah aku memanggilmu begitu? Appaku pemilik restoran ini, meskipun pengunjungnya sedikit, tapi appa sangat senang mengurusnya. Eomma sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu, jadi tinggal aku berdua dengan appa. Aku sangat senang membantu appa menjadi pelayan disini. Kau tahu? Memperhatikan pengunjung yang berbeda-beda itu sangat asyik.”<br /><br />Yun~ah... Aku merindukan panggilan itu. Ya Tuhan, kenapa aku belum bisa melupakannya? Aku menepuk-nepuk kepalaku sendiri.<br /><br />”Hei...apa kau mendengarkan aku?”<br /><br />”Ah, iya. Lanjutkan. Ceritamu sangat menarik.” Aku pura-pura tertarik. Pikiranku kembali melayang entah kemana namun aku masih mendengarkan ceritanya tentang teman-temannya, tentang pengunjung-pengunjung restoran, dan lainnya. Lama-kelamaan, ceritanya menjadi benar-benar menarik bagiku. Canda tawanya mengembalikan pikiranku ke asalnya. Aku pun merasa akrab dengannya. Setelah ia puas bercerita, ia terdiam, mengambil segelas air putih dari bar lalu kembali duduk menatapku seperti menanti sesuatu.<br /><br />”Apakah kau ingin menceritakan sesuatu? Terkadang, masalah akan menjadi lebih ringan setelah kau menceritakannya pada orang lain.”<br /><br />”Baiklah. Aku ingin menceritakan sesuatu.” Shin Dae memajukan posisinya, terlihat antusias. ”Ada seorang pria. Ia berpacaran dengan seorang gadis. Ia sangat mencintai gadis itu. Namun demi mengejar mimpinya, ia harus meninggalkan gadis itu tiba-tiba tanpa perpisahan. Bertahun-tahun setelahnya, ketika ia sudah menjadi artis, ia kembali mencari tahu keberadaan pacarnya itu. Ia masih mencintai gadis itu. Lalu ia kembali menghubungi gadis itu, berusaha agar hubungan mereka kembali seperti dulu. Tapi, akhirnya gadis itu mendatanginya, memutuskan hubungan mereka karena ia telah mencintai pria lain. Sang pria tidak pandai mengungkapkan perasaannya sehingga gadis itu semakin terluka, lalu mereka benar-benar berpisah. Namun sang pria tidak dapat dengan mudah melupakan gadis itu, sampai sekarang.”<br /><br />”Oo...” respon Shin Dae.<br /><br />”Apa kau mengerti dengan ceritaku?” aku bertanya dengan ragu-ragu.<br /><br />”Ya, aku mengerti. Jadi pria itu masih tidak bisa melupakan sang gadis?”<br /><br />”Begitulah..”<br /><br />”Pabo! Bodoh! Buat apa memikirkan gadis yang telah mencampakkannya? Pria itu kan artis, ia pasti dapat dengan mudah mencari gadis lain.”<br /><br />Aku terdiam, memikirkan ucapannya. Ya, aku memang bodoh. Buat apa aku terus memikirkan Youn Ha yang sudah bahagia bersama dengan pria lain? Aku harus mencari gadis lain dan melupakannya... Hei, apakah gadis ini orangnya? Ia cukup menarik...<br /><br />”Jadi, seharusnya pria itu juga mencari kebahagiaannya sendiri!” ujar Shin Dae, mengakhiri opininya.<br /><br />”Dan kebahagiaan itu... ada di depan matanya.” aku bergumam tanpa sadar.<br /><br />”Apa katamu? Aku tidak dengar...”<br /><br />”Jam berapa sekarang?” aku meraih ponselku di kantong celanaku. Ternyata sudah jam setengah sembilan dan ada puluhan missed call dari Jaejoong, Yoochun, Junsu dan Changmin! Aku sudah terlambat setengah jam dari pesta ulang tahunku sendiri. ”Ya ampun... sudah jam segini? Shin Dae, aku pergi dulu ya!” Aku mengambil dompetku, mengeluarkan selembar uang lalu meninggalkannya di meja. Lalu aku berlari keluar, menuju mobilku.<br /><br />”Hei! Kenapa kau terburu-buru?” teriak Shin Dae sambil berlari menyusulku.<br /><br />“Aku masih ada urusan yang harus diselesaikan! Oh ya…” aku mengambil kertas dan pena dari laci dashboard, lalu menuliskan nama dan nomor ponselku disana. “Ini untukmu! Teleponlah kalau sempat!” Aku menekan pedal gas mobil, melambaikan tangan ke luar jendela lalu segera kembali ke Seoul, ke lokasi pesta ulang tahunku.<br /><br />“Sampai bertemu lagi!” Shin Dae melambaikan tangannya ke arah mobilku yang melaju kencang meninggalkannya. Ia melihat kertas yang kuberikan padanya. “Ini… Apa? Ia Jung Yun Ho? Pabo kau, Shin Dae! Masa tidak mengenali artis terkenal seperti dia!” Shin Dae menepuk-nepuk kepalanya sendiri. “Ah, kalau tidak salah… ia berulang tahun tanggal 6 Februari…Hari ini!” ia mengambil ponselnya, mengetik pesan, lalu mengirimkannya ke nomor di kertas itu.<br /><br /><br /><div align="center">***</div><br /><br />Aku pun sampai di tempat pesta. Disana, keempat teman-temanku sudah menunggu.<br /><br />“Yunnie, kau kemana saja? Ayo cepat! Para tamu sudah tidak sabar menunggumu!”<br /><br />“Ayo cepat, hyung!”<br /><br />Aku ditarik ke tempat pesta sembari sibuk mengenakan kembali tuksedoku dan merapikan rambutku. Lalu aku merasa ponselku bergetar. Ada SMS dari nomor tidak dikenal, isinya:<br /><br />“Jung Yun Ho? Omo~ apa kau benar-benar Jung Yun Ho dari Dong Bang Shin Ki? Maaf kalau aku tadi berlaku tidak sopan padamu. Aku benar-benar tidak menyadarinya. Mmm, semoga kita bisa berteman! Ngomong-ngomong, bukankah hari ini hari ulang tahunmu? Kalau begitu, Saengil Chukae! Have a nice birthday!<br />NB: Apakah cerita pria dan gadis tadi itu ada hubungannya denganmu? Jawab aku!<br />Dari: Cho Shin Dae”<br /><br />Aku mengetik “Akan aku jelaskan padamu secepatnya, arasseo? Sampai ketemu^^” lalu mengirimkannya pada Shin Dae. Senyuman tertoreh di wajahku saat membayangkan ekspresi Shin Dae saat membaca balasanku. Aku memasukkan kembali ponselku ke tempatnya, melihat semua tamu bersorak riuh saat aku masuk ruangan pesta. Kebahagiaanku memang sudah di depan mata…<br /><br /><br /><div style="text-align: center; font-weight: bold; color: rgb(51, 102, 102);"><span style="font-size:180%;">-Fin- (Again XD)</span></div>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-20968528317643807662009-01-29T22:31:00.003+07:002009-01-29T23:22:41.566+07:00[2nd Project] Close To You<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEzodlMAbires4TMOlGaQR-oMgNhrrdAfDcHBn9XeBnv9jSbrIbI8vldDODw10jHOQlKo1-xU_H56rYkUtrbi_hfm_-tuIX_XXEHL9hyphenhyphenhlY6BGwZqzBzlavC-3FIpeIGysvybAs6bmLxU/s1600-h/normal_5a1142c4cc60b9a68226ac5b.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 272px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEzodlMAbires4TMOlGaQR-oMgNhrrdAfDcHBn9XeBnv9jSbrIbI8vldDODw10jHOQlKo1-xU_H56rYkUtrbi_hfm_-tuIX_XXEHL9hyphenhyphenhlY6BGwZqzBzlavC-3FIpeIGysvybAs6bmLxU/s320/normal_5a1142c4cc60b9a68226ac5b.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5296740101491514162" border="0" /></a>
<br />
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRaisha%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:usefelayout/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SMCasiopeaL; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:Pilgi1; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:EunBangwool; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} @font-face {font-family:"\@SMCasiopeaL"; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@Pilgi1"; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@EunBangwool"; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-language:EN-US;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 24pt; color: rgb(0, 0, 102);">~</span><span style="font-size: 24pt; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);">Prologue~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);">Author Story Part 1<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">Namaku Raisa. Aku hanyalah seorang mahasiswi di sebuah universitas swasta di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> yang sedang menikmati hari Minggu sebelum liburan panjang akhir tahun dimulai. Aku mengisi hari ini dengan menonton sepupuku yang sudah berbahagia dengan liburan akhir semesternya bermain game terbaru di Playstationnya. Sedangkan aku? Liburan akhir tahun ini adalah waktu istirahat terakhir menjelang ujian semester pada bulan pertama di tahun baru. Sempat terlintas di benakku untuk mulai mengerjakan tugas-tugas yang telah kuterlantarkan berminggu-minggu. Namun, aku tidak punya mood untuk melakukannya. Setelah ia (sepupuku) merasa bosan bermain, ia pun mematikan PSnya dan aku pun turun ke lantai bawah, kembali ke kamarku.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Singkatnya, sore ini aku merasa sangat bosan. Termangu sendirian di kamar, menatap sebuah poster artis yang sangat kusukai,. Ya, pasti kalian telah menebaknya. Poster itu menampilkan lima orang laki-laki, grup penyanyi yang sangat terkenal di Asia, Dong Bang Shin Ki. Aku pun memutar lagu Bolero di HP, menikmati suara Jaejoong yang dengan merdu menyanyikan bagian reff Bolero. Tiba-tiba aku teringat suatu hal. Suatu ide terlintas di benakku yang sudah gerah menghadapi pelajaran kuliah yang sulit. Dengan semangat aku pun bergegas mandi, lalu menyalakan komputer kesayanganku. Setelah komputer sudah siap dengan menampilkan wallpaper kalender Oktober DBSK yang sedang memegang kotak kado dan balon berbentuk hati, aku pun dengan cepat membuka Microsoft Word dan Winamp, memutar lagu Wasurenaide. Lalu tanganku siap di atas keyboard...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; font-family: Pilgi1;" lang="SV">Dan disinilah cerita ini dimulai...</span>
<br />
<br />
<br />.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRaisha%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="State"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:usefelayout/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:Pristina; panose-1:3 6 4 2 4 4 6 8 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:script; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} @font-face {font-family:SMCasiopeaL; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:Pilgi1; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:EunBangwool; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} @font-face {font-family:"\@SMCasiopeaL"; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@Pilgi1"; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@EunBangwool"; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-language:EN-US;} @page Section1 {size:609.55pt 33.0cm; margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt; mso-header-margin:35.45pt; mso-footer-margin:35.45pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1; color: rgb(0, 0, 102);" lang="SV">~</span><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="SV">1st Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, bangun!!!</span>”<span lang="SV"> teriak seorang pria muda di depan sebuah kamar yang di pintunya tergantung papan berdekorasi lucu bertuliskan </span>”<span lang="SV">Ae Rin</span>’<span lang="SV">s Room</span>”<span lang="SV">. </span>”<span lang="SV">Kalo ga bangun, oppa ga jadi ngajak kamu ketemu sama pacar oppa!</span>”<span lang="SV"> sambungnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Gadis yang tadinya masih tidur itu tersentak bangun lalu duduk di tepi ranjang. Sambil mengusap-usap matanya yang masih mengantuk, gadis itu pun beranjak ke pintu dan membukanya perlahan. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min oppa, sabar dong.. Ae Rin masih ngantuk banget nih. Lagian kan sekarang baru jam 10,</span>”<span lang="SV"> sahutnya sambil melirik jam dinding bergambar DBSK di kamar itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Dasar tukang tidur! Oppa janjian sama pacar oppa jam 11 tau! Dimana-mana cowok itu ga boleh telat kalo mau ketemu sama cewek. Lagian, kan kamu yang ngotot mau ketemu sama pacar oppa setelah oppa cerita kalo pacar oppa itu salah satu staff BDSK artis pujaan kamu,</span>”<span lang="SV"> omel Jung Min agak kesal dengan tingkah adik satu-satunya yang sangat disayanginya itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa pabo!! DBSK kali bukannya BDSK!! Iya-iya Ae Rin mandi sekarang..Weeeg!!!</span>”<span lang="SV"> sahut Ae Rin sambil menyiapkan baju yang akan dikenakannya lalu bergegas ke kamar mandi.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Huh ini anak jahat banget sih ngatain oppanya.. Oppa kan ga kenal sama BDSK atau DBSK itu.</span>”<span lang="SV"> jawab Jung Min masih kesal namun terlihat tersenyum menyadari kesalahannya mengingat nama artis kesukaan adiknya itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">***<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, ayo cepetan!! Ngapain bawa-bawa tas segede itu??</span>”<span lang="SV"> teriak Jung Min yang tidak sabaran dari dalam mobil.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Iya-iya. Hmm ada deh..</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin penuh rahasia sambil setengah berlari menuju mobil itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Park Jung Min dan Park Ae Rin adalah dua orang kakak-beradik. Orangtua mereka sedang berada di Jepang untuk urusan bisnis, sedangkan mereka berdua tinggal di Seoul. Karena Jung Min sudah lulus kuliah dan telah bekerja, maka orangtua mereka pun tidak khawatir meninggalkan Ae Rin yang masih SMA bersamanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min memacu mobilnya dengan cepat menuju sebuah cafe di tengah pusat kota Seoul. Setelah sampai di tempat parkir, ia segera memarkir mobilnya dan langsung memasuki cafe untuk memastikan apakah pacarnya sudah sampai disana atau belum. Ae Rin pun ikut-ikutan berlari untuk mengejar oppanya yang pasti sudah mendahuluinya karena memiliki kaki jenjang yang membuat larinya sangat cepat. Tinggi badan Jung Min sekitar 180 cm. Sedangkan Ae Rin? Tingginya hanya 160 cm. Beda 20 centi tentu membuat perbedaan yang mencolok antara ia dan oppanya meskipun tinggi badan 160 sudah termasuk tinggi bagi kaum wanita. Perbedaan itu pula yang seringkali membuat teman-teman Ae Rin mengira oppanya adalah pacarnya. Hahaha...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Di dalam cafe, ternyata pacar Jung Min sudah menunggu di salah satu meja empat orang di sudut jendela cafe.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Mianhe... aku terlambat gara-gara menunggu adikku.</span>”<span lang="SV"> ucap Jung Min sambil ngos-ngosan setelah terburu-buru memasuki cafe.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Annyong haseyo...</span>”<span lang="SV"> salam Ae Rin pada perempuan yang diajak bicara oleh Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn Ha, perkenalkan ini adikku Park Ae Rin yang sering kuceritakan,</span>”<span lang="SV"> ucap Jung Min. </span>”<span lang="SV">Ae Rin, ini Choi Youn Ha, pacar oppa.</span>”<span lang="SV"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Annyong haseyo, Ae Rin,</span>”<span lang="SV"> jawab Youn Ha sambil tersenyum manis pada Ae Rin. </span>“<span lang="SV">Min~ah, Ae Rin, ayo duduk. Mau pesan apa?</span>”<span lang="SV"> tanya Youn Ha, lali memanggil waitress.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jus melon saja,</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Aku pesan seperti biasa, cappucino,</span>”<span lang="SV"> jawab Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="SV">Omo...Youn Ha-onnie beneran kerja jadi staff DBSK??</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin bersemangat namun malu-malu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Hush! Ae Rin, nafsu banget udah langsung nanya itu,</span>” <span lang="SV">timpal Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Gapapa kok Min~ah,</span>”<span lang="SV"> ujar Youn Ha. </span>”<span lang="SV">Iya, onnie memang bekerja sebagai staff DBSK. Kamu fans mereka ya?</span>”<span lang="SV"> lanjutnya, bertanya kepada Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">I-iya onnie... Hmm boleh ga aku minta tolong buat ngasih sesuatu buat Jaejoong oppa??</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin lagi.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin!!!</span>”<span lang="SV"> omel Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah...</span>”<span lang="SV"> protes Youn Ha. </span>”<span lang="SV">Boleh-boleh saja. Memangnya kamu mau kasih apa buat Jaejoong-sshi?</span>”<span lang="SV"> tanya Youn Ha lagi pada Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ini...</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin sembari mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ooh jadi ini yang bikin tas kamu jadi segede itu? Isinya apa nih? Jangan-jangan bom lagi...</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min menggoda adiknya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”Nggak donk! Emangnya aku teroris?” marah Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”Oke-oke... onnie akan sampaikan ke Jaejoong-shii deh,” jawab Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”Gomawo ya onnie...” ujar Ae Rin penuh terima kasih, sembari mencibir oppanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">Pertemuan mereka bertiga pun diisi dengan pertanyaan-pertanyaan Ae Rin mengenai DBSK. Jung Min hanya bisa merengut melihat pacarnya dikuasai adiknya. Dengan cepat Ae Rin dan Youn Ha menjadi akrab dan mereka pun bertukar nomor HP. Setelah Ae Rin puas bertanya pada Youn Ha, hari telah menjadi sore. Youn Ha pun pamit pulang karena harus mengurus pekerjaannya. Memang, menjadi staff artis besar seperti DBSK tidaklah mudah. Di hari Minggu seperti ini Youn Ha masih diharuskan bekerja. Jung Min dan Ae Rin pun pulang ke rumah. Ae Rin sangat senang, sedangkan Jung Min merasa kesal karena kencannya terusik. Tapi di dalam hatinya, Jung Min turut merasa senang akan kebahagiaan adiknya.<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);">~Author story part 2~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Kawatteku oboreteku kimi wa mou nukedasenai…I got you- Under my skin…” handphoneku berdering.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Oi nek…napo?” jawabku dengan ‘bahasa planet’ menjawab telepon ‘tak diundang’ itu. </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">*gw ga mgkn bilang yobboseyo kan? XD*<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">Ya, salah seorang teman baikku meneleponku. Aku pun bercerita tentang kegiatanku saat ini: membuat fanfic. Aku mengirimkan chapter 1 kepadanya. Lalu ia berkomentar mengenai ceritanya, dan ide awalku sejak awal menjadi berubah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">Oke, mungkin kesalahanku saat membuat fanfic ini adalah: meminta pendapat temanku itu. Tapi...ide gila yang telah melintas di benakku membuat otakku bagai terkena 'heroin' sehingga semangat dan konsentrasiku menjadi 200%! Setelah menelepon kira-kira setengah jam, pembicaraan kami terputus.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">Lalu aku kembali menghadap layar monitorku, menekan ctrl+s untuk menyimpan hasil sementara ini dan mulai mengetik dengan penuh semangat...<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";" lang="NO-BOK">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="NO-BOK">~2nd Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="" lang="NO-BOK"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">Choi Youn Ha bergegas memasuki mobilnya yang terparkir di halaman cafe, lalu melesat menuju gedung SM Entertaiment dimana ia bekerja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Ia pun langsung naik ke area dimana DBSK berada, untuk memberi tahu jadwal mereka untuk keesokan harinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Dong Bang Shin Ki-sshi, besok sore kalian harus mengikuti acara Hug the Radio di MBS.</span>”<span lang="SV"> kata Youn Ha memberi penjelasan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Arassho.</span>”<span lang="IT"> jawab Yun Ho sang leader.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Jaejoong-sshi, ini ada barang titipan adik temanku. Mohon diterima.” ucap Youn Ha kepada Jaejoong sambil menyerahkan titipan Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Ooh…Apa isinya?” sahut Jaejoong sambil menerima titipan dari Ae Rin dan mengguncang-guncangkannya, berharap ada petunjuk mengenai isi bungkusan itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Aku juga tidak tahu. Tenang saja, isinya bukan barang aneh-aneh kok.” jawab Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Oke. Terima kasih ya.” sahut Jaejoong, lalu ia beranjak keluar, menyusul teman-temannya yang lain<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">Youn Ha meraih handphonenya dan memilih nomor Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Yobboseyo?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Yobboseyo…Onnie kenapa tiba-tiba menelepon?”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Ae Rin, onnie mau ngasih tahu kalau besok sore DBSK akan menjadi bintang tamu di acara Hug The Radio di radio MBS, jam 5 sore.”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Beneran? Onnie, gomawo ya…”<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Tuut..tuut….” telepon terputus. Rupanya Yun Ho menarik Youn Ha menjauh dari orang-orang sehingga handphone Youn Ha tertutup.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“Yun Ho-sshi, kenapa kamu menarikku? Aku <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> sedang menelepon.” kesal Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”Youn~ah, itu titipan dari siapa?” tanya Yun Ho ingin tahu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”Dari adik temanku. <st1:place st="on"><st1:state st="on">Kan</st1:state></st1:place> tadi sudah kukatakan pada Jaejoong-sshi.” jawab Youn Ha cuek.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Teman? </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Setahuku kamu tidak punya teman lain selain staff disini.</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI"> Yun Ho meragukan Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Yun Ho-sshi, kalo tidak percaya kepadaku, ya sudah.</span>”<span lang="FI"> jawab Youn Ha agak kesal.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Bukannya tidak percaya, tapi...</span>”<span lang="FI"> Yun Ho tidak meneruskan kata-katanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Tapi apa? Aku bukanlah perempuan ku-per. Aku bebas menjalani hidup dan semua itu tidak ada urusan denganmu!</span>”<span lang="FI"> jawab Youn Ha lagi. Amarahnya telah memuncak.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Youn Ha, jangan marah. Aku cuma ingin bilang...</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Sudahlah! Bukankah aku ini sangat sibuk, seperti katamu, jadi jangan ganggu aku lagi. Masih banyak hal yang harus kukerjakan.</span>”<span lang="FI"> marah Youn Ha sambil berjalan ke pintu keluar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Yun Ho hanya diam terpaku disana tanpa bisa melanjutkan kata-katanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">***<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Keesokan harinya, sesuai dengan pemberitahuan dari Youn Ha, Ae Rin dengan setia menunggu acara Hug the Radio di radio MBS. </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min juga ikut mendengarkan karena dipaksa oleh Ae Rin. Acaranya pun dimulai dengan bincang-bincang mengenai album terbaru DBSK. </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Setelah kurang lebih dua puluh menit, sesi acara pun berganti.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Pada sesi ini, kita akan mendengarkan beberapa pesan dari Dong Bang Shin Ki kepada fansnya, Cassiopeia. Dimulai dari Chang Min-sshi, Chang Min-sshi, silahkan.</span>”<span lang="SV"> kata sang penyiar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Cassiopeia, saranghae... Terima kasih atas dukungannya selama ini.</span>”<span lang="SV"> kata Chang Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Terima kasih atas dukungannya selama ini. </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Dong Bang Shin Ki akan selalu berusaha keras untuk kalian semua.</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI"> lanjut Junsu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”We Love You, Cassiopeia...” lanjut Yoo Chun.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Terima kasih atas dukungannya, Cassiopeia. Dan aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Park Ae Rin, salah seorang fans yang telah memberikan syal kepadaku. Syal ini hangat sekali. Kamsahamnida...</span>”<span lang="PT-BR"> terang Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Oppa, dengar! Jaejoong-oppa memuji hadiah dariku! </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Ia menyukainya!</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI"> teriak Ae Rin senang.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Ssst!! Acaranya masih berlanjut.</span>”<span lang="FI"> sahut Jung Min. Rupanya ia mendengarkan acara radio itu dengan antusias.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="FI">Wah memang bagus sekali syal yang Jaejoong-sshi pakai. Berwarna merah kecoklatan, sepertinya rajutan tangan.</span>” </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="PT-BR">puji sang penyiar. </span><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Selanjutnya, yang terakhir, Yun Ho-sshi.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Ya, kami sangat berterimakasih atas dukungan dari Cassiopeia terhadap Dong Bang Shin Ki. Sekali lagi, kamsahamnida...</span>”<span lang="PT-BR"> kata Yun Ho.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Baiklah, dengan ini, acara MBS Hug the Radio pun berakhir...</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="FI">Tunggu dulu! Masih ada yang ingin kukatakan.</span>”<span lang="FI"> potong Yun Ho.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Oh, baiklah. Sepertinya kita masih punya waktu 3 menit lagi. Silahkan.</span>”<span lang="FI"> ujar penyiar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Omo...sudah lama aku ingin mengatakan hal ini. Aku ingin menyampaikan sesuatu pada seseorang. Seseorang yang sejak dulu selalu memenuhi pikiranku, bahkan sebelum DBSK debut. Seseorang yang sangat bersrti bagiku saat ini. Kemarin kami sempat bertengkar, dan saat ini aku ingin minta maaf kepadanya. </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Choi Youn Ha, saranghae...</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT"> ujar Yun Ho tanpa basa-basi.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="IT">Apa?! Cepat hentikan siaran ini!</span>”<span lang="IT"> teriak Pak Lee, manajer mereka dari luar ruang siaran.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Seketika siaran radio live itu dihentikan dan ruang siaran MBS menjadi heboh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="IT">Hah?! Oppa, orang yang disebut oleh Yun Ho-oppa itu...</span>”<span lang="IT"> tanya Ae Rin tidak percaya kepada Jung Min. Jung Min hanya bisa diam, tatapannya kosong tanpa ekspresi.<o:p></o:p></span></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";" lang="IT">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="IT">~3rd Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Seketika seluruh channel televisi dipenuhi oleh berita menghebohkan tentang Yun Ho. Semua orang terutama Cassiopeia mempertanyakan siapa sebenarnya gadis beruntung-yang-membuat-iri bernama Choi Youn Ha yang disebut oleh Yun Ho sebagai orang yang dicintainya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Manajer DBSK kewalahan menjawab pertanyaan dari wartawan. Yun Ho sendiri hanya bisa diam, membungkam mulutnya. Bahkan ketika Jaejoong, sahabat terdekatnya bertanya mengenai hal ini, sama sekali tidak dijawab oleh Yun Ho.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">***<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min tidak bisa tidur. Ia tidak habis pikir kenapa seorang artis bisa membawa-bawa nama kekasihnya, menyatakan cinta pula. Ia ingin menanyakannya pada Youn Ha, tetapi ia masih tidak yakin apakah orang yang dimaksud adalah orang yang sama. Jam dinding masih menunjukkan pukul 11 malam. Jung Min meraih handphonenya, memilih nama Youn Ha dari contact list-nya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="IT">Tuut... Maaf, nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar jangkauan.</span>”<span lang="IT"> sahut suara balasan ketika Jung Min menelepon Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Jung Min terdiam. Biasanya handphone Youn Ha tidak pernah seperti ini. </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Lalu ia mencoba lagi berkali-kali semalaman sampai hari sudah terang. Sudah pagi rupanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="FI">Oppa, antarkan aku ke sekolah dong.</span>”<span lang="FI"> pinta Ae Rin yang sudah siap dengan perlengkapan sekolahnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="FI">Ae Rin, pergi naik bis saja. Oppa ada perlu.</span>” <span lang="FI">sahut Jung Min tanpa menghiraukan Ae Rin sambil mengambil kunci mobilnya..<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa kenapa?</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin bingung, namun pertanyaannya tidak digubris lagi karena yang ditanya sudah keluar dari rumah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="IT">Tok..tok...</span>”<span lang="IT"> Jung Min mengetuk pintu rumah Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="IT">Setelah menunggu beberapa saat, pintu pun dibuka oleh seorang perempuan muda.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="IT">Ah, Jung Min-oppa.. Ayo masuk. Ada perlu apa datang kesini?</span>”<span lang="IT"> jawab perempuan itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Yeon Na, Youn Ha ada di rumah?</span>”<span lang="IT"> tanya Jung Min dengan nada cepat sambil masuk ke ruang tamu lalu duduk.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Onnie sedang mengantar appa dan umma pulang ke Gwangju.</span>”<span lang="IT"> jawab Yeon Na santai.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Oh. Bisakah oppa minta alamat Ajeoshi dan Eumonim di Gwangju?</span>”<span lang="IT"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Hmm sebentar ya oppa, aku tulis dulu,</span>”<span lang="IT"> jawabnya sambil mengambil kertas dan pensil, lalu menuliskan sesuatu di dalamnya. </span>”<span lang="IT">Ini alamatnya oppa,</span>”<span lang="IT"> lanjutnya sambil menyerahkan kertas tersebut kepada Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Gomawo. Kalau begitu oppa permisi dulu ya.</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min sambil berlari menuju mobilnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa! Memang ada perlu apa? Kok pulangnya cepet banget?</span>”<span lang="SV"> tanya Yeon Na, namun tidak digubris oleh yang ditanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min memacu mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke arah Gwangju dengan hati galau. Setelah seharian perjalanan sambil sesekali bertanya alamat kepada penduduk setempat, Jung Min pun sampai di rumah appa dan umma Youn Ha ketika hari telah senja. Di sana terlihat Youn Ha yang sedang melangkah memasuki rumah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah!</span>”<span lang="SV"> teriak Jung Min sembari menghampiri Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Langkah Youn Ha berhenti. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah? Kenapa kamu ada disini? Maksudku, bagaimana kamu bisa sampai disini?</span>”<span lang="SV"> tanya Youn Ha kebingungan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ikut denganku!</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min sambil menarik tangan Youn Ha dan memasuki mobilnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah, ada apa denganmu? Jangan menarik tanganku seperti ini. Sakit, Min~ah!!</span>”<span lang="SV"> Youn Ha berusaha melepaskan tanganya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Mianhe. Tapi kita harus bicara empat mata SEKARANG juga!</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min membawa mobilnya entah kemana, yang pasti tempat itu sepi dan jauh dari rumah penduduk. Ia menghentikan mobilnya, keluar mobil menuju pintu sebelah Youn Ha duduk, membukanya dan meminta Youn Ha keluar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah, jelaskan padaku apa maksud sikapmu ini!</span>”<span lang="SV"> marah Youn Ha sambil keluar dari mobil, kesal karena ia dibawa paksa oleh Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, kenapa kamu tidak menjawab telepon dariku?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Handphoneku...</span>”<span lang="SV"> Youn Ha meraih handphonenya dari dalam tas. </span>”<span lang="SV">Ah, ternyata baterenya habis. Memang kenapa kamu meneleponku?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, apa kau tau berita menghebohkan itu?</span>”<span lang="SV"> cerca Jung Min tidak sabar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Berita heboh? Berita apa?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jangan pura-pura tidak tahu!</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Sungguh, Min~ah. Aku tidak tahu menahu soal </span>”<span lang="SV">hal</span>”<span lang="SV"> itu. Jelaskan padaku, ada apa sebenarnya?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Itu...</span>”<span lang="SV"> Jung Min terdiam, berpikir. </span>”<span lang="SV">Salah satu personil DBSK menyatakan cinta padamu di acara radio kemarin sore.</span>”<span lang="SV"> lanjutnya dengan was-was.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa?! A-a-aku...</span>”<span lang="SV"> Youn Ha terdiam, ia terkejut dengan apa yang dikatakan Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Kalau tidak salah, orang tersebut adalah Yun Ho. Ia meminta maaf dan menyatakan cinta kepada seorang perempuan bernama Choi Youn Ha. Youn~ah, apakah orang yang ia maksud adalah kamu?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha hanya bisa diam. Ia sungguh tidak menyangka Yun Ho akan bertindak seperti itu. Setelah 15 menit penuh keheningan, akhirnya Jung Min angkat bicara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudahlah. </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Mungkin kebetulan saja namanya sama dengan namamu. Ayo kuantar kembali ke rumah appa dan umma-mu.</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI"> ucap Jung Min dengan pasrah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah...</span>”<span lang="SV"> sahut Youn Ha dengan lemas.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Tenanglah Youn~ah. Aku tetap percaya kepadamu,</span>”<span lang="FI"> jawab Jung Min sambil membuka pintu mobilnya. </span>”<span lang="FI">Ayo masuk mobil.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha menuruti Jung Min. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Rasa sedih, shock dan kecewa berkecamuk di dalam pikirannya. Perjalanan dilalui dengan keheningan. Jung Min tidak mau curiga lebih lanjut kepada Youn Ha. Ia ingin tetap mempercayai Youn Ha sepenuhnya, namun di sisi hatinya yang lain ia tidak mau disakiti oleh kebenaran yang mungkin akan sangat menyakitkan. Setelah mengantar Youn Ha kembali ke tempat ia </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">menculik</span>”<span lang="SV">nya, Jung Min kembali ke Seoul.</span></span><span style="" lang="SV"> </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";" lang="SV">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="SV">~4th Chapter~</span><span style="color: rgb(0, 0, 102);" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Dua hari setelah interogasi Jung Min terhadap Youn Ha, Youn Ha kembali ke Seoul. Ia sangat was-was akan segala kemungkinan yang mungkin menimpa dirinya. Ia pun mendatangi SM Entertaiment untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Di depan gedung, sudah berkumpul puluhan fans dan Youn Ha mendapat caci maki dari mereka. Di dalam gedung pun, sikap orang-orang tidak berbeda sama sekali. Semua orang memandanginya dengan tatapan jijik. Dengan perasaan sedih, Youn Ha pulang kembali ke rumahnya setelah menyerahkan surat pengunduran dirinya pada Pak Lee manajer DBSK dan mengurung diri di kamar. Tiba-tiba handphonenya berdering. Youn Ha melirik nama penelepon dengan lemas. Ternyata Yun Ho.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yobboseyo? Youn~ah, kau dimana? Kenapa tidak masuk kerja hari ini? DBSK jadi kebingungan karena tidak ada lagi yang mengingatkan jadwal pekerjaan selanjutnya.</span>”<span lang="SV"> kata suara itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho-sshi, aku sudah mengundurkan diri. Aku tidak kuat menghadapi skandal yang telah terjadi.</span>”<span lang="SV"> jawab Youn Ha sambil menahan tangis.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, kamu mempermasalahkan skandal itu? Tenang saja, agency sudah menyelenggarakan jumpa pers untuk mengklarifikasi skandal itu dan gosip skandal sudah mereda.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho-sshi, kau benar-benar tidak tahu apa-apa tentangku. Tidak usah menghubungiku lagi. Bye.</span>”<span lang="SV"> kata Youn Ha sambil menutup telepon dari Yun Ho lalu melepas batere handphonenya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">T-t-tapi...Yobboseyo?? Youn~ah!!</span>”<span lang="SV"> teriak Yun Ho panik, namun jelas-jelas sudah tidak didengar lagi oleh Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha hanya bisa menangis. Ia mengurung diri di dalam kamar semalaman sampai Yeon Na menjadi sangat khawatir. Adiknya pun menghubungi Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yobboseyo? Jung Min-oppa... tolong segera kesini.. Onnie sudah mengurung diri di kamar sejak kemarin. Juga tidak mau makan sama sekali,</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa? Tunggu ya Yeon Na, oppa segera kesana.</span>”<span lang="SV"> jawab Jung Min panik. Telepon pun ditutup.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">” <span lang="SV">Onnie kenapa? Tidak lapar? Ayo makan...</span>”<span lang="SV"> bujuk Yeon Na dari depan pintu kamar Youn Ha. Youn Ha tetap tidak menjawab sama sekali. Ia menangis dalam keheningan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Setengah jam berlalu, pintu rumah pun diketuk. Yeon Na segera membukanya, menyadari bahwa tamu yang datang adalah Jung Min. Setelah pintu terbuka, Jung Min langsung menyerbu masuk dan menghampiri kamar Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Youn~ah, kenapa kamu seperti ini? Ayo buka pintunya... Ceritakan padaku.</span>”<span lang="FI"> bujuk Jung Min sambil menggedor-gedor pintu kamar Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Tiba-tiba pintu kamar Youn Ha terbuka sedikit. Jung Min segera masuk ke kamar Youn Ha sementara Yeon Na menunggu di luar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Di dalam kamar...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, ada apa denganmu?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min khawatir.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah...</span>”<span lang="SV">jawab Youn Ha sambil memeluk erat Jung Min. Ia menangis terisak di dada Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min terdiam selama beberapa menit, lalu membawa Youn Ha ke sofa satu-satunya di kamar itu, melepaskan pelukannya dan mendudukkan Youn Ha perlahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah, maafkan aku. Mianhe...Cheongmal mianhe...</span>”<span lang="SV"> Youn Ha meminta maaf berulang kali.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Kenapa kamu minta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf telah berbuat kasar tempo hari.</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min bingung.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Maafkan aku tentang Yun Ho, Min~ah...</span>”<span lang="SV">lanjut Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho? Siapa Yun Ho?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min tidak mengerti.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha tersenyum. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho itu orang yang...menyatakan cinta kepada Choi Youn Ha tempo hari.</span>”<span lang="SV"> sahutnya sambil menahan tawa.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ah iya. Aku lupa. Lalu? Apa hubungannya denganmu? Choi Youn Ha yang ia maksud bukan Youn~ah-ku kan?</span>”<span lang="SV"> ekspresi Jung Min berubah menjadi serius. Ia khawatir kalau-kalau kecurigaannya benar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Sebenarnya... Choi Youn Ha itu dan Choi Youn Ha di hadapanmu ini... adalah orang yang sama...</span>”<span lang="SV"> sahut Youn Ha terbata-bata. </span>”<span lang="SV">Kita putus saja sebelum kita sama2 tersakiti,</span>”<span lang="SV"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min terdiam. Kecurigaannya benar. Ia berpikir keras menata perasaannya selama beberapa menit, menatap Youn Ha yang kembali menangis.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, bila kamu memang memilih Yun Ho, aku rela melepaskanmu,</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min pelan, lalu mencium kening Youn Ha. </span>”<span lang="SV">Saranghae yoongwonhi...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min beranjak keluar kamar dan merapatkan pintunya. Yeon Na yang penasaran mengajak Jung Min ke ruang tamu untuk berbicara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa, ada apa dengan onnie?</span>”<span lang="SV"> tanya Yeon Na.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yeon Na, oppa sudah putus dengan onnie-mu.</span>”<span lang="SV"> jawab Jung Min tanpa menatap Yeon Na.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Putus? Kenapa harus putus?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Onnie-mu telah memilih pria lain.</span>”<span lang="SV"> lanjut Jung Min sambil menunduk. Jung Min benar-benar sedih dan putus asa saat ini<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Apakah ada hubungannya dengan Yun Ho-oppa?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min mengangkat kepalanya. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Kamu kenal dengan Yun Ho? Maksudku, adakah hal yang kamu ketahui mengenai Yun Ho?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Dulu Yun Ho-oppa adalah tetangga kami di Gwangju,</span>”<span lang="SV"> jawab Yeon Na polos. </span>”<span lang="SV">Keluarga kami sangat dekat dan kami sering bermain bersama ketika masih kecil.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Lalu?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min ingin tahu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho-oppa adalah pacar onnie sebelum ia pindah ke <st1:place st="on"><st1:city st="on">Seoul</st1:city></st1:place> dan menjadi terkenal.</span>”<span lang="SV"> lanjut Yeon Na.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Pacar?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Mantan pacar. Ketika Yun Ho-oppa pindah ke Seoul, mereka putus dan tidak berhubungan lagi sejak saat itu...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Lalu kenapa Youn Ha bisa bekerja sebagai staff..pria yang pernah dicintainya?</span>”<span lang="SV"> potong Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Dengarkan Yeon Na dulu, oppa. Onnie dan Yun Ho-oppa memang sudah putus, tetapi setengah yang lalu entah darimana Yun Ho mengetahui kalau onnie kuliah di Universitas Seoul dan menawarkan pekerjaan sebagai staff di SM Entertainment setelah onnie lulus. Aku juga heran akan tindakan onnie yang menerima tawaran itu. Dulu saat Yun Ho-oppa tiba2 menghilang dari Gwangju, onnie sangat sakit hati.. </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Tapi mungkin saja onnie memang masih menyimpan perasaan pada Yun Ho-oppa...</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min mengangguk paham. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Gomawo ya Yeon Na, oppa permisi pulang dulu.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min putus asa sambil beranjak keluar <span style=""> </span>menuju mobilnya. Pikirannya benar-benar kalut saat ini. Ia rela melepaskan Youn Ha demi kebahagiaan kekasihnya itu, namun di lain pihak Jung Min masih sangat mencintai Youn Ha. Di rumah, teguran Ae Rin tidak dihiraukannya. Ae Rin pun lama-kelamaan men</span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">jadi kesal.</span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";" lang="FI">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="FI">~5th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="" lang="FI"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Karena kesal dan bingung dengan sikap oppa-nya, Ae Rin pun menelepon Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Yobboseyo?</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Yobboseyo...Siapa ini?</span>”<span lang="FI"> jawab suara yang terdengar serak di telepon itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Ini Youn Ha-onnie? Onnie, ini Ae Rin.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Oh iya, Ae Rin. Mian onnie tidak sempat melihat nama peneleponnya. </span></span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Ada apa?</span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV"> tanya Youn Ha masih dengan serak karena kebanyakan menangis.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin mau nanya soal Jung Min-oppa. Sikap Jung Min-oppa aneh sekali sejak kejadian skandal itu. Apa ada sesuatu yang terjadi?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin, onnie dan oppa-mu sudah putus..</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Putus? Kenapa bisa putus?</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha pun menceritakan masalah penyebab putusnya ia dan Jung Min kepada Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Onnie, kalau memang cinta, jangan berpaling darinya.</span>”<span lang="SV"> komentar Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha terdiam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Onnie mencintai Jung Min-oppa atau Yun Ho-oppa? Siapapun yang onnie cintai, jujurlah pada perasaan itu sebelum onnie menyesal.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Youn Ha terdiam memikirkan perkataan Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">....Ae Rin, gomawo sudah menyadarkan onnie.,</span>”<span lang="SV"> kata Youn Ha sambil menutup telepon.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Onnie? Kok langsung ditutup sih...kan tadi aku cuma mengulang percakapan yang kudengar di drama yang kutonton semalam.</span>”<span lang="SV"> sahut Ae Rin sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha yang telah disadarkan oleh Ae Rin bergegas menuju kantor SM Entertainment.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ya! Kamu tidak boleh masuk sembarangan kesini!</span>”<span lang="SV"> teriak salah seorang satpam di gedung besar itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha langsung menerobos masuk tanpa menghiraukan halangan dari satpam-satpam disana, namun dengan badannya yang kurus tentu saja ia tidak dapat melawan satpam di gedung itu yang jumlahnya belasan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Lepaskan aku! Aku hanya ingin bertemu dengan Jung Yun Ho!</span>”<span lang="SV"> teriak Youn Ha sambil menggeliat mencoba melepaskan diri dari satpam-satpam itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Seketika lobby SM Entertainment menjadi ricuh karena Youn Ha bersikeras memasuki gedung dan perang mulut dengan satpam gedung.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Sementara itu, lift di lobby baru saja terbuka dan keluarlah sekelompok orang..<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="IT">Yun Ho-hyung, bagaimana ini? Berat badanku sama sekali tidak bertambah meskipun makanku sangat banyak.</span>”<span lang="IT"> keluh seseorang yang paling tinggi di antara mereka.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">“<span lang="SV">Minnie, makanya, tidak usah menggemukkan badanmu. Kulkas apartemen kita cepat sekali kosongnya.</span>”<span lang="SV"> timpal seorang yang lain, lalu tertawa dengan suara yang aneh.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Bilang saja kamu yang mau makan.</span>”<span lang="SV"> sambung seorang yang lain.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Uuh, Chunnie-hyung, kamu <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> juga suka makan.</span>”<span lang="SV"> balasnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudah-sudah... Jangan ribut terus. Minnie, sepertinya harus berkonsultasi dengan ahli gizi. Junsu dan Chunnie, persediaan makanan kita kan sangat banyak. Kalau habis, kan tinggal dibeli. Kita sudah di lobby dan kita tidak boleh terlalu menarik perhatian pengunjung gedung.</span>”<span lang="SV"> timpal seorang lainnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jae-hyung, tidak usah mempermasalahkannya. Mereka kan bebas mau bicara apa.</span>”<span lang="SV"> jawab seorang yang dari tadi belum angkat bicara.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Nde... Hei ada apa disana kok ada keributan?</span>”<span lang="SV"> jawab Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Rombongan mereka pun mendekati sumber keributan dan mengintip siapa biang keributan itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah...maksudku, Youn Ha?!</span>”<span lang="SV"> ucap Yun Ho terkejut setelah mengetahui sumber keributan itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ajusshi, lepaskan perempuan itu. Ia dulu adalah staff disini.</span>”<span lang="SV"> kata Jaejoong membubarkan keributan Youn Ha vs Satpam.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">A-annyong haseyo..</span>”<span lang="SV"> sahut Youn Ha terbata-bata melihat orang yang dicarinya berdiri di hadapannya. </span>”<span lang="SV">Yun Ho-sshi, ada yang ingin kubicarakan denganmu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Kalian pergi duluan saja, nanti aku menyusul,</span>”<span lang="SV"> kata Yun Ho kepada teman-temannya. </span>”<span lang="SV">Youn~ah, kenapa kamu malah kesini? Ayo ikut denganku. Kita bicara di tempat lain. Disini rawan tercium wartawan.</span>”<span lang="SV"> lanjutnya kepada Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Yun Ho pun mengajak Youn Ha naik lift menuju lantai lima, tempat area khusus Dong Bang Shin Ki.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho-sshi...maafkan aku tiba-tiba datang seperti ini,</span>”<span lang="SV"> Youn Ha berkata sambil menatap Yun Ho. </span>”<span lang="SV">Aku ingin membicarakan tentang hubungan kita.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Yun Ho tidak menjawab. Ia malah beranjak mengambil minuman untuknya dan Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Yun Ho-sshi... Aku tahu kalau kita dulu pernah menjalin hubungan, tapi perasaanku kini telah berubah terhadapmu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="NO-BOK">Yun Ho tetap tidak menjawab. Ia malah meraih majalah dan membacanya namun terlihat jelas kalau tindakannya itu dipaksakan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Aku telah mencintai pria lain.</span>”<span lang="FI"> kata Youn Ha pada akhirnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Yun Ho menyingkirkan majalah yang dipegangnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Siapa pria itu?</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Aku bertemu dengannya setahun yang lalu ketika aku sedang bersantai di cafe langgananku,</span>”<span lang="FI"> Youn Ha berhenti sebentar. </span>”<span lang="FI">Kamu ingat hadiah yang pernah kuberikan pada Jaejoong-sshi? Itu adalah titipan adik pria itu.</span>”<span lang="FI"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Lalu kamu menyukainya begitu saja? Bagus. Jadi kamu telah melupakan aku, melupakan saat ketika kita masih bersama.</span>”<span lang="FI"> kata Yun Ho dengan nada berat, kecewa.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Tapi... Kita sudah berpisah sejak lama. Aku kesepian, Yun~ah.</span>”<span lang="FI"> Youn Ha terkesiap. Ia kembali memanggil Yun Ho dengan panggilan sayangnya. </span>” <span lang="FI">Dan kekosongan yang telah kamu buat di hatiku selama bertahun-tahun telah terisi oleh kebaikan pria itu.</span>”<span lang="FI"> lanjutnya sambil menahan tangis. Ia tidak tega menyakiti Yun Ho, namun rasa sakit hatinya ketika Yun Ho tiba-tiba meninggalkan Gwangju, meninggalkan dirinya tanpa perpisahan sedikit pun telah memantapkan hatinya. </span>”<span lang="FI">Aku akui, selama setengah tahun ini perasaaanku sempat goyah dengan kehadiranmu...pertemuan kita setiap hari..namun aku baru saja menyadari kalau ternyata perasaanku terhadapmu saat ini hanya sebatas rasa sayang antar teman, bukan sebagai pacar, seperti dulu.</span>”<span lang="FI"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="FI">Baik. TERSERAH kamu saja!</span>”<span lang="FI"> bentak Yun Ho.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Youn Ha pun berlari keluar menuju lift. Ia tidak tahan lagi dengan perubahan sikap Yun Ho sejak ia menjadi terkenal. Sikapnya makin kasar saja.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="FI">Sementara itu, Yun Ho menunduk. Dalam diam ia menangis, menyesal atas semua yang terjadi. Sikap kasarnya, egonya, segalanya. </span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="PT-BR">Ia masih mencintai wanita itu. Dulu ia sedang didesak waktu untuk mengikuti audisi di Seoul dan tidak sempat mengucapkan perpisahan kepada Youn Ha. Sikap kasarnya selama ini merupakan wujud rasa cintanya, meski bukan dalam bentuk yang tepat, terhadap Youn Ha. Namun demi kebahagiaan Youn Ha, ia rela melepaskannya...<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; font-family: "Times New Roman";" lang="PT-BR">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 24pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);" lang="PT-BR">~6th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha memasuki mobilnya dan meraih handphone. Ia memilih nama Jung Min dan meneleponnya.</span><span style="font-family: Pilgi1;" lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Yobboseyo?</span>”<span lang="PT-BR"> jawab Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Min~ah, aku ingin bertemu denganmu secepatnya.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah? Kenapa?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Please...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Oke. Kita ketemu di cafe biasa setengah jam lagi.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">***<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, ada apa?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min yang baru sampai di cafe dan langsung menghapiri Youn Ha, lalu duduk di kursi di depan Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Tiba-tiba Youn Ha bangkit dari tempat duduknya dan beranjak ke sebelah kursi Jung Min, tetapi pandangannya alih-alih ke arah Jung Min melainkan ke arah mengunjung cafe. </span><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Permisi pengunjung yang terhormat, mohon perhatiannya sebentar saja.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Kontan Jung Min tersentak kaget dan akan bangkit dari kursinya, namun tangan Youn Ha menahannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Setelah semua mata pengunjung cafe mengarah ke mereka berdua, Youn Ha berbalik menatap Jung Min, lalu membungkukkan badannya 60 derajat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Hwa? Youn~ah, ada apa ini...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Park Jung Min, cheongmal mianhae...</span>”<span lang="SV"> Youn Ha kembali menegakkan badannya, menghadap ke arah pengunjung lagi lalu berkata,</span>”<span lang="SV">Pengunjung yang terhormat, saya ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintai pria ini dan saya tidak akan melepaskannya lagi...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min yang mendengarnya bangkit dari kursinya dengan cepat, memutar badan Youn Ha lalu mencium bibirnya...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha sempat terkejut dan matanya terbelalak, lalu tanpa sadar air mata Youn Ha menetes. Mata Youn Ha pun terpejam lalu mereka berciuman selama beberapa menit. Jung Min melepaskan ciumannya dari Youn Ha lalu kedua tangannya mengusap mata Youn Ha yang basah oleh air mata.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, tidak perlu minta maaf. Aku tetap mencintaimu apa adanya, sampai kapan pun juga...</span>”<span lang="SV"> lalu Jung Min mengecup kening Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Seketika pengunjung cafe yang tadinya memperhatikan mereka berdua bertepuk tangan dengan meriah. Jung Min mengambil dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang yang ditaruhnya di atas meja, lalu mengendong Youn Ha keluar dari cafe dan membawanya menuju mobilnya. Youn Ha kembali menangis bahagia dan terharu atas tindakan Jung Min ini.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Ternyata Jung Min membawa Youn Ha ke rumahnya yang jaraknya memang sangat dekat dengan cafe itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, ayo ceritakanlah sesuatu yang telah mengubah pikiranmu.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min sambil mengambil air minum di dapur.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah... Sebelumnya aku ingin menceritakan tentang hubunganku dengan Yun Ho...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak usah kamu ceritakan lagi, Youn~ah. Yeon Na sudah menceritakannya padaku tempo hari.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Dasar anak itu seenaknya saja menceritakannya...</span>”<span lang="SV"> kesal Youn Ha. </span>”<span lang="SV">Ya sudahlah, toh aku memang harus menceritakannya padamu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jadi? Hal apa yang sudah mengubah pikiranmu? Bukankah lebih baik bersama dengan Yun Ho bila kamu memang masih mencintainya.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Begini...kemarin Ae Rin meneleponku dan kata-katanya telah menyadarkan aku.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin? Ah bisa saja anak itu.. Terkadang memang pikirannya lebih dewasa melampaui umurnya.</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Bertahun-tahun Yun Ho pergi meninggalkan aku dan hal itu telah sangat menyakitiku, Min~ah. Tapi setelah mengenalmu setahun tahun silam, sakit hati yang ditinggalkan Yun Ho telah terobati dengan adanya dirimu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Jung Min tidak berkomentar. Ia mendengarkan cerita kekasihnya itu dengan seksama.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Lalu aku menyadari, meskipun aku dan Yun Ho selalu bertemu setiap hari karena pekerjaanku, tetapi perasaanku padanya tidak lebih dari perasaan seorang sahabat saja. Perasaan itu jauh di bawah rasa cintaku padamu, Min~ah.</span>”<span lang="SV"> sahut Youn Ha malu-malu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, aku baru ingat kalau tadi pagi Ae Rin sempat memberitahu padaku kalau malam ini ia akan menginap di rumah Hae In, temannya. Jadi Ae Rin baru akan pulang ke rumah besok siang.</span>”<span lang="SV"> sahut Jung Min sambil tersenyum jahil.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Mendengarnya, wajah Youn Ha langsung memerah. Ia tahu maksud Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">”<span lang="SV">Jadi... Maukah kamu melakukannya...denganku?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min ragu-ragu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Youn Ha mengangguk perlahan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;" lang="SV">Seketika Jung Min langsung berdiri lalu menggendong Youn Ha ke kamarnya...<o:p></o:p></span></p> <span style="font-size: 12pt; font-family: Pilgi1;">
<br />
<br /></span>.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="font-size: 24pt; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);">~Epilogue~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 14pt; line-height: 150%; font-family: SMCasiopeaL; color: rgb(0, 0, 102);">Author Story Part 3<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;">Kutekan tombol ctrl+s untuk menyimpan terakhir kalinya. Fiuh… akhirnya selesai juga fanfic ini. Senyum puas tergambar di wajahku saat aku membaca ulang cerita ini dari awal. Aku membayangkan bagaimana reaksi temanku itu setelah membaca keseluruhan fanfic ini. Pasti ia akan senang sekali! Lalu mataku tertuju pada jam di sudut kanan bawah layar monitorku. Astaga</span><span style="">…</span><span style="font-family: Pilgi1;"> sudah jam dua belas! Lalu masih dengan senyum puas, aku menutup program-program di layar komputerku dan mematikannya. Tanpa kusadari mataku sudah mengantuk. Rasa kantuk yang baru kurasakan setelah menyelesaikan mengetik fanfic ini. Lalu kunyalakan AC dan kumatikan lampu kamar, bersiap-siap untuk tidur. Oyasumi minna, oyasumi Jaejoong</span><span style="">…</span><span style="font-family: Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-size: 28pt; line-height: 150%; font-family: Pristina; color: rgb(255, 102, 153);" lang="PT-BR">Fin<o:p></o:p></span></p>
<br />Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-73216608609865162832009-01-26T20:46:00.008+07:002009-01-30T00:19:03.955+07:00[1st Project] If...?!<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Vb5ncUg5Xlktb1xKlWWlKVE7BSXuYNHS1eGW79KRHXMdhJclpr0AxQ0FSjfyR75o1_FwL_B4MVFm_34aJA37lvnau7zUoka_Ltnwnc1Dn-4TwwbU_TScL_LBKgPieQ5bIJZTwBbxz9A/s1600-h/If+-+Junsu.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 272px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9Vb5ncUg5Xlktb1xKlWWlKVE7BSXuYNHS1eGW79KRHXMdhJclpr0AxQ0FSjfyR75o1_FwL_B4MVFm_34aJA37lvnau7zUoka_Ltnwnc1Dn-4TwwbU_TScL_LBKgPieQ5bIJZTwBbxz9A/s320/If+-+Junsu.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5295832265850994114" border="0" /></a>
<br /></div>
<br />
<br />Download PDF file (10 chapters + special story) <a href="http://www.4shared.com/dir/11788217/869138a1/Ifsharing.html">HERE</a>
<br />Password: kimjaejoong
<br />
<br /><span style="font-size:130%;"><span style="font-weight: bold; color: rgb(102, 51, 102);">Cast:</span></span>
<br />
<br />- Park Ae Rin (Yuya Shiina a.k.a Author)
<br />- Kim Jaejoong
<br />- Park Jung Min
<br />- Choi Youn Ha (Chocopink Dee a.k.a Dee)
<br />- Park Sung Hee (Miss Hoon a.k.a Hellen-unnie)
<br />- Nam Jin Ah (Tezu a.k.a Jessica)
<br />- Hwang Seul Byul (Ulyaa)
<br />- Lee Hae In (dy aoi sky a.k.a Aulia)
<br />- Seo Hae Yeo (Miyanokouji Mizuho a.k.a Rere)
<br />- Shin Sae Ri
<br />- Other TVXQ members
<br />
<br />
<br />.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.
<br />
<br />
<br /><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRaisha%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:usefelayout/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SMCasiopeaL; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:Pilgi1; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:EunBangwool; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} @font-face {font-family:"\@SMCasiopeaL"; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@Pilgi1"; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@EunBangwool"; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-language:EN-US;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--><meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 11"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 11"><link rel="File-List" href="file:///C:%5CDOCUME%7E1%5CRaisha%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml"><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="State"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="place"></o:smarttagtype><o:smarttagtype namespaceuri="urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" name="City"></o:smarttagtype><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:usefelayout/> </w:Compatibility> <w:browserlevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if !mso]><object classid="clsid:38481807-CA0E-42D2-BF39-B33AF135CC4D" id="ieooui"></object> <style> st1\:*{behavior:url(#ieooui) } </style> <![endif]--><style> <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:SMJaejung; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:SMCasiopeaL; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:Pilgi1; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:EunBangwool; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} @font-face {font-family:"Bradley Hand ITC"; panose-1:3 7 4 2 5 3 2 3 2 3; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:script; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} @font-face {font-family:Pristina; panose-1:3 6 4 2 4 4 6 8 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:script; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:3 0 0 0 1 0;} @font-face {font-family:"\@SMCasiopeaL"; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@Pilgi1"; panose-1:2 3 6 0 0 1 1 1 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 701988091 16 0 524288 0;} @font-face {font-family:"\@EunBangwool"; panose-1:2 11 6 3 0 0 0 0 0 0; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-1879048017 160899146 16 0 2621457 0;} @font-face {font-family:"\@SMJaejung"; panose-1:2 2 6 3 2 1 1 2 1 1; mso-font-charset:129; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-2147482969 165117179 16 0 524288 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-language:EN-US;} a:link, span.MsoHyperlink {color:blue; text-decoration:underline; text-underline:single;} a:visited, span.MsoHyperlinkFollowed {color:purple; text-decoration:underline; text-underline:single;} @page Section1 {size:609.55pt 33.0cm; margin:72.0pt 89.85pt 72.0pt 89.85pt; mso-header-margin:35.45pt; mso-footer-margin:35.45pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --> </style><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" >~Prologue~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><o:p> </o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Namaku Raisa. Aku hanyalah seorang mahasiswi di sebuah universitas swasta di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Jakarta</st1:city></st1:place> yang sedang menikmati hari Minggu sebelum liburan panjang akhir tahun dimulai. Aku mengisi hari ini dengan menonton sepupuku yang sudah berbahagia dengan liburan akhir semesternya bermain game terbaru di Playstationnya. Sedangkan aku? Liburan akhir tahun ini adalah waktu istirahat terakhir menjelang ujian semester pada bulan pertama di tahun baru. Sempat terlintas di benakku untuk mulai mengerjakan tugas-tugas yang telah kuterlantarkan berminggu-minggu. Namun, aku tidak punya mood untuk melakukannya. Setelah ia (sepupuku) merasa bosan bermain, ia pun mematikan PSnya dan aku pun turun ke lantai bawah, kembali ke kamarku.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Singkatnya, sore ini aku merasa sangat bosan. </span><span style="font-family:Pilgi1;">Termangu sendirian di kamar, menatap sebuah poster artis yang sangat kusukai,. Ya, pasti kalian telah menebaknya. Poster itu menampilkan <st1:city st="on">lima</st1:city> orang laki-laki, grup penyanyi yang sangat terkenal di <st1:place st="on">Asia</st1:place>, Dong Bang Shin Ki. Aku pun memutar lagu Bolero di HP, menikmati suara Jaejoong yang dengan merdu menyanyikan bagian reff Bolero. Tiba-tiba aku teringat suatu hal. Suatu ide terlintas di benakku yang sudah gerah menghadapi pelajaran kuliah yang sulit. Dengan semangat aku pun bergegas mandi, lalu menyalakan komputer kesayanganku. Setelah komputer sudah siap dengan menampilkan wallpaper kalender Oktober DBSK yang sedang memegang kotak kado dan balon berbentuk hati, aku pun dengan cepat membuka Microsoft Word dan Winamp, memutar lagu Wasurenaide. Lalu tanganku siap di atas keyboard...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Dan disinilah cerita ini dimulai...<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" >
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" >~</span><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" >1st Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Ae Rin, bangun!!!” teriak seorang pria muda di depan sebuah kamar yang di pintunya tergantung papan berdekorasi lucu bertuliskan ”Ae Rin’s Room”. ”Kalo ga bangun, oppa ga jadi ngajak kamu ketemu sama pacar oppa!” sambungnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Gadis yang tadinya masih tidur itu tersentak bangun lalu duduk di tepi ranjang. Sambil mengusap-usap matanya yang masih mengantuk, gadis itu pun beranjak ke pintu dan membukanya perlahan. ”Jung Min oppa, sabar dong.. Ae Rin masih ngantuk banget nih. Lagian <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> sekarang baru jam 10,” sahutnya sambil melirik jam dinding bergambar DBSK di kamar itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Dasar tukang tidur! Oppa janjian sama pacar oppa jam 11 tau! Dimana-mana cowok itu ga boleh telat kalo mau ketemu sama cewek. Lagian, <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> kamu yang ngotot mau ketemu sama pacar oppa setelah oppa cerita kalo pacar oppa itu salah satu staff BDSK artis pujaan kamu,” omel Jung Min agak kesal dengan tingkah adik satu-satunya yang sangat disayanginya itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Oppa pabo!! DBSK kali bukannya BDSK!! Iya-iya Ae Rin mandi sekarang..Weeeg!!!” sahut Ae Rin sambil menyiapkan baju yang akan dikenakannya lalu bergegas ke kamar mandi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Huh ini anak jahat banget sih ngatain oppanya.. Oppa <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> ga kenal sama BDSK atau DBSK itu.” jawab Jung Min masih kesal namun terlihat tersenyum menyadari kesalahannya mengingat nama artis kesukaan adiknya itu.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Ae Rin, ayo cepetan!! Ngapain bawa-bawa tas segede itu??” teriak Jung Min yang tidak sabaran dari dalam mobil.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Iya-iya. Hmm ada deh..” jawab Ae Rin penuh rahasia sambil setengah berlari menuju mobil itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Park Jung Min dan Park Ae Rin adalah dua orang kakak-beradik. Orangtua mereka sedang berada di Jepang untuk urusan bisnis, sedangkan mereka berdua tinggal di <st1:place st="on"><st1:city st="on">Seoul</st1:city></st1:place>. Karena Jung Min sudah lulus kuliah dan telah bekerja, maka orangtua mereka pun tidak khawatir meninggalkan Ae Rin yang masih SMA bersamanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Jung Min memacu mobilnya dengan cepat menuju sebuah cafe di tengah pusat <st1:city st="on">kota</st1:city> <st1:place st="on"><st1:city st="on">Seoul</st1:city></st1:place>. Setelah sampai di tempat parkir, ia segera memarkir mobilnya dan langsung memasuki cafe untuk memastikan apakah pacarnya sudah sampai disana atau belum. Ae Rin pun ikut-ikutan berlari untuk mengejar oppanya yang pasti sudah mendahuluinya karena memiliki kaki jenjang yang membuat larinya sangat cepat. Tinggi badan Jung Min sekitar 180 cm. Sedangkan Ae Rin? Tingginya hanya 160 cm. Beda 20 centi tentu membuat perbedaan yang mencolok antara ia dan oppanya meskipun tinggi badan 160 sudah termasuk tinggi bagi kaum wanita. Perbedaan itu pula yang seringkali membuat teman-teman Ae Rin mengira oppanya adalah pacarnya. Hahaha...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Di dalam cafe, ternyata pacar Jung Min sudah menunggu di salah satu meja empat orang di sudut jendela cafe.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Mianhe... aku terlambat gara-gara menunggu adikku.” ucap Jung Min sambil ngos-ngosan setelah terburu-buru memasuki cafe.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Annyong haseyo...” salam Ae Rin pada perempuan yang diajak bicara oleh Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Youn Ha, perkenalkan ini adikku Park Ae Rin yang sering kuceritakan,” ucap Jung Min. ”Ae Rin, ini Choi Youn Ha, pacar oppa.” lanjutnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Annyong haseyo, Ae Rin,” jawab Youn Ha sambil tersenyum manis pada Ae Rin. “Min~ah, Ae Rin, ayo duduk. Mau pesan apa?” tanya Youn Ha, lali memanggil waitress.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Jus melon saja,</span>”<span lang="FI"> jawab Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Aku pesan seperti biasa, cappucino,” jawab Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Omo...Youn Ha-onnie beneran kerja jadi staff DBSK??” tanya Ae Rin bersemangat namun malu-malu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Hush! Ae Rin, nafsu banget udah langsung nanya itu,” timpal Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Gapapa kok Min~ah,” ujar Youn Ha. ”Iya, onnie memang bekerja sebagai staff DBSK. Kamu fans mereka ya?” lanjutnya, bertanya kepada Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”I-iya onnie... Hmm boleh ga aku minta tolong buat ngasih sesuatu buat Jaejoong oppa??” tanya Ae Rin lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Ae Rin!!!” omel Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Min~ah...” protes Youn Ha. ”Boleh-boleh saja. Memangnya kamu mau kasih apa buat Jaejoong-sshi?” tanya Youn Ha lagi pada Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Ini...” jawab Ae Rin sembari mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Ooh jadi ini yang bikin tas kamu jadi segede itu? Isinya apa nih? Jangan-jangan bom lagi...” tanya Jung Min menggoda adiknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Nggak donk! Emangnya aku teroris?” marah Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Oke-oke... onnie akan sampaikan ke Jaejoong-shii deh,” jawab Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Gomawo ya onnie...” ujar Ae Rin penuh terima kasih, sembari mencibir oppanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Pertemuan mereka bertiga pun diisi dengan pertanyaan-pertanyaan Ae Rin mengenai DBSK. Jung Min hanya bisa merengut melihat pacarnya dikuasai adiknya. Dengan cepat Ae Rin dan Youn Ha menjadi akrab dan mereka pun bertukar nomor HP. Setelah Ae Rin puas bertanya pada Youn Ha, hari telah menjadi sore. Youn Ha pun pamit pulang karena harus mengurus pekerjaannya. Memang, menjadi staff artis besar seperti DBSK tidaklah mudah. Di hari Minggu seperti ini Youn Ha masih diharuskan bekerja. Jung Min dan Ae Rin pun pulang ke rumah. Ae Rin sangat senang, sedangkan Jung Min merasa kesal karena kencannya terusik. Tapi di dalam hatinya, Jung Min turut merasa senang akan kebahagiaan adiknya.<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" >
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" >~2nd Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Keesokan harinya, seperti biasa Ae Rin dan keenam teman-temannya berkumpul di caf</span><span style="font-family:EunBangwool;">é</span><span style="font-family:Pilgi1;"> Je t‘aime karena sekarang sedang libur musim dingin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Eh kalian nonton SBS Gayo Daejun ga semalem? Gila DB-oppa HOT abis...” kata seorang teman Ae Rin dengan sangat histeris.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Mendengarnya, keenam orang yang lain termasuk Ae Rin ikut-ikutan berteriak histeris.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Nonton dong! Rugi banget kalo ga nonton... </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Itu kan performance terakhir DB-oppa di Korea. </span><span style="font-family:Pilgi1;">Mereka backless bo! Aduh...Junsu-oppa cakep banget... Punggungnya... Kyaa~!” sambung seorang yang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Enak aja! Changmin-oppa lebih cakep tau!” balas seorang yang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Junsu-oppa dong!” jawabnya membela diri.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Changmin-oppa!” timpal pembela Changmin yang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Sudah-sudah… Gimana pun, Jae-oppa yang paling cakep!” sahut yang lain. Ae Rin manggut-manggut setuju dengan temannya yang satu itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Changmin-oppa!” balas 3 orang yang dari tadi membela Changmin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Junsu-oppa!” sahut pembela Junsu dengan gigih meskipun ia sendirian.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Aduh... capek denger kalian selalu berdebat tentang siapa yang paling cakep. DB-oppa itu cakep-cakep semua. Ga ada yang paling cakep dari yang lain,” sahut salah seorang teman Ae Rin yang dari tadi belum angkat bicara. ”Kecuali, Junsu-oppa dan Yunho-oppa...” lanjutnya yang langsung disambut teriakan ”Huuu” panjang dari yang lain.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Mereka bertujuh memang selalu berkumpul di caf</span><span style="font-family:EunBangwool;">é</span><span style="font-family:Pilgi1;"> itu ketika sedang liburan dan topik pembicaraan mereka selalu sama: tentang Dong Bang Shin Ki. Mereka bertujuh adalah Park Sung Hee, yang menyukai Junsu dan Yunho, memiliki sikap paling dewasa diantara yang lain; Seo Hae Yeo, yang menyukai Changmin, tingkahnya paling histeris bila menyangkut DBSK; Hwang Seul Byul dan Lee Hae In, bersama-sama dengan Hae Yeo menyukai Changmin dan mereka bertiga sering pula memperebutkan Changmin; Nam Jin Ah, yang menyukai Junsu; serta Shin Sae Ri dan Ae Rin sendiri yang menyukai Jaejoong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Meskipun sering bertengkar bila sudah menyangkut DBSK, tetapi mereka selalu saling membantu satu sama lain karena mereka sudah berteman sejak bangku sekolah dasar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Eh, kalian tahu tidak, ternyata pacar Jung Min-oppa adalah staff Dong Bang Shin Ki.” ujar Ae Rin setelah perdebatan mereda.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Hah?!</span>”<span lang="SV"> serempak teman-temannya terkejut.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Ae Rin sayang, kok ga cerita-cerita sih?? Kan kalo kenal staff DBSK, kita bisa titip hadiah buat DB-oppa!</span>”<span lang="SV"> sahut Sae Ri yang disambut anggukan kelima temannya yang lain.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Soal hadiah... kemarin aku sudah bertemu dengan pacar oppa-ku itu, Youn Ha-onnie, dan menitipkan hadiah untuk Jae-oppa...</span>”<span lang="SV"> kata Ae Rin ragu-ragu, takut teman-temannya akan marah kepadanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Aaaa... Ae Rin curang kok ga ngajak-ngajak sih...</span>”<span lang="SV"> sahut Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Iya nih... </span>”<span lang="SV"> koor yang lainnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Mian... kemarin itu bener-bener mendadak banget. Jung Min-oppa baru cerita kemarin lusa, dan aku yang terlalu senang jadi melupakan kalian...</span>”<span lang="SV"> sesal Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudahlah.. </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Tapi lain kali, kamu harus kasih tau ya.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"> kata Sung Hee meredakan suasana. Yang lain pun mengangguk setuju, lalu tersenyum.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin merasa senang karena sahabat-sahabatnya ini selalu mengerti dirinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Gimana pacarnya Jung Min-oppa? Cantikkah? Baikkah? Padahal aku sempat berharap jadi pacar Jung Min-oppa.</span>”<span lang="FI"> sahut Jin Ah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Huuu... Meski Jung Min-oppa memang baik dan lumayan cakep, tapi ketuaan buat kita yang masih 17an ini.</span>”<span lang="NO-BOK"> balas Hae In.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Ya juga sih. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Umur Jung Min-oppa kan sudah 28. Hehehe....</span><span style="font-family:Pilgi1;">” </span><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">jawab Jin Ah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Youn Ah-onnie cantik, baik banget, umurnya 23...</span>”<span lang="NO-BOK"> cerita Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Setelah Ae Rin selesai bercerita, tiba-tiba ia merasa sangat pusing dan memegang kepalanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Ae Rin? Kamu ga apa-apa?</span>”<span lang="NO-BOK"> Sung Hee bertanya dengan khawatir.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Ga apa-apa kok. Tapi kayaknya aku mau pulang duluan deh. Sori ya aku duluan...</span>”<span lang="NO-BOK"> jawab Ae Rin sambil melambaikan tangannya ke teman-temannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Daah...</span>”<span lang="FI"> koor teman-temannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Eh jadi gimana rencana kita? </span></span><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Kita harus kasih surprise buat Ae Rin di ulang tahunnya nanti.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK"> kata Sung Hee setelah mem</span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">astikan Ae Rin sudah jauh dari caf</span><span lang="FI" style="font-family:EunBangwool;">é</span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ulang tahun Ae Rin enak banget ya... tanggalnya bisa sama dengan ulang tahun Jae-oppa...</span>”<span lang="FI"> sahut <st1:place st="on"><st1:city st="on">Sae</st1:city> <st1:state st="on">Ri</st1:state></st1:place> agak iri.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Iya nih... coba ulang tahunku juga barengan ama Changmin-oppa...</span>”<span lang="FI"> kata Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sudah-sudah... ayo kita diskusiin rencananya...</span>”<span lang="FI"> Sung Hee mengarahkan topik pembicaraan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Mereka berenam pun merancang strategi untuk memberi kejutan untuk Ae Rin yang ke-18 ini. Ultah Ae Rin memang bertepatan dengan ultah Jaejoong, yakni tanggal 26 Januari dan hal itu membuat iri teman-temannya yang tidak satu pun ultah di hari yang sama dengan member DBSK favoritnya.<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="FI">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="FI">~3rd Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Tanggal 31 Desember pun tiba. Ae Rin yang berencana untuk merayakan tahun baru bersama dengan teman-temannya tiba-tiba dihubungi oleh Youn Ha untuk menggantikan pekerjaannya mengawasi DBSK yang sedang berada di Korea untuk tahun baru di kampung halaman karena ia sedang sakit. Ae Rin tidak mau melewatkan kesempatan ini dan menyetujuinya. Ia langsung menghubungi teman-temannya, memberitahu kalau ia tidak jadi ikut acara tahun baru bersama dan menanyakan teman-temannya kalau-kalau mereka mau menitipkan hadiah kepada DBSK.</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sorenya, setelah mengumpulkan titipan dari teman-temannya dan memasukkannya ke dalam tas besar, Ae Rin diantarkan oleh Jung Min ke SM Entertainment. Ae Rin pun diperkenalkan pada Pak Lee, manajer DBSK dan ia langsung diberi daftar hal-hal yang harus dilakukan. Jantung Ae Rin berdegup kencang tidak keruan menanti pertemuannya dengan anggota DBSK secara langsung. Namun ia harus tetap konsisten dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ketika ia sedang membereskan ruang latihan DBSK yang sedang sepi, tiba-tiba terdengar suara pintu ruangan itu terbuka. Ae Rin terkejut dan menoleh, dilihatnya lima orang pria gagah dan tampan yang tak lain adalah Dong Bang Shin Ki! Ae Rin sangat terkejut bercampur senang tak terkira dapat melihat DBSK secara langsung. Tiba-tiba kepalanya pusing, pandangannya menjadi kabur, gelap dan ia tak sadarkan diri...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Di dalam kegelapan, ia merasa tubuhnya sangat ringan dan terasa sepasang tangan mengangkatnya. Entah selama berapa lama Ae Rin menikmati perasaan itu di dalam kegelapan sampai ia sayup-sayup mendengar suara...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hei, kamu tidak apa-apa?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Otaknya bereaksi dengan suara itu dan matanya pelan-pelan terbuka, namun cahaya di luar terlalu terang sehingga mengaburkan pandangannya. Setelah mengerjapkan mata berulang kali, barulah penglihatannya kembali normal dan terlihat wajah seorang pria yang sangat familiar sedang menatapnya, yakni Jaejoong. Merasa tidak yakin dengan penglihatannya, Ae Rin mengira itu hanya mimpi, ia kembali jatuh pingsan kedua kalinya. Sejenak Ae Rin merasa damai dan tenang, lalu kembali terdengar suara-suara berisik di telinganya samar-samar. Ketika ia membuka mata kembali, ia melihat sebuah ruangan serba putih. Ia bingung dan mencoba bangkit, namun ada tangan yang menahannya dari samping. Kali ini barulah Ae Rin merasa semua ini kenyataan setelah merasa sakit yang amat sangat di kepala dan tangannya. Ia kembali berbaring, masih merasa asing di ruangan putih ini dan terdengar suara lembut dari sebelah kanannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Kamu tidak apa-apa?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin menoleh ke sumber suara itu. Terlihat wajah seseorang yang selalu tampak sebagai wallpaper handphonenya, wallpaper komputernya, dan memenuhi dinding kamarnya. Ternyata Jaejoong!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Masih merasa tidak yakin dengan apa yang dilihatnya, Ae Rin membuka suara dengan susah payah sambil menahan rasa sakit di kepalanya,</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Dimana ini?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Di rumah sakit. Tadi sore kamu pingsan di ruang latihan, lalu kami berusaha menyadarkanmu tapi kamu malah pingsan lagi.</span>”<span lang="SV"> suara Jaejoong terdengar berat dan capek.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin mencoba mengangkat tangan kanannya dan melihat jarum infus disana. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Aku pingsan? Sekarang jam berapa?</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sekarang... Jam 11.55. Lima menit lagi tahun baru.</span>” <span lang="FI">jawab Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin berusaha mengingat-ingat apa saja yang terjadi. Youn Ha memberitahunya untuk menggantikan sebagai staff sampai ia melihat lima anggota DBSK di ruang latihan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Oppa... Apakah oppa sudah menerima hadiah dariku yang kutitipkan pada Youn Ha-onnie?</span>”<span lang="FI"> tanya Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sudah. Syalnya sangat bagus. Aku suka warnanya. Terima kasih ya.</span>”<span lang="FI"> jawab Jaejoong. </span>”<span lang="FI">Kamu staff pengganti Choi Youn Ha untuk malam ini <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>? Kami tadi sudah menghubungi oppa-mu, ia tadi sempat datang tetapi sepertinya ia sedang sibuk dan ia akan datang lagi pagi ini. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Istirahatlah lagi. Malam masih panjang.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin kembali mengangguk pada Jaejoong dan berkata, </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Happy New Year...</span>”<span lang="SV"> meskipun tadi Jaejoong bilang masih 5 menit lagi baru pergantian tahun. Lalu ia memejamkan matanya lagi. Ia masih terlalu pusing dan kepalanya tidak bisa diajak kompromi untuk terus sadar.<o:p></o:p></span></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="SV">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="SV">~4th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Pagi harinya, Jung Min baru sampai di rumah sakit. Ia sangat capek semalaman, bolak-balik ke rumah Youn Ha dan rumah sakit. </span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Youn Ha sakit dan ia terus menemaninya. Ternyata adiknya juga sakit dan masuk rumah sakit. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Dengan buru-buru Jung Min langsung berlari menuju kamar adiknya. Di depan kamar, terlihat 4 orang anggota Dong Bang Shin Ki sedang tidur dan mereka terbangun mendengar suara langkah Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Aku sungguh meminta maaf karena telah merepotkan kalian.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min sambil menundukkan kepala, nafasnya memburu karena kelelahan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak apa-apa. Bagaimana pun, kami ikut bertanggung jawab akan adikmu. Kamu pacarnya Choi Youn Ha kan? Pasti kamu sangat repot karena harus menjaga Youn Ha-sshi yang sakit.</span>”<span lang="SV"> sahut Yunho. </span></span><span lang="SV" style="font-family:EunBangwool;">”</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Masuklah, temui adikmu.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> lanjutnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min pun masuk ke kamar dan melihat Jaejoong tertidur di samping ranjang Ae Rin sementara Ae Rin baru saja membuka matanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jaejoong-sshi...</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min sambil menyentuh pundak Jaejoong untuk membangunkannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong pun terbangun dan melihat Ae Rin yang sudah sadar, lalu ia bangkit dari tempat duduknya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Terima kasih telah menjaga adikku.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min penuh terima kasih.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong membungkukkan badannya, lalu ia beranjak keluar kamar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min menghampiri adiknya lalu berkata, </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, apa kamu baik-baik saja? Bagian mana yang sakit?</span>”<span lang="SV"> Jung Min sangat khawatir dengan Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak apa-apa, oppa. Sudah baikan kok</span>”<span lang="SV"> Ae Rin berbohong padahal kepalanya masih terasa sakit.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Syukurlah. Oppa sangat capek semalaman karena menjaga Youn Ha yang sedang sakit. Eh, kamu malah masuk rumah sakit.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Mianhe oppa...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudahlah. Sekarang oppa mau menemui dokter dulu. Kamu istirahat saja.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min. Lalu ia keluar kamar untuk menemui dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Melihat Jung Min pergi menemui dokter, kelima anggota DBSK masuk untuk menemani Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Bagaimana kabarmu?</span>”<span lang="SV"> tanya Yunho.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudah baikan. Maaf sudah merepotkan...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak apa-apa kok.</span>”<span lang="SV"> kata Junsu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa ada disini semalaman? Apa tidak menghebohkan rumah sakit?</span></span><span lang="SV" style="font-family:EunBangwool;">”</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"> tanya Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oh, rumah sakit ini tempat kami biasa berobat. Jadi, kehadiran kami disini dirahasiakan. Tenang saja.</span>”<span lang="SV"> terang Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jae-hyung, pulanglah duluan. Istirahatlah hari ini. Kamu kan sudah berjaga semalaman.</span>”<span lang="SV"> kata Changmin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong menurutinya lalu ia pulang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Namamu Ae Rin <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>? Kamu beruntung sekali. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jae-hyung tidak pernah bersikap seperti itu kepada perempuan lain. Ia merasa bersalah karena kamu pingsan lagi setelah melihatnya.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> ujar Yoochun.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin terlihat bingung. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa saja yang terjadi selama aku pingsan?</span>”<span lang="SV"> tanyanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ketika kamu tiba-tiba pingsan di ruang latihan, Jae-hyung langsung berlari menahanmu agar tidak jatuh ke lantai. Lalu ia menggendongmu ke ruang ganti dan membaringkanmu di sofa, mencoba menyadarkanmu. Sesaat kamu sempat sadar, tapi setelah melihat mukanya kamu malah pingsan lagi. Karena panik ia langsung membawamu ke rumah sakit. Kami juga sangat panik waktu itu. Lalu, ia menjagamu semalaman di kamar ini. Untung saja jadwal kami sedang kosong untuk malam ini.</span>” <span lang="SV">terang Yunho panjang lebar.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Wajah Ae Rin langsung memerah mendengarnya. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ya Tuhan, Jaejoong-oppa berbuat seperti itu padaku?</span>”<span lang="SV"> batinnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Kenapa? Kamu demam?</span>”<span lang="SV"> tanya Junsu melihat wajah Ae Rin yang memerah dan memegang keningnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Mmm.. tidak kok. Aku baik-baik saja.</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin malu-malu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Oh ya, kami juga membawa serta tasmu kesini. Maaf kalau aku sudah lancang, tapi didalamnya ada tujuh buah kotak kecil yang bertuliskan nama-nama kami. Apa maksudnya?</span>”<span lang="FI"> tanya Changmin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Itu... hadiah dariku dan teman-temanku. Silahkan diambil, oppa.</span>”<span lang="FI"> jawab Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Lalu Junsu, Yoochun, Changmin dan Yunho melihat kotak-kotak itu dan mengambil sesuai namanya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hei, kenapa hanya aku yang tidak dapat?</span>” </span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Yoochun merengut melihat Changmin mendapat 3 buah, Junsu 2 buah, Yunho 1 buah sedangkan Jaejoong mendapat 2 buah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Hyung mau punyaku?</span>”<span lang="FI"> tanya Changmin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Tapi Yoochun malah mencoba merebut milik Junsu, sementara Junsu tidak mau berbagi. Akhirnya semuanya tertawa melihat tingkah mereka berdua. Ae Rin ikut tertawa, namun ia kembali merasa pusing dan ia memejamkan mata tanpa menghiraukan keributan yang dibuat oleh Yoochun dan Junsu.<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="FI">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="FI">~5th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sementara itu, di ruangan dokter...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Dokter, bagaimana keadaan adik saya?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Adik anda baik-baik saja. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ia hanya kelelahan sehingga jatuh pingsan.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> kata dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Kapan ia bisa pulang?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Hari ini ia boleh pulang. Tapi, tolong biarkan ia beristirahat di rumah selama beberapa hari.</span>”<span lang="PT-BR"> ujar dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Baiklah. Terima kasih dok.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min sambil berjabatan tangan dengan dokter itu lalu ia kembali ke kamar Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Di kamar Ae Rin, ternyata personil DBSK sudah pulang. Terlihat Ae Rin yang sedang tidur sehingga Jung Min melangkah perlahan menuju sofa di kamar itu, menunggu sampai adiknya bangun dan mengajaknya pulang ke rumah.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Keesokan harinya, keenam sahabat Ae Rin datang mengunjungi Ae Rin di rumahnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin.. kamu sudah sembuh?</span>”<span lang="SV"> tanya Sung Hee.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Gimana? Kamu sudah kasih titipannya ke DBSK?</span>”<span lang="SV"> tanya Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hush! Jangan bilang gitu dong. Kan Ae Rin baru pulang dari rumah sakit.</span>”<span lang="SV"> kata Sae Ri.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sudah baikan kok. Hadiah kalian sudah kuberikan pada DBSK.</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin. </span>”<span lang="SV">Tapi, Yoochun-oppa kasihan sekali tidak mendapat bagian.</span>”<span lang="SV"> lanjutnya sambil tersenyum.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Makanya... harusnya kamu kasih hadiahnya ke Yoochun-oppa, Hae In.</span>”<span lang="SV"> kata Seul Byul.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Enak saja. Kenapa harus aku? Kan aku suka sama Changmin-oppa, bukannya Yoochun-oppa.</span>”<span lang="SV"> balas Hae In.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Suasana menjadi ramai karena keenam sahabatnya itu. Ae Rin sangat senang akan kunjungan mereka karena ia merasa sangat bosan di rumah sendirian. Ia tidak diperbolehkan Jung Min keluar rumah selama beberapa hari.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Eh Ae Rin, kapan kamu bisa ikut kumpul di cafe lagi? Sepi lho ga ada kamu...</span>”<span lang="FI"> tanya Jin Ah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Aku juga tidak tahu. Jung Min-oppa terlalu berlebihan sih, masa mengurung adiknya di rumah. Aku kan sehat-sehat saja.</span>”<span lang="FI"> sahut Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Tiba-tiba kepala Ae Rin kembali pusing. Keenam sahabatnya pun pamit pulang untuk membiarkan Ae Rin beristirahat.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Dengan cepat waktu berlalu. Sekarang sudah tanggal 20, seminggu lagi Ae Rin akan merayakan ulang tahunnya yang ke 18. ia masih tidak diperbolehkan keluar rumah oleh Jung Min. Hari ini Youn Ha datang ke rumah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin, ini ada <st1:city st="on">surat</st1:city> undangan ke pesta ulang tahun Jaejoong-sshi tanggal 26 nanti untukmu.</span>”<span lang="FI"> kata Youn Ha sambil menyerahkan <st1:place st="on"><st1:city st="on">surat</st1:city></st1:place> undangan itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Asyik... pasti aku akan datang.</span>”<span lang="FI"> sahut Ae Rin senang.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tapi <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> kamu masih belum sehat, Ae Rin.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Oppa, memangnya aku sakit apa? Aku baik-baik saja kok. Bolehin aku pergi sehari saja ya? Kan hari itu juga hari ulang tahunku. Jarang-jarang bisa mera</span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">yakannya bersama DBSK.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> mohon Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tapi...</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Min~ah, biarkan Ae Rin pergi sehari saja. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Aku akan menjaganya disana.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> kata Youn Ha mencoba membujuk Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ayolah oppa... Boleh ya??</span>”<span lang="SV"> mohon Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oke. Karena Youn Ha akan menjagamu, kamu boleh pergi.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Onnie, gomawo ya.. Ulang tahunku kali ini pasti akan sangat menyenangkan.</span>”<span lang="SV"> kata Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Iya. Sekarang kamu istirahat saja. Jangan sampai pada hari H kamu malah sakit lagi.</span>”<span lang="FI"> kata Youn Ha sambil merebahkan badan Ae Rin dan menyelimutinya.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="FI">~6th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Tanggal 26 yang dinanti-nanti akhirnya tiba. Pesta ulang tahun Jaejoong dimulai pukul 3 sore, jadi sejak pagi teman-teman Ae Rin sudah datang dan mereka mengadakan pesta ulang tahun kecil-kecilan di rumah Ae Rin. Rencana yang telah disusun terpaksa batal karena Ae Rin tidak diperbolehkan keluar rumah. Jam 3 tepat Youn Ha menjemput Ae Rin untuk ke pesta. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin sempat merasa pusing, namun ia menyembunyikannya dari Youn Ha. Disana sangat ramai. Banyak artis-artis terkenal yang hadir. Namun mata Ae Rin hanya tertuju pada Jaejoong untuk mengucapkan selamat secara langsung.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jaejoong-sshi...</span>”<span lang="SV"> kata Youn Ha memanggil Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ah. Youn Ha-sshi dan Ae Rin. Kalian juga datang rupanya.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Saengil chukka hamnida Jaejoong-oppa.</span>”<span lang="FI"> kata Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Gomawo. Kamu sudah keluar dari rumah sakit? Sudah sembuh ya?</span></span><span lang="FI" style="font-family:EunBangwool;">”</span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"> tanya Jaejoong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sudah. Aku baik-baik saja kok.</span>”<span lang="FI"> kata Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Kalau begitu aku permisi dulu ya. Aku masih harus memberi salam pada tamu-tamu lainnya.</span>”<span lang="FI"> kata Jaejoong, lalu ia pergi menghampiri tamu lainnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin dan Youn Ha pun menikmati pesta itu. Youn Ha mengajak Ae Rin menemui beberapa orang yang dikenalnya, namun kepalanya terasa sangat sakit sehingga ia meminta Youn Ha mengantarnya pulang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sesampainya di rumah, Ae Rin mencoba istirahat, berharap sakit kepalanya bisa hilang setelah ia tidur. Youn Ha awalnya menemaninya namun karena ada pekerjaan, ia meninggalkan Ae Rin yang sedang tidur.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jam 7 malam, Jung Min pun pulang. Ia telah ditelepon Youn Ha soal Ae Rin dan ia langsung ke kamar Ae Rin untuk melihat kondisinya. Disana Ae Rin sudah bangun, tapi ia malah muntah-muntah sampai akhirnya ia tidak sadarkan diri. Ae Rin pun dibawa ke rumah sakit...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin, kamu baik-baik saja?</span>”<span lang="FI"> tanya Jung Min cemas setelah dokter selesai memeriksa adiknya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sudah baikan, oppa. Tadi entah kenapa aku malah muntah, padahal tidak terasa mual sama sekali.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Sekarang kamu istirahat saja. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Kamu kekurangan cairan karena muntah terus jadi kamu harus diopname beberapa hari disini.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> kata Jung Min sambil membelai kening Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ya oppa.</span>”<span lang="FI"> patuh Ae Rin, lalu ia pun tidur.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Jung Min-sshi, dokter ingin bertemu dengan Anda.</span>”<span lang="FI"> kata perawat yang baru saja masuk ke kamar Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Di ruangan dokter...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Dok, adik saya tidak apa-apa <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak apa-apa. Sepertinya pencernaannya terganggu akibat salah makan.</span>”<span lang="SV"> jawab dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Baiklah kalau begitu. Terima kasih dokter</span>”<span lang="SV"> ujar Jung Min mengakhiri pembicaraan.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Keesokan harinya, teman-teman Ae Rin datang menjenguk.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, sudah merasa baikan?</span>”<span lang="SV"> tanya Sung Hee.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin mengangguk dengan semangat. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Iya dong. Aku sudah bosan di rumah sakit. Aku tidak mau lagi masuk kesini. Bau obat-obatan membuatku mual saja. Jung Min-oppa bilang, sore ini aku sudah bisa pulang ke rumah.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Baguslah kalau begitu. Kami akan tetap disini sampai Jung Min-oppa menjemputmu.</span>”<span lang="SV"> kata Sae Ri.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Wah hitung-hitung bisa ketemu sama Jung Min-oppa nih..</span>”<span lang="SV"> kata Jin Ah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Dasar kamu ada-ada saja. </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min-oppa sudah punya pacar, tahu!</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> sahut Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Biarin. Weeg!!</span>”<span lang="SV"> balas Jin Ah sambil mencibir Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Weeg!!</span>” <span lang="SV">balas Hae Yeo.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hae Yeo cemburu nih ye..</span>”<span lang="SV"> balas Jin Ah.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Enak aja!” timpal Hae Yeo.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“Ssst..!! Harap tenang!” tegur perawat yang mendatangi kamar itu karena suara rebut-ribut yang terdengar sampai ke luar.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Kontan tujuh sahabat itu tertawa diam-diam. Mereka melanjutkan pertengkaran lagi, tapi kali ini dengan suara yang kecil.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Kepala Ae Rin tiba-tiba terasa sakit. </span><span style="font-family:Pilgi1;">Rasa sakit yang sangat menusuk kepalanya. Ia memegangi kepalanya, menahan sakit sampai ia menangis. Teman-teman Ae Rin melihatnya cemas, lalu memanggil perawat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Mereka pun terpaksa pulang karena diusir oleh perawat. Lagipula, dokter sedang sibuk memeriksa Ae Rin dan memberi obat penahan sakit padanya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sesuai janji, Jung Min datang ke rumah sakit setelah pulang kerja untuk menjemput Ae Rin. Namun ketika ia sampai di kamar Ae Rin, terlihat Ae Rin mengenakan selang oksigen dan jarum infus yang menusuk tangannya bertambah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Suster, apa yang terjadi pada adik saya? Bukankah ia seharusnya bisa pulang hari ini?</span>”<span lang="FI"> tanya Jung Min pada perawat yang sedang mengontrol kondisi Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Tadi adik anda tiba-tiba menderita sakit kepala sampai ia sangat kesakitan lalu pingsan. Oh ya, dokter ingin bertemu dengan Anda secepatnya.</span>”<span lang="FI"> jawab perawat itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Apa? Baiklah saya permisi dulu.</span>”<span lang="FI"> sahut Jung Min lalu ia segera pergi ke ruangan dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Di ruangan dokter..<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ah, Jung Min-sshi. Baguslah anda cepat datang. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan.</span>”<span lang="SV"> kata dokter begitu melihat Jung Min masuk ke ruangannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<st1:place st="on"><st1:city st="on"><span lang="SV">Ada</span></st1:city></st1:place><span lang="SV"> apa dengan adik saya, dok?</span>”<span lang="SV"> tanya Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Sebelumnya, dimana orang tua anda? Saya juga perlu menemui mereka karena hal ini sangat penting.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Orang tua saya masih berada di Jepang. Ada apa sebenarnya sampai begitu penting?</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Begini, adik anda tadi terserang sakit kepala yang sangat menyiksanya. Saya sudah memberi obat penahan rasa sakit padanya. Tapi, saya ingin ia terus diopname di rumah sakit karena saya menemukan beberapa kejanggalan mengenai kondisi adik anda. Sebelumnya adik anda juga muntah-muntah tanpa rasa mual, bukan? Dua gejala itu membuat diagnosa saya mengarah pada penyakit tumor otak.</span>”<span lang="PT-BR"> jelas dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min terdiam. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ia sangat shock mendengar diagnosa dokter itu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Adik anda belum tentu menderita tumor otak. Saya ingin melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan dugaan saya salah atau benar. Jadi, saya mohon kerjasama dari pihak keluarga.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Baiklah, dokter. Saya akan segera meminta orang tua saya kembali ke Seoul. Lakukan saja pemeriksaan itu, apa pun jenisnya, demi kesehatan adik saya.</span>”<span lang="PT-BR"> kata Jung Min pada akhirnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Baiklah kalau begitu. Saya juga berharap hasil pemeriksaan akan cepat keluar sehingga semuanya menjadi jelas.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Terima kasih dokter.</span>” <span lang="SV">Jung Min keluar dari ruangan dokter dengan langkah lunglai. Ia sangat shock. Perkataan dokter tadi sungguh tidak masuk akal. Ia yakin kalau adiknya baik-baik saja. Ae Rin masih muda, baru berumur 18 tahun, tidak mungkin ia bisa terkena penyakit parah seperti itu...<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Lalu Jung Min kembali ke kamar dimana Ae Rin dirawat. Ia duduk di kursi di sebelah tempat tidur Ae Rin, menggenggam tangannya sambil menatap selang oksigen dan jarum infus yang terlihat menyakitkan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, semoga kamu tidak apa-apa...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="SV">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="SV">~7th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Sudah seminggu Ae Rin dirawat di rumah sakit. Hampir setiap hari teman-temannya menjenguk. Sesekali Dong Bang Shin Ki juga datang karena pemberitahuan dari Youn Ha. Semuanya selalu menghibur Ae Rin, terutama Jaejoong. Ia terlihat sangat khawatir pada Ae Rin. Sepertinya ia merasa bersalah telah membuat Ae Rin masuk rumah sakit pertama kali. Setiap jam berkunjung habis dan teman-temannya pulang, Jaejoong selalu mencari-cari alasan untuk dikatakan pada perawat agar ia bisa tetap tinggal menemani Ae Rin meskipun ia sedang sibuk dengan jadwal Dong Bang Shin Ki yang padat.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Sebenarnya, sesekali Ae Rin masih sakit kepala dan muntah-muntah. Tapi ia selalu menahannya sampai Jung Min dan Jaejoong pulang. Ia juga minta pada perawat agar tidak memberitahu Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Hari ini, ketika Jung Min dan Jaejoong sedang menemani Ae Rin, perawat memanggil Jung Min untuk menemui dokter. Ia pun pergi ke ruangan dokter sementara Jaejoong menemani Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Di ruangan dokter...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<st1:place st="on"><st1:city st="on"><span lang="SV">Ada</span></st1:city></st1:place><span lang="SV"> apa dokter ingin menemui saya?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Orang tua anda belum datang?</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Belum dok. Masih ada urusan penting yang harus mereka kerjakan di Jepang.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, saya harus segera menemui orang tua anda karena hasil pemeriksaan adik anda sudah keluar.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa hasilnya? Ae Rin sehat-sehat saja kan?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hasilnya positif...</span>”<span lang="SV"> kata dokter pelan-pelan agar tidak mengejutkan Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min terdiam selama beberap saat. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Positif? Apakah itu artinya Ae Rin benar-benar menderita tumor otak?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR">Benar.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">A-adakah cara untuk mengobatinya?</span></span><span lang="PT-BR" style="font-family:EunBangwool;">”</span><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Tumor ini berada pada bagian fosa posterior. Tumor dapat disembuhkan dengan metode radioterapi, namun sifat metastasis tumor ini akan menyulitkan penyembuhan. Tapi, saya sarankan agar kita melakukan radioterapi karena tumor ini masih belum terlalu menyebar. Dengan kata lain, tumor ini termasuk tumor ganas atau dapat pula disebut kanker otak, tapi bila dideteksi secara dini, kemungkinan sembuh akan semakin besar.</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="PT-BR">Radioterapi?</span>”<span lang="PT-BR"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Radioterapi merupakan cara pengobatan dengan menyinari bagian tubuh tertentu, dalam kasus ini adalah otak, untuk mengahancurkan sel-sel limfoma atau sel-sel kanker. Metode ini tidak menyebabkan rasa sakit dan pasien tidak harus dirawat di rumah sakit. Pasien hanya perlu menjalaninya lima kali seminggu, selama 2-6 minggu tergantung kondisi pasien. Tetapi ada beberapa pasien yang memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa ada efek sampingnya?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Karena pengobatan dilakukan pada sel otak, dengan kata lain di kepala, maka akan terjadi kerontokan rambut. Sayangnya, pengobatan di kepala akan membuat rambut tidak tumbuh lagi. Kadang-kadang, kulit di atas sel kanker yang diobati mengalami luka bakar karena radiasi, menjadi merah dan nyeri. Selain itu, banyak orang merasa lelah dan lesu saat menjalani radioterapi dan jumlah sel darah putih dalam darah mereka mungkin menurun, sehingga pasien lebih rentan terhadap infeksi selama pengobatan. Pasien juga akan mengalami mual dan muntah, mulut atau tenggorokan nyeri dan kesulitan menelan, lelah dan lesu, sariawan dan diare.</span>”<span lang="FI"> jelas dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Dokter, lakukan saja apa pun yang terbaik demi kesembuhan Ae Rin. Ia dirawat di rumah sakit saja. Tapi tolong jangan katakan pada Ae Rin. Saya tidak ingin ia bersedih.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Tapi, Jung Min-sshi, pasien harus mengetahuinya mengingat efek samping yang ditimbulkan akan sangat menyiksanya.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Tolonglah, dokter. Nanti saya akan mencoba memberitahu padanya pelan-pelan.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Baiklah.</span>”<span lang="FI"> jawab dokter itu setelah berpikir beberapa saat.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Terima kasih, dokter. Saya permisi dulu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min keluar dari ruangan dokter dengan langkah berat. Ia sangat shock dan sedih. Ia tidak tega membayangkan Ae Rin menderita akibat efek samping pengobatannya, namun demi kesembuhan Ae Rin, apa pun akan dilakukannya. Ia pun menepon orang tuanya untuk segera kembali ke Seoul dan menceritakan semua yang terjadi, lalu ia juga menghubungi Youn Ha.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jae-oppa, kok Jung Min-oppa lama sekali?</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin yang masih mengenakan selang oksigen.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sebentar ya, oppa cari Jung Min-oppa dulu.</span>”<span lang="SV"> sahut Jaejoong lalu ia keluar kamar mencari Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ia mencari Jung Min di sekitar ruangan dokter dan menemukannya sedang menelepon.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Youn~ah, Ae Rin... ia terkena kanker otak...</span>”<span lang="SV"> suara Jung Min yang sedang menelepon itu terdengar jelas di telinga Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong segera menghampiri Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, apa yang terjadi? </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin terkena kanker otak?!</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min yang menyadari kehadiran Jaejoong segera menutup teleponnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa? Kamu salah dengar. </span></span><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Aku tidak bilang seperti itu. Aku bilang...</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Aku tidak salah dengar! Tolong katakan yang sebenarnya, Jung Min-sshi!</span>”<span lang="NO-BOK"> cecar Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Memang apa urusannya denganmu? Kenapa aku harus memberitahu padamu?</span>”<span lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Karena...karena.......karena aku mencintai Ae Rin..</span>”<span lang="NO-BOK"> jawab Jaejoong terbata-bata sambil memalingkan wajahnya dari Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Cinta? Tidak usah mencintai Ae Rin! Ia akan menjadi gadis tidak berambut, menderita akan terapi pengobatannya!</span>”<span lang="NO-BOK"> teriak Jung Min sambil mencekal baju yang dikenakan Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Apa!?</span>”<span lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Tiba-tiba seorang perawat datang menghampiri mereka dan berkata, </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Jung Min-sshi, adik anda...</span>”<span lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Seketika Jung Min diikuti Jaejoong berlari menuju kamar Ae Rin. Disana, Ae Rin sedang muntah-muntah berulang kali sampai nafasnya terengah-engah dan terbatuk. Lalu Ae Rin memekik keras sambil memegang kepalanya. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="NO-BOK">Aaaargh...sakit...sakit....</span>”<span lang="NO-BOK"> teriak Ae Rin berulang-ulang.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><span lang="NO-BOK"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin sudah kembali tenang. Ia sekarang sedang tidur setelah diberi obat penahan sakit oleh dokter.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="NO-BOK" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min menghampiri dokter yang baru akan keluar dari kamar Ae Rin. </span><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="NO-BOK">Dok, kenapa tiba-tiba penyakit Ae Rin kumat? </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Selama ini...</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin menyembunyikan rasa sakitnya dari kalian.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Apa?!</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ya. Setiap sebelum kalian datang, Ae Rin selalu minta obat penahan sakit lebih banyak agar ia tidak terlihat sakit. Tetapi setelah kalian pulang pada malam hari, ia selalu merasa sakit kepala dan muntah-muntah seperti yang kalian lihat tadi. Ia sangat menderita. Tadi pagi sebelum kalian datang, ia bilang keadaannya sangat baik hari ini dan ia tidak meminta obat penahan sakit.</span>”<span lang="FI"> setelah berkata demikian, dokter pun meninggalkan mereka.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong sangat shock. Ia menangis di luar, meninju tembok berulang kali sambil menyesali tindakannya selama ini. Ia tidak sungguh-sungguh menjaga Ae Rin, perempuan yang dicintainya, dan secara tidak langsung membuat Ae Rin lebih menderita.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min hanya bisa bersandar ke dinding sebelum akhirnya tubuhnya merosot ke lantai. Ia termenung sementara air matanya sudah mengering. Ia sudah tidak mampu menangis lagi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Pilgi1;">Credit info @ <a href="http://www.pjnhk.go.id/">www.pjnhk.go.id</a>, <a href="http://efekbestral2007.blogspot.com/">http://efekbestral2007.blogspot.com/</a>, dan www.c3friends.com</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Pilgi1;">
<br /></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="font-family:Pilgi1;"> </span><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" >~8th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Youn Ha pun sampai di rumah sakit..<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Min~ah, apa yang terjadi? </span></span><span lang="DE" style="font-family:Pilgi1;">Tiba-tiba telepon darimu terputus saat kamu bilang... </span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ah, Jaejoong-sshi. Annyeong haseyo.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong membalas salam Youn Ha dengan membungkukkan badan sebentar lalu ia masuk ke kamar Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Min~ah... ceritakan padaku apa yang terjadi...</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin...Ae Rin... Ia menderita kanker otak.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Apa? Kenapa bisa begitu?</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Lalu Jung Min pun menceritakan seluruh kejadian hari ini pada Youn Ha. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Mendengarnya, Youn Ha shock lalu ia menangis sambil memeluk Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Beberapa saat kemudian, Jung Min dan Youn Ha masuk ke kamar Ae Rin. Ae Rin baru sadar. Ia terkejut melihat Jaejoong sedang menatapnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, sudah merasa baikan?</span>”<span lang="SV"> tanya Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin mengangguk lemah. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Apa tadi...oppa mengetahuinya?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Kenapa kamu menyembunyikannya selama ini? Hatiku terasa sangat sakit, Ae Rin, saat melihat penderitaanmu tadi.</span>”<span lang="FI"> sahut Jaejoong sambil mendekap tangan Ae Rin lalu menyentuhkan ke wajahnya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-oppa, apa yang terjadi padaku? Aku sudah tidak tahan lagi...</span>”<span lang="SV"> kata Ae Rin sambil meneteskan air mata.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, kamu menderita...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah, jangan katakan sekarang!</span>”<span lang="SV"> potong Youn Ha.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ia harus tahu! Ini menyangkut kesehatannya sendiri dan ia harus tahu yang sebenarnya!</span>”<span lang="SV"> teriak Jung Min. </span>”<span lang="SV">Ae Rin, dokter bilang kamu menderita kanker otak. Kanker itu bisa diobati dengan terapi, namun efek sampingnya... </span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa...oppa bohong <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>?? Tidak mungkin...aku hanya kecapekan.. mungkin aku hanya kurang istirahat.. Oppa jahat! Oppa jahat! Jahat!</span>”<span lang="SV"> teriak Ae Rin sekeras mungkin yang ia bisa, lalu ia terbatuk-batuk dan merasa sakit lagi di kepalanya. </span>”<span lang="SV">Aaargh... sakit...sakit oppa...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min segera memanggil dokter. Ae Rin kembali tenang dan tertidur lagi dengan air mata yang mengering.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, Jaejoong-sshi, tolong jaga emosi Ae Rin. Emosinya yang tiba-tiba memuncak akan membuat sakit kepalanya kumat.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tadi saya hanya memberitahukan penyakitnya seperti yang dokter katakan.</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Bukankah Anda yang meminta saya untuk menyembunyikan penyakitnya?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Saya tidak tahu..Mungkin saya juga sakit, dokter. Sama seperti Ae Rin!</span>”<span lang="SV"> teriak Jung Min histeris.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, anda sama sekali sehat. Anda tidak sakit. Adik andalah yang sakit. Tolonglah berusaha tabah. Tindakan Anda yang seperti ini malah akan membebani Ae Rin dan semua orang.</span>”<span lang="SV"> kata dokter sambil menepuk pundak Jung Min lalu ia pergi.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Min~ah...</span>”<span lang="SV"> Youn Ha kembali memeluk Jung Min berusaha menenangkan kekasihnya itu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong hanya bisa diam. Ia tidak tahu apa yang dapat ia lakukan. Namun ia bertekad untuk terus menemani Ae Rin selamanya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ketika sadar, Ae Rin hanya melamun. Ia tidak menggubris semua perkataan Jaejoong. Ya Tuhan, mengapa semua ini terjadi padaku? batinnya. Ia tidak perlu bertanya pada Jung Min tentang penyakitnya karena ia sudah mempelajarinya di sekolah, termasuk cara pengobatan dan efek samping yang ditimbulkannya. Terapi pengobatan kanker otak bisa menyebabkan kebotakan...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong sangat khawatir karena Ae Rin tidak merespon perkataannya. Ia selalu mencoba mengajak Ae Rin bicara.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin, apa kamu tahu? </span></span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Tadi Junsu dan Yoochunnie bertengkar lagi gara-gara Junsu tidak mau meminjamkan bola kesayangannya.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV"> cerita Jaejoong mencoba menghibur Ae Rin. Biasanya Ae Rin akan ikut tertawa ketika mengetahui kekonyolan yang dilakukan anggota DBSK. Namun kali ini Ae Rin sama sekali tidak tertawa, bahkan tersenyum pun tidak. Tiba-tiba mulut Ae Rin pun mengeluarkan suaranya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa, apa aku akan mati?</span>” </span><span lang="FR" style="font-family:Pilgi1;">Air mata mulai membasahi pipinya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak, Ae Rin. Kamu akan sembuh. Dokter bilang, sel-sel kanker belum menyebar jadi peluang untuk sembuh akan semakin besar.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sembuh? Dengan terapi?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ya. Kamu akan menjalaninya selama beberapa minggu, lalu kamu akan sembuh.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Terapi itu... akan membuat kepalaku botak <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place>? Aku tidak mau...tidak mau...</span>”<span lang="SV"> Ae Rin terisak.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ayolah, Ae Rin... Hanya dengan cara itu kamu bisa sembuh..</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak..! Aku tidak mau! Tidak...</span>”<span lang="SV"> Ae Rin pingsan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong panik dan segera memanggil dokter. Bagaimana Ae Rin bisa sembuh kalau ia menolak pengobatan?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Hari-hari selanjutnya bagaikan neraka bagi Ae Rin. Penyakitnya makin sering kumat sehingga semua orang termasuk kedua orang tuanya yang kembali ke Seoul semakin bersedih, apalagi karena ia tidak mau menjalani terapi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Semua orang pun mencoba membujuknya, tapi mereka makin tidak tega karena setiap kali Ae Rin dibujuk, penyakitnya kembali kumat.<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="SV">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="SV">~9th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Suatu hari, 1 bulan setelah vonis penyakitnya...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa, aku akan menjalani terapi itu.</span>”<span lang="SV"> kata Ae Rin tiba-tiba pada Jung Min yang menungguinya sementara Jaejoong pergi untuk makan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Benarkah? Terima kasih, Ae Rin. </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Oppa yakin, kamu akan cepat sembuh. Oppa kasih tahu dokter dulu ya. Tunggulah sebentar sampai Jaejoong kembali.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jung Min pun memberitahu dokter kabar baik ini. Tapi, ketika ia sedang berbicara dengan dokter mengenai prosedur pengobatan, perawat memanggil mereka karena sesuatu terjadi pada Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Di kamar, Ae Rin menjerit-jerit kesakitan dan berkata kalau ia tidak bisa melihat apa-apa. Setelah dokter menenangkannya, ia kembali berbicara pada Jung Min.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, terapi harus segera dilakukan. Ae Rin mulai kehilangan kemampuan melihatnya, dan ini berarti kankernya sudah menyebar ke bagian lobus optik tempat mengatur penglihatan</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Baiklah dokter. Segera lakukan apapun itu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jung Min-sshi, ada apa?</span>”<span lang="SV"> tanya Jaejoong yang baru saja kembali.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ae Rin akan menjalani terapi. Ia sudah menyetujuinya.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin pun menjalani terapi dengan dukungan penuh dari keluarga dan teman-temannya. Jung Min, orang tuanya dan Jaejoong selalu menemaninya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Perlahan-lahan, efek samping yang ditimbulkan dari terapi itu mulai terasa. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Rambut Ae Rin mulai rontok, sering merasa mual lalu muntah-muntah. Jaejoong pun memberi Ae Rin beannie untuk menutupi kepalanya yang mulai botak. Di minggu ketiga pengobatan, Ae Rin mulai tidak bisa menelan sehingga ia dipasangi selang makanan di hidungnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ia juga sering terkena demam dan di saat sedang demam inilah ia makin tersiksa karena sakit kepalanya semakin menjadi-jadi.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Setelah 3 bulan menjalani terapi, yang membuatnya tidak bisa sekolah lagi, perlahan-lahan kondisi Ae Rin mulai membaik. Sakit kepalanya mulai berkurang dan penglihatannya kembali normal meskipun efek samping terapi masih dirasakannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, bila kondisimu terus membaik, maka dalam waktu dekat kamu bisa pulang ke rumah. Dengan kata lain, kamu sudah sembuh.</span>”<span lang="SV"> kata dokter setelah memeriksa Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin tersenyum lemah. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Terima kasih, dokter.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Semua orang yang mendengarnya merasa sangat senang, begitu pula dengan Jaejoong. Selama tiga bulan terakhir, ia sering absen dari kegiatan DBSK demi menemani Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Benar saja, dalam dua minggu, Ae Rin sudah benar-benar sehat. Ia pun pulang ke rumahnya diantar oleh Jaejoong yang ngotot ingin mengantarkan Ae Rin padahal seharusnya orang tua Ae Rin dan Jung Min yang menemaninya. Di tengah perjalanan pulang, mobil Jaejoong berhenti di sebuah taman. Ia membantu Ae Rin keluar dari mobil lalu mereka berdua duduk di bangku taman.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Oppa, kenapa kamu membawaku kesini?</span>”<span lang="SV"> tanya Ae Rin sambil melihat air mancur di tengah taman.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ae Rin, cheongmal saranghae...</span>”<span lang="SV"> kata Jaejoong sambil menatap Ae Rin dan memegang tangannya. </span>”<span lang="SV">Maukah kamu menjadi pacarku?</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">T-t-tapi...oppa, aku tidak layak untukmu. Aku hanya gadis botak penyakitan, sedangkan kamu adalah artis terkenal.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Tidak apa-apa, Ae Rin. Aku menerimamu apa adanya. Aku rela membuang pekerjaanku untuk terus bersama denganmu.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin tidak menjawab. Kepalanya menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang merah padam.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Maukah kamu menjadi pacarku, Park Ae Rin?</span>”<span lang="SV"> Jaejoong mengulang kembali pertanyaannya, sambil mengangkat dagu Ae Rin dengan tangannya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">I-i-iya...</span>”<span lang="SV"> jawab Ae Rin sambil menganggukkan kepalanya malu-malu.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Gomawo, Ae Rin</span>…”<span lang="SV"> ujar Jaejoong, lalu ia mencium bibir Ae Rin perlahan.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Jae-oppa</span>…”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Eits, jangan memanggil aku oppa lagi.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Baiklah. Jae~ah...</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Begitu lebih baik. </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Kenapa? Apa kamu merasa sakit lagi?</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Tidak.. hanya.. aku mau kamu kembali menjadi DBSK yang dulu. Pasti teman-temanmu sangat merindukanmu.</span>”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Baiklah.</span>”<span lang="FI"> jawab Jaejoong dengan patuh.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong pun mengantarkan Ae Rin pulang<o:p></o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="FI">
<br />
<br />
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="FI">~10th Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Satu setengah tahun berlalu. Sekarang Ae Rin sudah kuliah di Universitas Seoul sambil terus menjalin hubungan dengan Jae</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">joong. Entah karena sibuk dengan tugas-tugas kuliahnya atau karena sebab lain, Ae Rin sering merasa pusing. Namun ia yakin penyakitnya sudah sembuh total sehingga ia tidak menceritakannya pada seorang pun termasuk Jaejoong.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Pada tanggal 26 Januari, Ae Rin dan Jaejoong yang berulang tahun pada hari yang sama merayakannya bersama-sama. Diadakan pesta meriah untuk mereka. Namun, setelah meniup lilin ulang tahun berdua bersama Jaejoong, kepala Ae Rin kembali terasa sakit. Rasa sakit yang sama seperti yang dirasakannya dulu. Ia benar-benar kesakitan sampai jatuh pingsan. Pesta pun dihentikan. Jaejoong segera membawa Ae Rin ke rumah sakit. Jung Min, orang tua Ae Rin dan teman-temannya juga ikut.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Setelah selesai memeriksa Ae Rin, dokter berkata, </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Sakit kepala yang dirasakannya bukan sakit kepala biasa. Saya khawatir penyakitnya kembali kambuh. Bila penyakitnya benar-benar muncul lagi, ini menandakan bahwa kankernya sudah stadium lanjut dan ia tidak bisa ditolong lagi.</span>”<span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Semua orang shock mendengarnya. Suara isak tangis pun pecah di ruang tunggu itu. Setelah keadaan kembali tenang, semuanya pulang kecuali Jaejoong yang ingin menjaga Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin pun kembali dirawat di rumah sakit. Semua rasa sakit yang dulu pernah dirasakannya kembali terulang, bahkan lebih parah dan menyiksa. Jaejoong selalu menemani dan menguatkan Ae Rin di kala penyakitnya kambuh.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">***</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sudah hampir satu tahun Ae Rin kembali sakit. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Kini kondisi Ae Rin benar-benar parah. Sakit kepalanya selalu menyiksanya sampai ia pingsan, matanya sudah tidak bisa melihat dan ia tidak bisa berjalan lagi. Badannya sudah mati rasa dan lumpuh. Untuk berbicara pun sangat sulit. Ia dipasangi selang oksigen dan mesin EKG untuk melihat detak jantungnya, ditambah dengan selang makanan di hidungnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Sekarang tanggal 31 Desember. Semua orang dekatnya berkumpul di rumah sakit untuk merayakan tahun baru.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Hei, Ae Rin. Kamu ingat? Di hari yang sama dua tahun lalu kita pertama kali bertemu.</span>”<span lang="SV"> kata Jaejoong sambil menatap Ae Rin yang tergolek lemah di tempat tidur.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Kepala Ae Rin mengangguk perlahan. Meskipun ia sudah tidak bisa melihat, tapi ia dapat mengenali suara Jaejoong, orang yang sangat dicintainya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Ayo semuanya bersiap. Lima menit lagi tahun baru.</span>”<span lang="SV"> kata appa Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Semua yang hadir, orang tua Ae Rin, Jung Min, Youn Ha, enam teman-teman Ae Rin, semua personil DBSK serta dokter yang selama ini merawat Ae Rin berkumpul disini. </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Satu menit lagi...</span>”<span lang="SV"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<st1:place st="on"><st1:city st="on"><span lang="FI">Lima</span></st1:city></st1:place><span lang="FI">..</span>”<span lang="FI"> kata amma Ae Rin.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Empat..</span>”<span lang="FI"> kata dokter.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Tiga..</span>”<span lang="FI"> kata Sung Hee.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Dua..</span>”<span lang="FI"> kata Jung Min.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Satu..</span>”<span lang="FI"> kata Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”Happy New Year!” sahut semuanya serempak.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">Sementara itu, Ae Rin merasa sesak nafas. EKG di sebelahnya sudah berbunyi menunjukkan bahwa ia sedang kritis. Dokter pun dengan cepat memanggil perawat, memasang masker oksigen pada Ae Rin lalu mencoba menolongnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Semua orang diminta perawat untuk keluar dari kamar. Jaejoong tidak rela meninggalkan Ae Rin, tapi ia ditarik oleh Yunho sehingga ia terpaksa keluar, lalu pintu kamar Ae Rin pun ditutup.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong bersandar di pintu, berdoa bersama yang lain untuk keselamatan Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Setelah beberapa menit, samar-samar telinga Jaejoong mendengar suara </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">piip</span>”<span lang="SV"> yang lama dari dalam kamar Ae Rin. Lalu dokter pun keluar, semua yang ada disana menatap dokter penuh harap, namun dokter menggelengkan kepalanya.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="DE" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong langsung berlari ke arah Ae Rin. Mata Ae Rin terpejam, semua alat bantu pernafasan sudah dilepas dan wajahnya tersenyum, terlihat damai.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="DE">Ae Rin.................!!</span>”<span lang="DE"> teriak Jaejoong histeris.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="DE" style="font-family:Pilgi1;">Suara isak tangis terdengar setelah itu, sepanjang malam itu. Malam dimana seharusnya semua orang bersenang-senang, makan bersama keluarga dan tertawa gembira menyambut datangnya tahun baru...<o:p></o:p></span></p> <span style=";font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="DE">
<br />
<br />
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center;" align="center"><span style="color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="DE">~Special Chapter~<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:16;" lang="DE">Words</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:16;" lang="DE"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Hari ini, tanggal 1 Januari 2013, peringatan 1 tahun kepergian Ae Rin. Di nisannya tertulis:<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="line-height: 150%; color: rgb(153, 102, 0);font-family:Pilgi1;font-size:24;" lang="FI">~RIP~<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="line-height: 150%; color: rgb(204, 51, 0);font-family:Pilgi1;font-size:16;" lang="FI">Park Ae Rin<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="color: rgb(51, 102, 204);font-family:Pilgi1;" lang="DE">Lahir 26 Januari 1992<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><b style=""><span style="color: rgb(51, 102, 204);font-family:Pilgi1;" lang="DE">Wafat 1 Januari 2012</span></b></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><b style=""><span style="color: rgb(51, 102, 204);font-family:Pilgi1;" lang="DE"><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="DE" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Sejak tengah malam, sekitar jam 12 tepat saat pergantian tahun, Jaejoong sudah berada di makam Ae Rin. Ia duduk menatap nisan itu dengan tatapan kosong. Sesekali ia terpaksa berdiri ketika ada kunjungan dari orang tua Ae Rin, teman-teman Ae Rin dan berapa orang lainnya. Personil DBSK yang lain juga datang, membawakan makanan dan menemani Jaejoong selama beberapa jam, lalu pulang meninggalkan Jaejoong disana. </span><span lang="DE" style="font-family:Pilgi1;">Lalu Jung Min dan Youn Ha pun datang.</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="DE">Jaejoong, aku menemukan ini di dalam laci meja di sebelah tempat tidur Ae Rin di rumah sakit.</span>”<span lang="DE"> kata Jung Min sambil menyerahkan sebuah diary bersampul ungu yang agak kusam pada Jaejoong.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="DE">Aku terus menympannya selama setahun ini, membacanya, dan kupikir kau juga harus membacanya. </span></span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Kukira Ae Rin akan merasa senang bila diary ini disimpan olehmu.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong mengambilnya, lalu membuka halaman pertama. Disana tertempel sebuah foto bayi yang sangat lucu. Di bawahnya tertulis: </span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span style="color: rgb(255, 51, 204);" lang="FI">The Story of My Life</span>”<span lang="FI"> dengan tinta pink.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Ada pula tulisan-tulisan yang diberi panah ke arah foto untuk menjelaskan foto itu, seperti </span><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="FI">Ae Rin waktu masih bayi nih</span>”<span lang="FI"> ataupun </span>“<span lang="FI">Foto yang kuambil diam-diam dari album foto keluarga</span>”<span lang="FI">.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong tersenyum. Jung Min dan Youn Ha pun pulang. Ia membalik halamannya, membaca tulisan itu satu per satu.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">26 Januari 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Saengil Chukae Park Ae Rin!! Hari ini aku berulang tahun ke 16. Diari ini kudapat dari Jung Min-oppa sebagai hadiah ulang tahun. Ah, sudah lama aku melihat diari ini di toko buku. Berwarna ungu, warna kesukaanku. Aku tidak menyangka Jung Min-oppa akan memberikannya sebagai hadiah. Baiklah, bersiap-siaplah, diari! Aku akan memenuhimu dengan tulisanku mulai saat ini!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">Maret 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini adalah hari pertamaku masuk SMA. </span><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Di upacara penerimaan, aku sempat sedih karena tidak punya teman. Namun aku bertemu dengan seorang perempuan bernama Park Sung Hee dan ia sekelas denganku. Ternyata margaku sama dengannya. Semoga kami bisa berteman baik!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">April 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FR" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini, aku menonton artis favorit Sung Hee di MBS. </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hei, siapa pria itu ? Suaranya sangat merdu</span><span style="font-family:SMJaejung;">…</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span style="font-family:SMJaejung;"><span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">Mei 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Kim Jaejoong! Itu namanya! Dari Sung Hee, aku mulai mengenal grup Dong Bang Shin Ki yang sangat terkenal di Korea. </span><span lang="PL" style="font-family:SMJaejung;">Mereka sudah debut sejak 2004, tapi aku sama sekali tidak tahu. Kau tau? Sejak kecil aku tinggal di Jepang. Setahun yang lalu aku baru saja pindah ke Korea. Tapi, orang tuaku sangat sibuk sehingga meninggalkan aku dan Jung Min-oppa di rumah halmuni. Jadi, ga seharusnya Sung Hee tadi meledekku sebagai orang kuper kan? Lihat saja, besok aku akan menjelaskan padanya agar aku tidak diledek lagi.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="PL" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="PL" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">Juni 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Sekarang aku mendapat teman-teman baru. Ada Shin Sae Ri yang sangat baik, Seo Hae Yeo yang suka ceplas-ceplos dan luar biasa heboh, Lee Hae In dan Hwang Seul Byul yang selalu bersama-sama, dan Nam Jin Ah yang sangat lucu. Kami bertujuh berjanji akan selalu bersama-sama. Eh, asal kau tahu saja, awal persahabatanku dengan mereka semua karena kami sama-sama menyukai Dong Bang Shin Ki!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">Agustus 2007<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Halmuni...mengapa kau pergi begitu cepat? Semoga kau diterima disisi-Nya. Aku sayang padamu...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Sekarang aku dan Jung Min-oppa tinggal berdua saja. Appa dan umma sempat pulang, tapi setelah membeli rumah baru untuk kami berdua, mereka kembali ke Jepang. Appa...umma...Ae Rin kangen....</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong berhenti dan melihat keadaan sekeliling. Ternyata hari sudah mulai gelap. Ia pun menutup diari Ae Rin lalu menuju ke mobilnya untuk pulang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Sesampainya di apartemen, ia mandi, memasak makanan, makan, lalu masuk ke kamarnya dan Yoochun. Yoochun belum pulang, jadi Jaejoong melanjutkan membaca diari itu...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">26 Januari 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-style: italic;font-family:SMJaejung;" lang="SV">Saengil Chukae, Ae Rin! Saengil Chukae juga, Jaejoong-oppa! Aku senang sekali karena ternyata aku berulang tahun di hari yang sama dengan Jaejoong-oppa. Hari ini aku mencoba membuat kue ulang tahun untuk Jaejoong-oppa, namun gagal. Tapi, ternyata teman-temanku datang ke rumah dan membawakan kue ulang tahun bertuliskan </span><span style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">”Happy Birthday Ae Rin & Jaejoong”</span><span lang="SV"><span style="font-style: italic;">. Aku senang sekali. Sungguh ulang tahun yang menyenangkan!</span></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:SMJaejung;"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong membalik halaman-halaman diari itu. Ia penasaran, ingin segera membaca bagian yang menarik dan menyelesaikannya sebelum Yoochun pulang.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">10 Oktober 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Aish, kenapa pagi ini kepalaku terasa sangat pusing? Jung Min-oppa sempat melarangku pergi ke sekolah, namun aku tetap pergi karena hari ini ada ujian Biologi. </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Aku sudah belajar mati-matian semalaman dan jangan sampai usahaku sia-sia. Aku tidak mau ikut ujian susulan karena soalnya pasti lebih sulit! Untung saja saat ujian akan dimulai, kepalaku sudah tidak sakit lagi. Hmm, aku optimis dengan jawabanku tadi! Semoga saja nilaiku bagus.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">15 November 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini, Jung Min-oppa bercerita kalau pacarnya adalah staff Dong Bang Shin Ki! Aku tadi menyembunyikan perasaan senangku pada Jung Min-oppa. Hei, apakah aku bisa menitipkan sesuatu untuk diberikan pada Jaejoong-oppa?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">20 Desember 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Hari ini, aku minta pada Jung Min-oppa untuk mempertemukan aku dengan pacarnya. Ssst, aku sudah menyiapkan syal untuk Jaejoong-oppa! Selama satu bulan ini aku merajutnya serapi mungkin. Kuharap Jaejoong-oppa akan senang menerimanya.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong berhenti sejenak. Ia beranjak menuju lemari pakaiannya, lalu mengambil syal yang dibuat oleh Ae Rin. Ia memeluk syal itu, menghirup aromanya seakan-akan ia dapat merasakan aroma tubuh Ae Rin yang sangat dicintainya. Lalu ia kembali duduk di tempat tidurnya, bersandar pada bantal lalu melanjutkan membaca...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">30 Desember 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini aku bertemu dengan teman-temanku. Tapi, aku terpaksa pulang duluan karena tidak enak badan. Kepalaku pusing. Entah mengapa, beberapa bulan terakhir ini kepalaku sering sekali terasa pusing. Ada apa denganku?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">31 Desember 2008<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini hari terakhir di tahun 2008. Tahu tidak? Semalam, Youn Ha-onnie meneleponku dan menawarkan untuk melakukan pekerjaannya sebagai staff DBSK malam ini saja karena ia sedang sakit. Kya~! Tentu saja aku menyanggupinya. Ini adalah kesempatan langka! Youn Ha-onnie, terima kasih ya. Cepat sembuh. <3</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">1 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-style: italic;font-family:SMJaejung;" lang="FI">Happy New Year! Aku baru saja sampai di rumah. Semalam, aku dirawat di rumah sakit karena pingsan setelah bertemu dengan Dong Bang Shin Ki! Ya Tuhan</span><span style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">…</span><span lang="FI"><span style="font-style: italic;"> aku sampai harus berusaha keras agar jantungku tidak melompat keluar saat bisa bertemu dengan mereka dan mengobrol dengan mereka. Selain itu, meskipun pergantian tahunku harus dilewati di rumah sakit, tapi aku melewatkannya bersama Jaejoong-oppa! Jaejoong-oppa, saranghae... Mianhe sudah merepotkanmu semalam...</span></span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:SMJaejung;"><span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong berhenti sejenak. Air mata sudah meleleh di pipinya. Ia mengingat-ingat kejadian itu, saat ia masuk ke ruang latihan dan melihat Ae Rin, Ae Rin pingsan.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Lalu ia menyadari, sejak melihat Ae Rin di ruang latihan itu... menggendongnya...mencoba menyadarkannya...sampai menemaninya semalaman di rumah sakit...itulah awal perasaan cinta Jaejoong pada Ae Rin. </span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Ia tidak pernah melakukan tindakan seperti yang dilakukannya pada Ae Rin sebelumnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">“<span lang="SV">Ae Rin, kau dengar? Aku sudah menyukaimu sejak pertemuan kita di ruang latihan..</span>”<span lang="SV"> gumam Jaejoong.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><span lang="SV"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">2 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Sebal!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Bosan!!!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Kenapa Ae Rin tidak boleh keluar rumah? Padahal Sung Hee ingin mengajakku menonton bersama. Huuh! Jadinya mereka datang ke rumah deh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Ano..kenapa dengan kepalaku ini??</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">10 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Bosan T_____________T<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Aargh, rasanya kepala ini mau pecah saja!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="DE">20 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;">Hei, kau tahu? Youn Ha-onnie tadi datang dan memberiku surat undangan pesta ulang tahun Jaejoong-oppa! Aku senang sekali. Aku masih ingin bertemu dengannya...untung saja Jaejoong-oppa tidak melupakan aku. Tadinya Jung Min-oppa bersikap menyebalkan dengan melarangku pergi, tapi untung saja Youn Ha-onnie mau menemaniku pergi sehingga Jung Min-oppa menyerah. </span><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Oppa menyebalkan!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Uh, aku benar-benar benci dengan rasa sakit ini!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">25 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Hei, sebentar lagi aku berulang tahun!! Tidak sabar rasanya membayangkan hari esok. Pasti akan sangat menyenangkan!!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Kepalaku...tolong jangan bawel ya besok...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">26 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Saengil Chukae...Ae Rin dan Jaejoong-oppa </span><span lang="SV" style="font-family:Arial;">\</span><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">^.^/<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Aku sempat berpikir... beda umur 6 tahun itu bukan masalah, bukan?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Teman-temanku datang... lagi-lagi mereka membawa kue bertuliskan </span><span style="font-family:SMJaejung;">“<span lang="SV">Happy Birthday Ae Rin & Jaejoong</span>”<span lang="SV">. Aku senang sekali, tapi aku lebih tidak sabar untuk datang ke pesta Jaejoong-oppa! Onnie menjemputku. Disana aku berhasil mengucapkan selamat ulang tahun secara langsung! Yah, meskipun Jaejoong-oppa tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku, tidak apa-apa. Toh ia kan tidak tahu kalau ulang tahunku sama dengannya. </span></span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Di pesta kepala sialan ini sedikit berulah, jadi aku pun pulang.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Sekarang aku sedang menunggu Jung Min-oppa pulang. Aku tidak sa...</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong membalik halaman itu. Tidak ada kelanjutannya. Tapi ia melihat ada bekas cairan kering samar-samar di kertasnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="FI">Ini saat Ae Rin mulai muntah-muntah...</span>”<span lang="FI"> gumam Jaejoong. Kini kertas diari itu pun basah terkena tetesan air mata Jaejoong.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span style="font-family:Pilgi1;"><span lang="FI"><o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">27 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Sekarang sudah hampir tengah malam. Aku sudah terlalu banyak tidur seharian karena obat. Uuh.. tanganku pun sakit karena infus yang bertambah. Di tangan kanan dan kiri pula! Belum selang di hidungku ini, sangat mengganggu! Aku benci rumah sakit... melihatnya saja rasanya aku langsung merasa sakit. Tadinya aku sudah bisa pulang, tapi karena kepalaku berulah jadinya aku belum boleh pulang. Huuuh...! <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Jaejoong-oppa, aku ingin bertemu...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">29 Januari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Akhirnya Jaejoong-oppa datang! </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Ia janji akan terus menemaniku. Aku senaaang sekali!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, ada apa dengan kepalaku?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">1 Februari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tadi Jaejoong-oppa meminta saranku untuk pesta kejutan ulang tahun Yunho-oppa. Ia terlihat sangat bersemangat. Ah, coba aku bisa semangat seperti itu...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Mungkin Engkau sudah bosan dengan keluhan-keluhanku, tapi aku benar-benar menyerah. Ingin mati saja.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">3 Februari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Hari ini berjalan dengan sangat lambat. Sungguh, aku ingin mati saja.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong berhenti membaca sebentar. Di halaman kertas itu terlihat bekas tetesan air. Tintanya pun luntur disana-sini. Ini adalah hari dimana Ae Rin mengetahui penyakitnya. Tangisan Jaejoong makin menjadi. Ia menutup mulutnya dengan tangan agar suara tangisannya tidak terdengar dari luar.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">6 Februari 2009</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini ulang tahun Yunho-oppa. Mianhe, oppa. Kau sudah mengunjungiku di hari ulang tahunmu tapi sikapku tadi mungkin menyakitimu.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, cabut saja nyawaku!!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">20 Februari 2009</span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Mereka sungguh tidak peduli padaku. Mereka sama sekali tidak memikirkan perasaanku!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, apakah surga itu ada? </span><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Bila benar-benar ada, biarkanlah aku menikmatinya secepat mungkin...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">25 Februari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, apa yang harus aku lakukan?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">28 Februari 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Apa aku harus menuruti mereka?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">JAWAB AKU, TUHAN...!!!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">3 Maret 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span style="font-style: italic;font-family:SMJaejung;" lang="SV">Aku menyerah. </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Aku akan mengatakan pada Jung Min-oppa kalau aku mau menjalani terapi itu.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Selanjutnya, halaman diari itu kosong. Jaejoong tau, Ae Rin sudah tidak bisa melihat dengan jelas lagi sejak saat itu. Kenangan penderitaan Ae Rin kembali muncul dalam pikiran Jaejoong. <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Lalu ia membalik halaman-halaman kosong itu sampai menemukan tulisan lagi, lalu membacanya.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">(dengan tulisan yang tidak serapi biasanya)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">5 Juli 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini dokter bilang aku akan sembuh.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Terima kasih, Tuhan. Maafkan sikapku selama ini.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="DE">20 Juli 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;">Hei, kau tau? Jaejoong-oppa yang menjemputku hari ini membawaku ke taman, dan ia bilang, </span><span style="font-family:SMJaejung;">”<span lang="DE">saranghae</span>”<span lang="DE"> padaku!!<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;">Ya Tuhan, inikah takdirku?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="DE">25 Juli 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="DE" style="font-family:SMJaejung;">Kencan pertamaku! Ah, aku terlalu senang untuk menuliskannya. </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hei, pasti kau juga merasakan kebahagiaanku kan?</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">3 Agustus 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini aku kembali bersekolah. Aku menutupi kepalaku yang botak dengan beannie dari Jae~ah. Kepala sekolahku sangat baik. Ia memperbolehkan aku melanjutkan sekolah karena nilai-nilaiku sebelumnya sangat bagus. Tapi, aku harus berjuang keras! Park Ae Rin, FIGHTING!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">8 Oktober 2009<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Lagi-lagi ujian. Kepalaku terasa sakit. </span><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Pasti ini karena aku kurang tidur. FIGHTING!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">26 Januari 2010<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Saengil chukae Ae Rin dan Jaejoong!</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">5 Februari 2010<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Aku sedang belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi. Aku harus berhasil! FIGHTING!<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Rasa sakit ini... kenapa sama seperti dulu?</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong melewatkan beberapa halaman sampai ia membaca..</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="PT-BR">26 Januari 2011<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="PT-BR" style="font-family:SMJaejung;">Saengil chukae Ae Rin dan Jaejoong! </span><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Hari ini akan diadakan pesta untuk kami berdua. Semoga hari ini berjalan dengan baik.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">27 Januari 2011<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, kenapa hal ini terjadi padaku?<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;">Aku benci rumah sakit...ingin rasanya berlari keluar meninggalkan tempat menyebalkan ini. Tapi, badanku bahkan tidak sanggup bergerak.</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">17 Maret 2011<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Jae~ah, mianhe... biarkanlah aku mati saja.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">(dengan tulisan yang tidak rapi) <o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="FI">30 Juli 2011<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Tuhan, Kau sangat kejam padaku...</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">(dengan tulisan besar-besar dan tidak jelas)<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV">7 Septermber 2011<o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Tuhan, ambillah nyawaku secepatnya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%; font-style: italic;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;">Aku sudah tidak berguna lagi. Sekarang aku sudah buta. Kakiku sudah tidak bisa digerakkan. Hanya tersisa tangan ini yang dapat kugunakan dengan susah payah.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Aku sudah tidak bisa lagi melihat wajahnya...</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">(dengan tulisan besar-besar dan sangat tidak jelas)</span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><b style=""><span style=";font-family:SMJaejung;color:navy;" lang="SV"><span style="font-style: italic;">31 Oktober 2011</span><o:p></o:p></span></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><span style="font-style: italic;">Tuhan, biarkanlah aku hidup sampai tahun depan.</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="SV" style="font-family:SMJaejung;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Jaejoong menutup buku diari itu. </span><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Sudah tidak ada lagi tulisan setelahnya. Ia menangis terisak mengingat segala penderitaan Ae Rin.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;">Namun saat ia mengangkat buku itu untuk ditaruh di atas meja, ada sepucuk surat terjatuh dari diari. Jaejoong membukanya dan membaca..</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="FI" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV">Jae~ah...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV">Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak berada di sisimu lagi<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV">Aku sama sekali tidak menyesal telah bertemu denganmu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV">Menerima cintamu merupakan kebahagiaan terbesar dalam hidupku<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="FI">Kau tau? Tahun baru pertama kita...tidak akan pernah kulupakan selamanya<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="FI">Setiap mengingat segala bentuk perhatianmu padaku, rasa sakit yang menderaku tidak terasa terlalu menyiksa<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="FI">Demi kau, aku berjuang agar tetap hidup meskipun sejujurnya aku lebih memilih kematian yang akan menjauhkan aku dari segala rasa sakit ini<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="FI">Jangan bersedih atas kepergianku, karena aku akan terus hidup di dalam hatimu<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV">Jae~ah, cheongmal saranghae...</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center">
<br /><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%; font-style: italic;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV"><span style="font-style: italic;">Park Ae Rin</span></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /></p><p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center">
<br /><span style="color: rgb(204, 0, 102);font-family:SMJaejung;" lang="SV"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;">Air mata Jaejoong kembali mengalir deras. </span><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Tiba-tiba pintu kamar dibuka dari luar. Jaejoong segera menyembunyikan diari dan surat itu agar Yoochun tidak melihatnya lalu mengeringkan air matanya.</span><span lang="SV" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="SV">Jae-hyung, kau sudah pulang?</span>”<span lang="SV"> tanya Yoochun. </span>”<span lang="SV">Bersemangatlah, hyung. </span></span><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Hidupmu masih panjang. Jangan terus bersedih.</span><span style="font-family:Pilgi1;">”<span lang="PT-BR"> lanjutnya ketika melihat mata Jaejoong yang memerah dan agak bengkak.<o:p></o:p></span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Malam itu Jaejoong terus menangis dalam diam sambil mendekap surat, diari dan syal pemberian Ae Rin. Air matanya pun terus mengalir sampai akhirnya mengering, membawa pemiliknya ke dunia mimpi...<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><i style=""><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;">Ae Rin, terima kasih telah hadir dalam kehidupanku.<o:p></o:p></span></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <span style="line-height: 150%;font-family:Pilgi1;font-size:12;" lang="PT-BR">
<br /></span> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%; color: rgb(102, 0, 102);font-family:SMCasiopeaL;font-size:24;" lang="PT-BR">~Epilogue~</span><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span style="color: rgb(102, 0, 102);font-family:Pilgi1;" lang="PT-BR"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><span style=""> </span>Aku menekan tombol ctrl+s sebagai tindakan penyimpanan terakhir. Tes...air mataku menetes tanpa kusadari. Aku tidak menyangka akan membuat cerita seperti ini. Sungguh cerita yang sangat menguras emosiku. Lalu aku mengusap mataku yang basah dan melihat jam di pojok kanan bawah layar monitorku. Ah, sudah jam 11. Kurasakan rasa kantuk menyerangku. Aku pun mematikan komputer, menyalakan AC, dan mematikan lampu kamar. Oyasumi minna... Oyasumi Jaejoong... Saengil Chukkae~</span></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; line-height: 150%;">
<br /><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="PT-BR" style="font-family:Pilgi1;"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: center; line-height: 150%;" align="center"><span style="line-height: 150%;font-family:Pristina;font-size:28;color:gray;" lang="PT-BR">Fin<o:p></o:p></span></p> <a href="http://www.c3friends.com/" target="_blank"></a>Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7944794507004231314.post-31834439079460135872009-01-26T08:43:00.002+07:002009-09-12T23:29:27.216+07:00[Author Post] Welcome Message & RulesAloha~<br />Annyeong haseyo!<br />Hajimemashite!<br /><br />Kenalin, gw Raisa, biasa dipanggil haru/rei (di internet), atau mungkin lo mengenal gw sbg yuya shiina.<br /><br />Disini, gw akan meng-share fanfiction yang sudah gw buat selama ini.<br /><br />Tapi, gw punya rules yang harus dipatuhi oleh semua pengunjung.<br />1. setelah membaca, HARUS memberi comment. Comments mean spirit and support to author!<br />2. fanfiction disini boleh di-share ke tempat lain, namun jangan lupa mencantumkan <span style="font-weight: bold;">Credit @ storiesoffantasy.blogspot.com dan nama Author yakni Raisa / Haru / Rei / Saharu Rei (pilih salah satu)</span><br />3. happy reading! ;)Haru / Rei / Raisahttp://www.blogger.com/profile/17980220034982839988noreply@blogger.com0